"Aku harap semua sikap baik kamu adalah ketulusan, bukan hanya sekadar kasihan atau mencari pelampiasan."
-Lavanya Aurora
Meremas kepalan tangannya sendiri, Lava memilih untuk menunduk. Tidak berani menatap mata guru BK nya. Bagi Lava, ini adalah mimpi terburuk ketika lagi-lagi harus masuk ruang BK karena telah membuat masalah. Lava menggigit bibir bagian dalamnya, membiarkan detak jantung terus berpacu dengan cepat. Sementara Guntur, dari awal kakinya menginjak ruangan ini-ia tak menunjukkan rasa khawatir sedikit pun.
"Kenapa kalian melakukan perbuatan seperti itu?"
Terdengar suara helaan napas dari Guntur. Laki-laki itu sedikit mengendurkan posisi tubuh yang semula duduk dengan tegak. Ia mengambil sikap yang lebih santai walaupun itu terlihat kurang sopan.
"Karena saya mau."
Lava mengangkat kepalanya. Menoleh ke arah Guntur yang sedang menatap Bu Intan. Lava berdecak kesal, jika jawaban Guntur seperti ini, apanya yang mau diselesaikan secara baik-baik? Lava kembali menundukkan kepala, tidak peduli dengan apa yang akan dikatakan oleh Guntur selanjutnya sebagai bentuk pembelaan.
"Jawaban macam apa itu, Guntur?"
"Kalo saya nggak mau, ya saya nggak akan melakukan itu, Bu. Apa ada yang salah dengan jawaban saya?"
Bu Intan menghela napas, wajahnya terlihat sedikit memerah. Video yang beredar dan berhasil menghebohkan satu sekolah saja sudah cukup membuat amarahnya bergejolak. Ditambah lagi dengan sikap Guntur yang tak sopan. Pandangannya beralih pada Lava yang masih saja setia menundukkan kepala.
"Kenapa hal seperti ini bisa terjadi, Lava? Bagaimana bisa video tidak pantas itu tersebar?"
"Sahabatnya sendiri yang nyebarin, Bu. Harusnya Ibu juga memanggil dia ke ruang BK."
"Ini dilakukan atas dasar kemauan kalian berdua, 'kan? Bukan hanya dari satu pihak sehingga kamu dengan sengaja merekam kegiatan itu. Benar 'kan, Guntur?"
Guntur tidak menjawab pertanyaan dari gurunya. Sementara Lava sudah mulai berkaca-kaca, kedua tangannya mengepal erat. Kalimat yang keluar dari gurunya tadi berhasil melukai hatinya. Atas kemauan dari keduanya? Bahkan saat itu, Lava hanya bisa merasakan kesakitan. Saat itu pula, ia hanya bisa menangis dan berharap Guntur akan berhenti.
"Kamu ini 'kan seorang murid berprestasi-" Kalimat itu menggantung seketika ketika Lava memukul meja di hadapannya. Bukan hanya Bu Intan yang merasa terkejut, tetapi juga Guntur. Laki-laki itu terus menatap Lava dengan heran. Sebegitu kuatnya kah pengaruh Zargan sehingga mampu mengubah sikap Lava?
"Iya, selalu kalimat itu yang saya dengar. Tapi, apa seorang murid yang berprestasi tidak bisa menjadi korban pelecehan? Apa harus selalu kalimat itu yang dikeluarkan di saat saya sendiri juga nggak mau ada di posisi ini, Bu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]
Ficção Adolescente[Tersedia di Shopee Galeriteorikata atau dianacheapy] "Aku cuma mau merasakan kebahagiaan." -Lavanya Aurora. "Gue akan berusaha menghancurkan kebahagiaan lo. Apa pun caranya." -Guntur Madhava. *** Satu kesalahan fatal yang dilakukan oleh Guntur meny...