.
.
Terkadang hidup tidak selalu berwarna cerah, tidak selalu berbau harum, tidak selalu berakhir bahagia. Dia yang ditakdirkan untuk menjadi kuat lalu terluka, dia yang di takdirkan lemah namun penuh dengan bahagia. Rapuh namun berkilau, kuat namun buruk rupa. Tidak ada yang ditakdirkan sempurna. Bahkan terkadang lebih menyedihkan, lebih mengenaskan dan lebih menyakitkan, takdir terkadang terasa seperti itu, tidak adil untuk sebagian orang.
Mereka yang terus mengecap rasa asin tanpa tau rasa manis. Mereka yang terus menelan rasa perih tanpa bisa mengobati, mereka yang terus dihujani luka tanpa ada bahagia. Mereka yang hidup di bawah hanya karena takdir mengikatnya. Mereka yang terus berteriak untuk menunjukan betapa tidak adilnya takdir yang mereka jalani.
Hidup tidak seperti dongeng yang akan mengarah pada dua akhir, bahagia atau menderita. Terkadang berhenti di tengah jalan, terkadang berakhir dengan penyesalan.
Gadis dengan surai indigo itu menarik sudut bibirnya keatas, memperlihatkan senyum kecutnya. Kapan terakhir kali ia bertemu dengan kebahagiaan, kapan terakhir ia menyecap rasa manis kehidupan, kapan ia berhenti meneriakan sakitnya luka yang terus membusuk dihatinya? Ia terus bertanya tanpa pernah mendapat jawaban.
Takdir itu memuakan, takdir itu menyedihkan.
Hinata tertawa dalam remangnya malam dingin yang menyekik jiwa. Tanpa siapapun yang menemaninya, tanpa siapapun yang menepuk bahunya, tanpa siapapun yang dapat memeluk tubuhnya, tanpa siapapun yang akan menghapus air matanya. Kebenaran yang ia dapatkan membuat hatinya terus terluka, terus tersakiti.
"Ku jalani hidup sebagai monster hanya untuk kau bodohi, ku pertaruhkan segalanya hanya untuk kau kecewakan. Apa balasan yang pantas kau dapatkan kecuali kematian, Kakashi Hatake?"
Ia tenggelam dalam dunia hitam berharap menemukan cahaya, ia pertaruhkan hidupnya hanya untuk mengejar dendam yang membayangi hidupnya, ia berdiri di tempat kotor hanya untuk melihat kebenaran. Lalu bagaimana jika yang selama ini ia genggam bukan sebuah tangan hangat yang ia percaya dapat menghantarkannya pada kebahagiaan, bagaimana jika selama ini yang ia genggam adalah sebuah pisau yang terus menyayat kulitnya.
Hinata menyekah air matanya, rasanya sakit mengingat bagaimana ia memandang Kakashi bak pahlawan yang akan membantunya dalam kesulitan. Rasanya menyesakkan mengingat bagaimana ia berubah menjadi mosnter hanya untuk pria itu manfaatkan.
Hinata menggertakan giginya kuat, mengepalkan tangannya. Gejolak amarah mengusai seluruh hati dan pikirannya. Ia tidak akan membiarkan pria itu mempermainkanya, ia tidak akan membiarkan rasa sakit yang selama ini ia rasakan berlalu begitu saja. Pria itu harus membayarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendezvous [[End]] ✓
Fanfic- A Sasuhina Fanfiction Kematian sang Ayah membawanya ke dalam jurang kegelapan. Merubah segala hidupnya, menjadikannya seperti monster mengerikan. Apapun akan Hinata lakukan demi mencari siapa dalang kematian sang ayah. Pertemuan yang sudah direnc...