Jangan lupa Vote & Comment ya!
Selamat Membaca 🐰.
.
.
.
Menaruh Mew dengan lembut diatas ranjang. Gulf baru menyadari ponsel dan charger yang Mew genggam. "Nong, itu ponsel siapa yang kamu bawa?"
Melirik tangannya. "Oh, ini ponsel Phi Kriss, Phi"
Mengerutkan kening. "Kenapa kamu bawa kesini? Nanti kalau Phi Kriss mau pakai bagaimana?"
"Phi Kriss sendiri yang meminjamkannya padaku, Phi"
Bingung. "Tumben. Setahu Phi dari dulu, dia tidak memperbolehkan siapapun menyentuh ponselnya"
Kaget. "Benarkah,,? Aku,, aku kurang tahu kalau itu, Phi"
Mengacak rambut Nong manisnya itu. "Yasudah kalau memang Phi Kriss yang meminjamkannya padamu. Dirawat baik-baik karena ponsel itu sangat mahal dan Phi tidak sanggup menanggung biaya service jika ponsel itu sampai rusak" Melirik lambang apel digigit pada belakang ponsel.
"B-Baik, Phi. Mew akan rawat dengan sangat baik. Biar bagaimanapun juga ini adalah ponsel pertama yang pernah aku pegang seumur hidupku" Menatap dalam-dalam ponsel tersebut.
"Baiklah kalau begitu Phi mandi dulu ya. Setelah itu Phi mau ajak kamu ke swalayan buat beli kebutuhan yang sudah habis. Kamu mau?"
Menatap Gulf dengan mata berbinar-binar. "Maaaauuuuuu!!!" Gulf membalasnya dengan senyuman dan berlalu untuk mandi. Mew menyimpan ponsel Kriss dengan baik di laci kecil yang berada tepat di samping ranjang. Setelahnya, Gulf bersiap-siap, tak lupa memakaikan Nongnya syal dan jaket tebal agar tidak kedinginan karena hari mulai menjelang malam. Mereka pun pergi ke swalayan dengan Gulf yang menggendong Mew ala kura-kura tanpa rasa malu, mengabaikan tatapan orang padanya.
Tak sengaja Mew mendengar bisikkan tak mengenakkan saat ia dan Gulf melewati sekelompok remaja pria dan wanita yang kebetulan berkumpul di dekat swalayan tujuan mereka.
------
"Psst,,, psst,, lihat disana! Masa sudah besar masih digendong? Ututu,, manjanya anak papi" Ujar salah satu remaja yang bicara pada teman sekelompok nya sambil menunjuk dengan dagu ke arah Mew yang kebetulan juga melihat ke arah mereka.
"Benar! Apa dia tidak mikir badannya yang besar dan berat itu membuat Ayahnya kelelahan?" Sahut yang lain.
"Ssttttt,, jangan negative thinking dulu. Siapa tahu dia cacat--HAHAHAHAHAHAHAHA"
"Kalau memang dia cacat, lebih baik tinggal saja dirumah. Untuk apa gendong orang cacat ke mana-mana? Menyusahkan diri sendiri saja. Cih" Menatap Mew sambil berdecak kesal.
"Kalau aku jadi Ayahnya, lebih baik aku jual saja anak cacat seperti dia. Dapat uang dan tidak memikul beban" Diikuti tawa teman-temannya.
------
Mew hanya bisa menatap mereka semua dalam diam dan tanpa bisa berbuat apa-apa. Perkataan mereka memang benar adanya. Untuk orang cacat sepertinya ini memang pantas dirumah saja. Kalau jalan-jalan hanya bisa membuat Gulf kesulitan seperti ini, untuk apa? Tanpa sadar air mata mulai mengalir di sudut mata cantiknya. Tangannya meremas jaket Gulf untuk menahan isakkan. Jujur, hatinya sakit setelah mendengar perkataan mereka tadi. Lebih sakit lagi karena apa yang mereka katakan sama sekali tidak salah. Dia hidup memang bisanya merepotkan orang lain saja. "Hikss,,,," Isakkan terlepas dari bibir manisnya, membuat Gulf yang kebetulan dengar jadi bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By Me || GULFMEW {END}
Teen Fiction🔞 AREA ♦ BXB ♦ 21+ Mature Content . "Setiap kali orang bertanya padaku apakah aku baik-baik saja, hal ini semakin mengingatkan bahwa aku tidak baik-baik saja" - Mew Suppasit.