36 | Sisi Lain Guntur

10.7K 690 144
                                    

"Kalo orang bilang ketika kita terlalu membenci seseorang maka pada akhirnya kita akan jatuh cinta kepada orang tersebut, gue sebaliknya. Ketika gue terlalu mencintai seseorang maka pada akhirnya gue akan dikecewakan oleh rasa itu, sampe akhirnya gue memilih untuk membencinya mati-matian."

-Guntur Madhava

sengaja up nya dipercepat, biar kalian bosen dapet notif up mulu hehe

selamat membaca ❤

cerita Guntur akan segera terbit dan terdapat banyak perubahan, termasuk endingnya. jadi, jangan lupa nabung, ya, biar bisa meluk Guntur versi cetak. semoga kalian masih antusias, biar targetnya terpenuhi, huhu :(

Hari sudah semakin petang dan suasana di kediaman Guntur saat ini sudah mulai terlihat ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah semakin petang dan suasana di kediaman Guntur saat ini sudah mulai terlihat ramai. Isak tangis terus saja terdengar sejak jenazah baru saja tiba. Sementara Guntur, laki-laki itu sudah tidak lagi menangis. Hanya saja ia cenderung lebih diam dan tidak ingin berbicara dengan orang-orang di sekitarnya.

Rencananya hari ini hanya akan dilakukan pemandian jenazah serta pengajian kecil-kecilan. Ketika pagi tiba, barulah akan dilakukan proses pemakaman.

"Papa kamu mana, Tur? Ini mau dimandikan jam berapa?" tanya salah satu Tante Guntur.

Bukannya menjawab, Guntur memilih untuk pergi begitu saja. Ia mencari tempat yang sedikit sepi kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Tangannya sibuk menggulir setiap nama yang berada pada kontaknya. Dan ketika sudah menemukan nama yang ia cari, tanpa perlu menunggu waktu lama lagi jemarinya menekan tombol panggilan yang terdapat pada layar ponselnya.

Guntur berdecak sebal ketika mendapati panggilannya diabaikan hingga beberapa kali. Namun, ia masih terus berusaha dan tidak peduli jika ketika panggilan itu terhubung, yang ia dapatkan adalah makian dari Papanya.

Selang beberapa menit kemudian, layar ponselnya menampilkan detikan dan itu artinya panggilan itu sudah diangkat.

"Kamu ngapain, sih? Ganggu aja, kamu 'kan tahu kalo jam segini Papa masih ada urusan di kantor!"

"Baca pesan dari saya."

"Terus kenapa?"

"Mama meninggal, Pa!"

"Iya, saya tahu. Kamu urus saja semuanya, mulai dari proses pemandian, pemakaman sampai pengajian. Kalo nggak bisa, minta bantuan Om atau Tante kamu. Saya lagi sibuk dengan urusan kantor dan saya nggak mungkin meninggalkan client begitu saja. Masalah biaya, biar saya yang menanggung."

Guntur mengepalkan tangan yang tidak ia gunakan untuk memegang ponsel. Tatapan matanya semakin menajam dengan deru napas yang tak beraturan, sebagai tanda bahwa ia sedang berusaha menahan amarahnya.

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang