Jangan lupa Vote & Comment ya!
Selamat Membaca 🐣.
.
.
.
KLUNTANG,, TUNG,, TANG,, TANG,, TANG,,,
.
Suara panci jatuh begitu keras, membuat Gulf langsung bangun dari tidur nyenyaknya. "Nghh,,, apa itu----hhooaaaamm" Menguap.
"Hikss,,, hik,,, panas,,, hiks" Lirih Mew dari arah dapur.
Mendengar suara lirih sang kekasih membuat Gulf yang tadinya masih ngantuk, langsung sadar total. "Sayang???!!" Menyibak selimut dan langsung berlari menuju dapur yang tidak jauh dari ranjang. Mendapati Mew duduk di lantai dapur dengan panci dan air yang berserakan didekatnya. "ASTAGA!!! APA YANG TERJADI, SAYANG? ADA YANG TERLUKA?" Menghampiri Mew dan langsung menggendongnya ala bridal lalu ia pangku di sofa. Matanya melirik tangan yang Mew genggam sudah memerah dan sedikit melepuh. Menyentuh tangan yang melepuh dengan hati-hati. "KAN PHI SUDAH BILANG, JANGAN PEGANG ALAT DAPUR. LIHAT! INI YANG PHI TIDAK MAU TERJADI PADAMU. SEKARANG KAMU MENGERTI KAN MAKSUD PHI?!" Bentak Gulf sambil mendesah nafas kesal. Gulf sangat khawatir pada Mew dan tidak ingin sedikitpun Mew terluka, namun, Mew memang tergolong orang yang susah diberi tahu, membuat Gulf yang baru bangun tidur dan belum berpikir jernih, langsung tersulut emosi.
Mendengar bentakkan Gulf untuk yang pertama kali, membuat keberaniannya ciut. "Hikss,, maaf,,, aku,, cuma,, mau berusaha yang,, terbaik untuk menyiapkan sarapan, Phi,, hikss,,"
Gulf mulai merasa bersalah karena membuat Mew ketakutan dan tambah nangis. Mengusap wajah dengan kasar lalu memeluk Mew erat-erat untuk menenangkannya. "Maaf karena Phi membentakmu barusan. Tolong, dengarkan apa yang Phi katakan karena itu demi kebaikkanmu juga, sayang"
CUP
Mengecup pucuk kepala Mew.
Mengangguk perlahan. "Maafkan aku, Phi. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Hikss,,,"
Tersenyum lalu melepas pelukannya pada Mew. "Sebentar. Phi ambil kotak obat dulu" Mendudukkan Mew ke sofa lalu mengambil kotak obat yang berada di dekat ranjang dan kembali duduk di sebelah Mew. Dengan lihai Gulf membersihkan tangan Mew yang melepuh secara lembut, mengolesi obat hingga membungkusnya dengan kain kasa. "Selesai"
CUP
Mengecup pipi berisi Mew sambil meminggirkan kotak obat. Melirik jam yang telah menunjukkan angka 09:00 ( jam masuk kerja Gulf ). "ASTAGA! PHI LUPA MINTA IZIN CUTI" Panik. Langsung lari ke kamar untuk mengambil ponsel dan menekan nomor seseorang. "Sayang, Phi bicara dulu sebentar diluar, ya" Tersenyum pada Mew sambil mengusap pipi berisi nya dan berlalu keluar kamar setelah menerima anggukkan Mew.
Menatap tangannya yang terdapat kain kasa dalam diam. Sebelum bertemu dengan Gulf, Mew akan menjilat luka pemberian Ayah tirinya agar kering dan sembuh sendiri, sedangkan hari ini, Gulf mengobatinya begitu lembut. Sungguh perbedaan yang sangat jauh dan membahagiakan bagi dirinya saat ini. Tersenyum sambil melirik ke arah pintu dimana Gulf baru saja keluar. "Terima kasih, Phi Gulf. Aku mencintaimu" Menutup kedua mata. *Mae,, Pho! Akhirnya Mew menemukan orang yang menyayangi Mew seperti kalian dan aku sangat mencintainya. Tolong restui hubungan kami agar terus berjalan lancar seperti ini, sampai maut memisahkan kami* Setetes air mata lolos dari sudut mata cantiknya.
"Sayang" Panggil Gulf dengan raut wajah sedih. Duduk di samping sambil menaruh kepalanya di ceruk leher Mew.
Mengusap air mata dengan cepat lalu membelai rambut Gulf penuh kasih sayang. "Ada apa, Phi? Bagaimana izinnya? Lancar?" Gulf menghela nafas lemah, membuat Mew tahu bahwa usaha kekasihnya untuk izin hari ini pasti gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By Me || GULFMEW {END}
Teen Fiction🔞 AREA ♦ BXB ♦ 21+ Mature Content . "Setiap kali orang bertanya padaku apakah aku baik-baik saja, hal ini semakin mengingatkan bahwa aku tidak baik-baik saja" - Mew Suppasit.