39 | Tragedi di Malam Hari

12.7K 691 220
                                    

"Lo hancur, gue bahagia, Lavanya Aurora."

-Guntur Madhava

🚫 17+ kalo ga suka bisa skip part ini. kalian bakalan tetep ngerti alurnya walau tanpa baca part 39.
maaf kalo ga nyaman, tapi ini udah aku usahain buat ga melibatkan adegan yang detail.

Hari masih terbilang cukup pagi bahkan mungkin sebagian orang masih memilih untuk bermalas-malasan di atas tempat tidurnya, mengingat ini adalah hari libur baik bagi para karyawan maupun para pelajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari masih terbilang cukup pagi bahkan mungkin sebagian orang masih memilih untuk bermalas-malasan di atas tempat tidurnya, mengingat ini adalah hari libur baik bagi para karyawan maupun para pelajar. Tetapi, hari libur bukanlah waktu untuk Lava bisa bermalas-malasan. Sejak kecil ia memang tidak dibiasakan untuk bangun siang meski tidak ada kegiatan yang akan dilakukan. Lava baru saja keluar dari kamar mandi dengan tangan yang sibuk menggosokkan handuk pada bagian rambutnya yang basah. Langkahnya berhenti ketika sudah sampai di hadapan sebuah cermin besar tempatnya merias diri.

Lava mengambil sisir yang terletak di atas meja, menyusuri rambut panjangnya dengan benda tersebut agar terlihat lebih rapi. Aksinya itu harus terhenti tatkala mendengar ponselnya berdering panjang sebagai tanda ada panggilan yang masuk. Tak ingin membuat orang tersebut menunggu waktu lama, Lava pun mengambil ponsel yang tergeletak di atas ranjangnya.

"Iya, ada apa, Bi?"

Panggilan itu ternyata berasal dari Bi Mirna, pembantu di rumah Guntur yang memang sudah akrab dengan dirinya. Bahkan, ia sendiri sudah menganggap Bi Mirna seperti ibu kandungnya sendiri.

"Kamu bisa ke rumah? Nemenin Bibi gitu, nggak ada temen. Semalem juga Den Guntur sama Tuan Ardi nggak pulang ke rumah dan Pak satpam lagi pulang kampung."

Terhitung saat ini sudah memasuki satu minggu setelah kepergian Indah dan berdasarkan pengaduan dari Bi Mirna, Guntur jarang sekali pulang ke rumah. Namun, ketika Lava menanyakannya kepada Garry, laki-laki itu pun tidak pernah tahu kemana Guntur pergi selama satu minggu belakangan ini.

"Iya, nanti Lava siap-siap dulu, ya, Bi."

"Makasih, ya, Non. Bibi tunggu kedatangannya."

Setelah mengucapkan salam, Lava memutuskan panggilan tersebut. Ia mengganti pakaiannya dengan yang lebih rapi namun masih terlihat santai. Ia juga sempat berpamitan kepada Bibi nya dengan alasan ingin melepas penat selama 5 hari menjalani kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Lava sudah sampai di depan sebuah rumah megah yang sayangnya selalu terlihat sepi, seolah tidak ada kehidupan di dalamnya. Ditambah lagi dengan pintu gerbang yang menjulang tinggi. Setelahnya, Lava membuka gerbang tersebut, berjalan menyusuri halaman yang begitu luas dan terparkir beberapa mobil yang sepertinya tidak cukup untuk diletakkan di dalam garasi. Memang sih, ia akui bahwa Guntur berasal dari keluarga yang kaya raya. Sempat merasa aneh ketika dulu Guntur mengajaknya untuk menjalin hubungan di saat ada begitu banyak siswi yang memiliki kondisi ekonomi hampir setara dengan Guntur.

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang