Minho baru saja selesai makan, setelah menghabiskan waktu 15 menit di dapur sendirian. Felix memaksakan telur dadar dengan jamur enoki, setelah memasak Felix kembali bersama dengan member lain untuk melihat keadaan Ino.
Minho memperhatikan Chan yang ternyata ikut tertidur dengan posisi kurang nyaman di sofa. Masih tetap memeluk Ino di atas dadanya, membuat Minho menyentuh bahu Chan dan mengejutkannya.
"Ino sudah nyenyak. Panasnya juga sudah lumayan turun. Pindahkan saja ke kamar, tidur di sana" bisik Minho pelan agar tidak membangunkan Ino.
Chan menganggukkan kepalanya, memindahkan Ino dengan perlahan agar tidak membuat bayi itu kembali bangun, ia berjalan ke kamar Minho.
Setelah memindahkan Ino, Chan sengaja membuka pintu kamar tidak menutupnya agar ketika Ino menangis dapat mereka dengar. Chan juga nggak susah untuk membuka pintu lagi.
"Hyung, bangun. Pulanglah sudah terlalu malam, aku akan menginap disini. Anak-anak yang lain, bisa ikut hyung ke gedung 1," ujar Chan pada managernya.
Mereka menganggukkan kepalanya, meminta Changbin, Han dan Hyunjin segera bersiap-siapa. Karena mereka bertiga harus pulang ke asrama lain.
Lagian, jika mereka tidur di gedung 2, tidak ada kamar lagi. Setiap member hanya memiliki tempat tidur singel yang cukup untuk satu orang.
******
Setelah semua tenang, Minho mendudukkan tubuhnya pada sofa dan bersandar. Tubuhnya mendadak lemas, saat rasa lelah dan ditambah dengan rasa panik yang luar biasa. Membuat tubuhnya terkejut menerima kedua rangsangan yang datangnya tiba-tiba.Chan menghampiri Minho, duduk di samping dan menariknya ke dalam pelukan. Minho tidak menolak, ia menerima Chan ketika memberikan pelukan penenang.
"Maaf, seharusnya tadi aku nggak memilih untuk live, dan membuatmu kelelahan" ujar Chan dan Minho menggelengkan kepalanya, merapatkan tubuhnya agar Chan lebih merengkuhnya dalam pelukan hangat.
Tidak ada yang bisa disalahkan, keadaan berubah secara tiba-tiba. Sakit yang Ino alami, juga bukan salah Chan atau Minho. Keduanya sama-sama menjaga bayi itu dengan tulus dan memberikan gizi yang cukup. Ino sakit karena perubahan cuaca yang cukup ekstrem.
Salju pertama turun dengan lebat, udara begitu dingin sampai membuat Ino harus demam. Itu biasa bagi bayi, Minho tau itu. Tapi, untuk mengurus bayi yang sakit Minho masih belajar dan itu ternyata menguras tenaga miliknya.
"Ayo tidur, kau butuh istirahat juga." bisik Chan dan Minho menganggukkan kepalanya.
Chan menggendong Minho, sampai ke kamar karena pria itu masih juga tidak bergeming ketika kepalanya mengangguk untuk masuk ke dalam kamar. Minho tertawa pelan, bahkan Chan benar-benar menurunkannya di atas kasur dan memberikan selimut.
Chan kembali keluar untuk mengambil segelas air, biasanya ia memang selalu menyediakan air minum sebelum tidur di kamar. Dan setelahnya, menutup pintu dengan rapat.
Minho memperhatikan keranjang tempat tidur Ino, yang tidak jauh dari kasur. Si kecil sudah tidur dengan tenang di dalam sana dan Minho berharap ia tidak terbangun.
Agar Ino tidak merasakan sakit pada tubuhnya akibat demam, agar bayi kecilnya memiliki waktu istirahat yang cukup seperti biasa dan cepat sembuh.
Minho mulai memejamkan matanya, ketika merasakan Chan sudah berada di atas kasur. "Selamat malam," bisik Chan sangat pelan.
Minho membalasnya dengan anggukan kepala, dan mencoba untuk tidur sebagai pengisi tenaganya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Parents Line || Banginho ✔
Fanfic[BANGINHO FANFICTION] ⚠️ bxb chn top! mnh bott! ⚠️ Semi baku ⚠️ mpreg ***** "Kak, kita nggak punya waktu untuk ini. Jadwal kita bahkan sudah sangat padat, untuk merawat bayi yang lebih membutuhkan seorang ibu itu nggak wajar," Bangch...