Jangan lupa Vote & Comment ya!
Selamat Membaca🦊.
.
.
.
Membereskan bungkusan nasi campur milik mereka masing-masing lalu dijadikan satu ke dalam plastik bekas. Setelahnya, terlihat Mew dengan susah payah menyeret tubuhnya sendiri menuju kamar mandi. Melihat itu, Gulf langsung menggapai lengan tangannya. "Mau ngapain? Biar Phi bantu"
Saat Gulf hendak bersiap untuk menggendong, dengan sigap Mew menahan dadanya. "Mandi---tidak perlu, Phi. Aku bisa melakukannya sendiri"
Berhenti lalu menatapnya sambil menaikkan sebelah alis, tampak meragukan. "Kau yakin bisa sendiri, Nong?"
Menganggukkan kepalanya. "Aku yakin, Phi. Aku tidak mau bergantung terus-terusan pada Phi dan pada akhirnya aku hanya akan merepotkan Phi saja" Tersenyum, membuat Gulf tidak bergeming atas ucapannya.
"Phi tidak pernah berpikir seperti itu. Justru, Phi senang dapat terus membantumu. Atau biarkan Phi membantumu sampai ke dalam, na. Phi khawatir kamu kesusahan kesana. Lihat, lantainya juga tidak rata dan keramiknya ada yang pecah. Kalau kena kakimu terus lecet, kan Phi juga yang merasa bersalah" Cemberut sambil menunjuk ke arah 2 keramik didepan kamar mandi yang pecah di bagian sudut.
Masih dengan senyum yang terpatri di bibir manisnya, ia menggenggam tangan Gulf yang saat ini masih memegang lengan tangannya. "Baiklah. Terima kasih sebelumnya, Phi" Mengalungkan tangannya ke leher Gulf.
Mulai mengukir senyum di wajah tampannya. Entah kenapa ia senang kalau Mew bergantung padanya seperti ini. Menganggukkan kepala lalu menggendong Mew ala bridal menuju kamar mandi dan ditaruh ke samping bak plastik yang terdapat kursi plastik kecil disana untuk Mew pakai. "Phi mandikan sekalian, na"
"Phi,,,,!"
Tersenyum. "Bercanda. Kalau butuh bantuan, langsung panggil Phi, ya. Phi tunggu didepan pintu kamar mandi ini" Ujar Gulf dengan wajah seriusnya. Sedangkan Mew hanya tersenyum melihat Gulf sangat protektif padanya. Padahal, mereka baru kenal tak sampai seminggu.
Mengangguk, "siap, Phi" Memberi hormat dengan tangan, bermaksud bercanda.
Teringat sesuatu dan langsung berlari keluar lalu kembali dengan handuk ditangannya. "Untuk kamu pakai"
Meraih handuk itu, "Terima kasih, Phi"
"Jangan berterima kasih terus, Nong. Phi sudah menganggapmu seperti adik Phi sendiri. Oh ya, ini sikat gigimu, ini odolnya, ini sabun, dan ini shampoo" Memberikan semua barang-barang itu ke tangan Mew sampai jatuh ke lantai karena kepenuhan di tangan kecilnya itu. "Phi tunggu diluar, na" Mencubit gemas pipi tembem Mew dan berlalu keluar dari kamar mandi.
"K--Khab" Menatap Gulf sampai pintu kamar mandi ditutup dengan senyum yang terus merekah di bibir pinknya itu. "Ada-ada saja" Meraih satu persatu barang yang jatuh, membuka semua pakaiannya dan mulai membersihkan diri dengan perlahan menyirami tubuhnya memakai gayung. Sudah 1 tahun lamanya sejak ia terakhir kali dimandikan oleh bibi pengasuh, akhirnya bisa merasakan yang namanya mandi dengan air lagi walau mesti susah payah dengan menggayung air di bak sampai tangannya pegal. Kalau dulu, ia hanya tinggal menyalakan shower atau berendam di bath up lalu selesai. Kenangan lama itu mulai menghantui selama ia mandi. Setiap mandi, Mew kecil selalu ditemani Ayah kandungnya atau dimandikan oleh Ibunya sendiri. Air mata tak henti mengalir dari sudut mata cantiknya. "Mae,, Pho,, hiksss,, Mew kangen" Menghentikan kegiatan menggayungnya lalu menutup wajah dengan kedua telapak tangan, menahan isakkan agar Gulf tidak dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By Me || GULFMEW {END}
Teen Fiction🔞 AREA ♦ BXB ♦ 21+ Mature Content . "Setiap kali orang bertanya padaku apakah aku baik-baik saja, hal ini semakin mengingatkan bahwa aku tidak baik-baik saja" - Mew Suppasit.