Page Dua

3K 315 21
                                    

Rendezvous

.

.


Hinata menarik pelatuk senapan miliknya, mengarahkan moncong revolver itu kearah target yang berjarak tidak jauh darinya. Tidak lama kemudian tubuh gempal yang menjadi sasaran bidikan gadis cantik itu terjatuh menghantam lantai beton dibawahnya. Senyum kepuasan tepatri dibibir seksi itu, tangan halus itu kembali memasukan senapan kesayangannya itu kedalam kantungnya, ia arahkan langkah kakinya untuk keluar dari gedung sialan itu.

Ia sudah menyelesaikan misi sialan itu, ia masih mempunyai waktu hingga sore nanti, jadi ia ingin menghabiskan waktunya itu untuk berendam dan tidur setelah dua hari menghabisi cecurut menyebalkan yang mengganggu jalannya bisnis yang baru digeluti organisasi pria bersurai silver itu.

Hinata menghembuskan nafasnya, ia kembali teringat dengan misi sialan yang harus menjadikannya istri dari bos mafia dengan organisasi terbesar se-Asia. Lucu, Hinata harus mengakui kehebatan berfikir Kakashi, ia bahkan tidak menyangkah jika pria itu bisa membodohi pria Uchiha itu hingga memasukan penghianat kedalam organisasi milik pria Uchiha itu. Dan sekarang? Lihat Hinata bahkan akan berpura-pura menjadi istri dari pria itu? Bukankah pria dengan masker diwajahnya itu benar-benar luar biasa?

Pertarungan yang seimbang bukan?

Hinata meraih gawai miliknya melihat siapa yang menelponnya, ia bisa melihat nama Naruto terterah diponsel pintarnya.

"Ada apa?"

'Dia sudah siuman.'

Jantungnya berdegup dengan kencang, entah kenapa mengetahui fakta jika pria itu telah sadar mampuh menggetarkan hatinya. Perasaan antusias, takut, gugup bersatu menjadi satu. Ia kembali memasukan ponsel miliknya kedalam saku celananya. Ya, rencana untuk berendam kali ini mungkin harus ia undur dulu. Karena sebentar lagi ia akan menjadi istri orang.

Lucu sekali bukan. Ia bahkan masih perawan, lalu bagaiamana bisa ia menjalani dan berpura-pura menjadi istri yang sempurna dan seksi jika urusan ranjang saja tidak pernah ia pahami sejak lahir. Ah, sial haruskah ia meminjam buku icha-icha milik pria bajingan itu?

Rendezvous

Suara tawa itu menggema di ruangan berbau obat itu, pria yang beberapa menit lalu bangun dari tidur panjangnya itu masih mengeluarkan tawanya. Tawa yang seakan membakar telinga siapapun yang mendengarnya.

"Jangan mencoba untuk membodohiku, Naruto." Geram pria itu kemudian.

Pria dengan surai raven itu tak habis pikir dengan apa yang baru saja pria kuning itu jelaskan padanya.

Ia sudah menikah?

Oke, fakta gila apa yang baru saja pria kuning itu ungkap?

Sasuke menghentikan tawa sarkasnya, ia tatap pria dengan goresan dipipinya itu dengan tajam. Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda.

Terbangun dari koma dengan sebagian ingatan yang hilang bukanlah hal yang menyenangkan. Jadi bukan waktu yang tepat untuk pria kuning itu membadut untuknya.

"Aku sedang tidak bercanda, Teme. Kau tentu tahu itu, aku tidak mungkin membuat lelucon seperti ini."

Sasuke merenggangkan tubuhnya yang kaku, ia kembali menatap orang kepercayaannya itu dengan tatapan dingin. Ia masih belum mau menerima fakta yang bahkan tidak pernah sekalipun terbayang atau mampir diotak jeniusnya.

Rendezvous [[End]] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang