Page Dua belas

2.2K 244 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Gadis berperawakan mungil itu menatap gelas berisi mojito dengan pandangan kosong, pikirannya sedang berada diawang-awang. Hatinya gelisa, pikirannya kacau. Ia tidak menyangka jika pria itu akan membawanya ketempat dimana memori indah terbangun disana. Tempat terakhir ia bisa merasakan bagaimana indahnya menghabiskan waktu bersama sang Ayah di tepi pantai, tempat yang menjadi saksi bisu bagaimana ia berjanji pada dirinya sendiri akan membangun sebuah rumah disana, untuk ia tempati dengan sang Ayah. Tempat impiannya bersama sang Ayah.

Sudah terlalu lama terkubur, sudah terlalu jauh tertinggal kini kilasan-kilasan indah momen bersama sang Ayah kembali berseliweran diotaknya, memenuhi rasa sakit dan rindu yang semakin menderah. Memori indah yang terkubur bersama kepergian sang Ayah. Memori indah yang terasa begitu sakit ketika mengingatnya. Memori manis yang terasa pahit ia rasakan kini.

Mimpi itu telah hilang, harapan itu telah runtuh dan semua itu karena pria yang sekarang menjadi suami pura-puranya.

Hinata tersenyum tipis menatap gelas mengkilat berisi mojito didalamnya itu dengan pandangan menerawang memikirkan segala rencana yang tersusun rapi di otaknya.

Iris seindah rembulan itu bergulir menatap pria itu, ia dapat melihat Sasuke sedang berdiskusi dengan seseorang yang ia yakini adalah rekan kerjanya, ia juga dapat melihat pria nanas yang sangat sialannya memiliki otak yang encer dengan sifat malasnya. Oh, itu sungguh kombinasi gila yang menyebalkan.

Hinata justru berharap jika pria kuning itu yang menemani suami pura-puranya itu karena akan lebih mudah untuk mencari tau apa yang sedang pria itu rencanakan dibanding menggali informasi dari pria nanas itu.

Hinata kembali meminum minuman yang ada dihadapannya itu dan langsung menghabiskanya. Kembali menatap pria bersurai raven itu dalam diam, mereka sedang berada di pesawat pribadi yang akan membawa mereka ke Okinawa, sama seperti pada pesawat pribadi lainnya, pesawat ini terbagi dari beberapa bagian, dengan bar yang berada di ruang makan menghadap langsung ketempat dimana pria itu berdiskusi dengan rekan bisnisnya.

Hinata berpegangan pada pinggir meja bar ketika guncangan hebat terjadi setelah pesawat take-off setengah jam.

Turbulensi

Ia jarang sekali menaiki pesawat karena ia sedikit merasa takut menaiki transportasi satu ini. Iris seindah rembulan miliknya ia sembunyikan dibalik kelopak matanya, jantungnya berdegup cepat ketika goncangan itu tak kunjung berhenti setelah beberapa detik berlalu, namun dalam hitungan kedua puluh pesawat kembali berjalan normal.

Rendezvous [[End]] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang