S.S - 02

2.1K 174 25
                                    

Jangan lupa Vote & Comment ya!
Selamat Membaca☀

.

.

.

.

Mendengar dirinya dipuji, Mew hanya tersenyum, memamerkan gigi rapinya. "Terima kasih, Om"

"Bram. Sudah makan malam? Kalau belum, sekalian saja ikut makan bersama kami" Ucap Nyonya Jong.

"Terima kasih tapi maaf karena saya menolak, Nyonya. Dirumah ada anak yang juga menunggu kepulangan saya untuk makan malam bersama" Tolaknya dengan sopan.

Terkejut. "Oh ya? Kamu juga sudah ada anak? Umur berapa? Laki-laki atau perempuan?"

"Anak saya perempuan. Tahun ini umurnya baru menginjak 20 tahun, Nyonya"

"Wah, daddy harus menjaga ketat anak perempuannya nih" Menggoda.

"Itulah mengapa saya tidak bisa lama-lama meninggalkannya sendirian, Nyonya. Saya khawatir"

"Kan ada istrimu dirumah yang menjaganya, Bram"

"Maaf, tapi, istri saya sudah meninggal 10 tahun yang lalu" Menunduk sedih.

Terkejut. "Maafkan saya" Menunduk minta maaf.

"Tidak apa-apa, Nyonya. Nyonya juga tidak sengaja" Tersenyum.

"Jadi anak kamu sendirian aja selama kamu kerja?" Mengangguk pelan. "Begini saja. Selama kamu kerja, kamu bisa bawa putrimu kesini, Bram. Buat jadi teman main Mew. Daripada sendirian dirumah, hitung-hitung Mew punya teman. Ya kan, sayang?" Mengusap surai Mew dengan lembut.

"Khab, Mae" Melirik Bram. "Benar, Om. Biar Mew jadi punya teman disini"

"Akan saya pikirkan. Terima kasih atas tawaran baik dari Nyonya. Saya pamit undur diri Nyonya dan Tuan muda" Menunduk hormat dan berlalu setelah menerima anggukkan dari Nyonya Jong dan Mew.

.

Seminggu kemudian, Bram membawa putrinya ke mansion. Memperkenalkan putrinya pada Mew. Awal memang keduanya agak canggung. Tapi setelah hari ke-5 mereka bertemu, Mew dan Nanno, anak Bram, menjadi akrab layaknya kakak adik. Sang Ibu melihat anaknya tampak bahagia dengan kehadiran Nanno. Seiring berjalannya waktu, karena Bram selalu membawa Nanno datang bertemu dengan Mew, setiap itulah benih-benih cinta tumbuh diantara Nyonya Jong dan Bram hingga pada 8 bulan kemudian, Bram menikahi Ibu Mew. Mew ikut senang karena Bram juga selama ini selalu menjaga Mew layaknya seorang Ayah. Bram termasuk orang yang baik dan peduli di mata Mew, mengingatkan akan kasih sayang dari Ayah kandungnya yang sudah lama tiada. Mew merasa bahagia bila Ibunya juga bahagia bersama dengan Ayah barunya itu.

Di tahun ke-5 pernikahan, semua masih berjalan baik-baik saja. Nanno yang berusia 25 tahun sedang berkuliah di universitas ternama kota Bangkok dengan kekayaan dari Ibu tirinya sedangkan Mew, berusia 22 tahun, tetap berdiam diri di mansion. Sedangkan sang Ibu, meninggal dunia karena penyakit kanker payudara stadium 6 yang dideritanya.

Setelah sang Ibu meninggal, Mew mulai mengetahui sifat Ayah tiri yang sedikit demi sedikit sengaja diperlihatkan padanya. Ayahnya ternyata suka berjudi, mabuk-mabukkan, main wanita, serta jalan-jalan keluar negri bersama dengan putri tercintanya. Semua itu menggunakan uang peninggalan Ibu Mew. Sedangkan Mew, ditinggal begitu saja. Tak peduli ia makan atau tidak, tidur atau tidak, dan hidup atau tidak. Mew pun lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. Menangis, menangis, dan menangis. Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain bibi yang sudah tua disisinya. Mau mengharapkan Ayah tirinya? Omong kosong. Apa yang Mew lihat manisnya di awal, ternyata semua palsu. Ayah tirinya tak sebaik apa yang ia lihat. Mau menyesal pun sudah tidak berguna.

Stand By Me || GULFMEW {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang