End

3.3K 239 14
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Memiliki kisah kelam bukan aib yang akan kau sembunyikan seumur hidupmu, justru menjadi memori yang akan membuatmu semakin tumbuh dan menjadi lebih baik lagi. Ada pepatah mengatakan berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

Benar, tidak ada luka yang tidak dapat disembuhkan, tidak ada rumah yang tidak memiliki pintu. Setiap tujuan memiliki proses didalamnya, dan Tuhan menyusun proses untuk dilaluinya agar mencapai tujuan hidupnya.

Hidup bahagia.

Meski pahit, meski sakit yang harus ia tebus untuk mendapatkannya.

Hinata menaruh bunga diatas makam sang Ayah, menatap nisan yang bertuliskan Hiashi Hyuga.

"Aku berjanji akan hidup bahagia. Tou-san, juga harus bahagia disana, jangan khawatirkan Hinata lagi. Sekarang Tou-san bersenang-senanglah dengan Kaa-san. Hinata sayang Tou-san."

Apa yang paling sulit untuk dilakukan? Ya, mengikhlaskan seseorang utuk pergi selamanya. Dan Hinata mencoba untuk mengikhlaskan kepergian sang Ayah. Ia mengikhlaskan namun tidak akan pernah melupakan.

Setiap kenangan yang pernah terjadi akan ia simpan dalam hatinya, ikatan yang selama ini terjalin akan ia jaga sampai akhir hayatnya.

Tetesan air mata yang terjatuh bersama dengan tetesan air hujan yang menyapa bumi. Angin yang berhembus menerbangkan rasa bersalah yang bersarang dihatinya. Kini sudah usai, dendam yang ia bawa telah ia lepaskan, dendam yang mengakar dihatinya telah ia cabut. Dan mulai saat ini Hinata berjanji ia akan bahagia.

Meski tanpa Ayahnya, meski tanpa kedua orang tuanya.

Tetesan air hujan yang menyentuh tubuhnya perlahan berhenti, menimbulkan tanda tanya disaat air hujan masih membasahi bumi.

Iris seindah rembulan itu bergulir mencari, dan pada akhirnya menemukannya.

Pria yang berada di sampingnya dengan payung yang melindungi tubuhnya.

Pria yang selama ini ada di saat ia terluka, pria yang siap memeluknya disaat ia kedinginan, pria yang mampu merangkulnya disaat ia terjatuh, pria yang Tuhan pertemukan di tengah-tengah badai yang menghantam tubuhnya. Pria yang selalu berada di pihaknya meski ia telah mengkhianatinya, pria yang telah ia bohongi dan sakiti justru menariknya dari hujan badai yang menerpanya.

Ya, dia.

Dia yang selalu mengkhawatirkan hidupnya, dia yang tau rasa sakitnya, dia yang mau berbagi beban hidupnya, dia yang mampu membuatnya merasa aman. Hanya dia yang bisa membuat ia berpikir tak membutuhkan orang lain dihidupnya.

Rendezvous [[End]] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang