💞 Vote and comment will be appreciated💞
3 hari kemudian....
"Kak, tadi kakak order makanan ya?"
Suara teriakan Andin dari bawah membuat Yena menghentikan tangisnya. Mata gadis itu terlihat sembab, kentara sekali kalau sejak semalam iya kurang tidur.
Olimpiade kemarin berjalan buruk. Ia hanya bisa mengerjakan 2 dari 10 pertanyaan. Bahkan ia pikir simulasi bulan lalu jauh lebih baik dari performanya kemarin. Bukan hanya ekspektasinya saja, kali ini Yena juga mengecewakan semua orang.
"Nggak. Aku nggak order. Zelo kali yang pesan..." jawabnya dengan suara sengau dan lemah. Untuk berjalan ke bawah saja rasanya ia tidak mampu. Gairah hidupnya benar-benar terjun bebas.
"Adik kan masih nginep di rumah temannya, Kak." Lagi-lagi Andin menimpal.
"Nggak tau. Yena nggak pesan kok..."
"Tapi ini kok ada abang-abang gofood dateng sih? Katanya atas nama Riena..."
Yena menghembuskan nafas kesal. Ia sungguh tidak mood kali ini.
"Nggak tahu...dibilangin Yena nggak pesan..."
"Masa sih? Mama suruh ke atas ya!Masuk aja, Pak!"
Tubuh Yena kontan menegak. Ia bisa mendengar mamanya mempersilahkan laki-laki itu masuk. Yang tak lama kemudian ia bisa mendengar derap langkah mendekat pintu.
"Mama ih! Kok disuruh naik sih?!" Gadis itu menggerutu, lantas beranjak dari kasur, berniat untuk menghampiri orang itu sebelum ia masuk ke dalam kamar.
Namun, saat ia baru turun dari ranjang, pintu kamarnya sudah terbuka.
Ceklek!!
"Benar, atas nama Riena? Pizza sama ayam gorengnya udah datang. Masih hangat, baru diantar dari penggorengan..." ucap orang tersebut masih dengan jaket dan helm berlogo gojek.
Seketika garis bibir Yena tertarik saat menyadari siapa orang yang ada di balik kaca helm tersebut.
"Boleh saya foto mbak, buat tanda bukti terima? Fotonya nggak akan disalahgunakan kok."
"Markk!! Ih nyebelin!"
"Gue kira gojek beneran tau!" Yena melempar bonekanya ke arah cowok itu.
Yang dilempar malah berkelakar puas, sebelum melepas helm dan jaketnya dan ikut duduk di atas karpet.
"Udah pantes nggak gue jadi abang ojol?" tanyanya bergurau.
Yena menggeleng kecil. Ia tahu, Mark sedang menghiburnya saat ini. Cowok itu pasti mendengar kabar kekalahan itu dari Sheren.
"Siapa yang bilang?"
"Apanya?"
"Siapa yang ngasih tahu kalau gue lagi galau? Mama ya?"
Mark mendongak, sebelum membuka kardus berisi pizza dan ayam tersebut dengan hati-hati.
"Nggak dikasih tahu pun gua bakal tahu. Gue kan punya radar telepati ke hati lo...."
"Mama yang nyuruh?"
"Itu tau...." Mark membenarkan rambutnya yang berantakan. "Katanya anaknya lagi ngurung diri di kamar, galau minta dikawinin. Sebagai tetangga yang teladan, gue harus ikut membantu dong..." sahutnya berbangga.