58 | Milik Siapa?

12K 605 190
                                    

"Gue cuma mau lo bisa kembali bersama gue."

-Guntur Madhava

"Bego! Kenapa lo biarin Lava pergi sendiri? Sialan!" Zergan memaki Guntur ketika ia baru saja sampai di rumah sakit dekat daerah Puncak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bego! Kenapa lo biarin Lava pergi sendiri? Sialan!" Zergan memaki Guntur ketika ia baru saja sampai di rumah sakit dekat daerah Puncak. Lava sudah selesai ditangani sejak beberapa jam yang lalu dan dokter mengatakan bahwa Lava mengalami luka yang parah sehingga ia harus melalui masa kritisnya.

Guntur sendiri sejak tadi hanya diam sembari memandang tubuh Lava yang sudah berbalut seragam khas rumah sakit, lengkap dengan infus yang melekat di tangannya—juga masker oksigen yang menutupi sedikit wajah cantiknya. Guntur tidak tahu harus bersikap bagaimana, ia trauma dengan rumah sakit yang pada akhirnya tidak berhasil menyelamatkan sosok yang dicintainya. Namun kini, kembali sosok berarti lain di dalam hidupnya—terbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Harusnya lo jangan biarin Lava pergi sendiri! Jelas-jelas lo juga ada waktu Lava mau pergi, kenapa nggak lo anter?"

Decakan pelan terdengar dari mulut Guntur. Tangannya masih setia mengenggam erat tangan milik Lava yang tidak terdapat infusan. Sesekali juga Guntur mengusap lembut punggung tangan itu.

"Lava nggak mau dan gue nggak mungkin maksa."

"Ck! Emang lo nggak pernah bisa melindungi Lava. Cuma bisanya menghancurkan, menyakiti, merusak, tapi lo bersikap seolah lo yang paling sayang sama dia." Zergan menatap sinis tangan Guntur yang masih belum kunjung menjauh dari punggung tangan Lava, ada perasaan tidak suka di dalam diri Zergan hingga rasanya ia ingin melayangkan pukulan pada wajah Guntur saat ini juga, tetapi ia sadar bahwa ini adalah rumah sakit dan ia tidak mungkin menciptakan keributan.

"Sama aja, lo juga nggak pernah bisa menjaga Lava."

"Seenggaknya gue nggak pernah menyakiti dia, apalagi sampe bikin hidupnya hancur kayak sekarang."

"Terserah lo! Gue nggak mau ada keributan di sini. Kalo niat lo dateng cuma buat nyari ribut sama gue, mendingan lo pergi. Lava juga nggak butuh lo. Ada gue—pacarnya—yang bakalan nungguin dia sampe sadar. Fokus sana sama sekolah lo, biar semua hal yang menyangkut Lava, jadi urusan gue."

"Banyak gaya lo, baru jadi pacar Lava aja udah bangga banget."

"Daripada lo? Jangankan jadi pacar, disukain balik juga kagak."

Zergan mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Menarik masing-masing ujung jaket yang digunakan oleh Guntur. Dirinya saat ini sudah mulai dibalut emosi, menatap nyalang ke arah Guntur yang terlihat santai.

Guntur memalingkan wajahnya kemudian melepas paksa tangan Zergan dari sana. Ia menepuk-nepuk kedua sisi jaket yang semula terkena cengkeraman Zergan. Seolah tangan Zergan mengandung kotoran yang layak untuk dibersihkan.

"Gue bilang, gue nggak mau ribut sama lo. Kasian Lava, nanti terganggu."

"Kalo lo nggak mau di sini ya udah, silakan keluar. Pintu terbuka lebar buat cowok nggak berguna kayak lo."

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang