Page Tujuh

2.3K 275 32
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Warning inside

R e n d e z v o u s

"Wanita itu berhasil kabur."

Rahang milik pria bersurai hitam itu mengeras seiring rasa marah yang meledak di dalam dadanya. Ia tidak pernah menerima kegagalan, ia tidak akan membiarkan siapapun lolos darinya.

"Cari wanita sialan itu sampai ketemu."

Sejauh apapun ia pergi, sesulit apapun ia bersembunyi Sasuke tak akan membiarkan satupun darah Haruno masih bernapas dimuka bumi setelah penghiatan yang dilakukan Kizashi kepadanya. Ia tidak akan membiarkan siapapun orang bermain api dengannya.

"Baik, Boss."

Sasuke memutar kursi miliknya, menghadap kaca besar yang berada di belakangnya. Menatap betapa sibuknya kota Tokyo menjelang waktu makan siang ini. Sudut bibirnya terangkat sedikit memperlihatkan senyum miring mempesona miliknya namun sangat berbahaya itu.

Tidak ada yang mampu kabur darinya, tidak satupun dan itu juga berlaku pada wanita itu. Wanita yang tentu Sasuke kenal dengan baik. Wanita bersurai merah muda dengan iris mata berwarna hijau zamrud.

Sakura Haruno

Ya, anak dari pria itu.

Dengar baik-baik, Sasuke tidak akan melepaskan siapapun yang berani mengusiknya. Bermain api dengannya adalah hal terbodoh untuk dilakukan karena tentu pria dengan klan Uchiha itu akan dengan senang hati membakarnya tanpa ampun.

"Nikmati waktumu untuk bersembunyi, Sakura. Karena setelah kau kutemukan tak ada lagi waktu untukmu walau hanya untuk bernapas."

Tidak ada ampun untuk seorang penghianat, ia tidak akan membiarkan satupun orang melakukan hal tersebut padanya. Karena Sasuke Uchiha akan memburu mereka semua sampai ke akhirat untuk memberi mereka semua hukuman yang harus mereka terima atas perbuatannya.

"Semua sudah siap, Teme. Nanti malam kita bisa memulainya."

Pria bernama lengkap Sasuke Uchiha itu berdecak kesal ketika suara cempreng itu menyapa gendang telinga miliknya. Tidak bisakah pria idiot berwarna kuning itu mengetuk pintunya terlebih dahulu? Tentu saja itu tidak akan terjadi, ramah tamah adalah hal bodoh dalam kamus hidup pria itu.

Sasuke malas untuk menanggapi omongan pria itu, ia lebih memilih kembali menatap keluar jendela, melihat bagaimana sibuknya orang berhamburan untuk mengisi perut mereka yang keroncongan tanpa menatap pria itu sama sekali.

"Ya, ya ya. Anggap saja aku hanya butiran debu." Cibir Naruto kesal dengan sikap acuh pria itu. Walau sudah bekerja dengannya selama lebih dari tujuh tahun namun tetap saja sikap bungsu Uchiha itu terasa menyebalkan.

Rendezvous [[End]] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang