~Vote and comment will be appreciated~
Punya mulut ketus, pedas, dan pintar menyindir memang keahlian utama Haevan.
Namun, jika berkaitan dengan menyembunyikan rahasia...kepintaran pemuda itu nyaris nol.
Lihat saja sekarang.
Ekspresinya kentara sekali jika ia sedang berbohong dan menyembunyikan sesuatu.
"Jujur sama aku. Ini semua beneran kamu yang beli?" tanya Yena mengintrogasi.
Pemuda itu baru saja membawa puluhan boks berisi keperluan ibu hamil ke kamarnya. Tentu saja gelagatnya sangat mencurigakan bagi Yena.
Haevan meneguk ludah gugup. "B-benar Kak...udah berapa kali sih aku bilang? Ini buat Kak Yena...Kebetulan kemarin kantor aku baru ngadain acara gender equality & feminisme. Dan salah satu topik yang dibahas soal hak perempuan hamil...terus dikasih deh itu sama rekan kantor..." jawabnya berbohong.
"Siapa nama temen kamu yang ngasih ini?" tanya Yena lagi.
Ditembak pertanyaan seperti itu sukses membuat Haevan panik.
"Eum....itu..."
"Sarah...i-iya Sarah...kebetulan dia bagian divisi acara, jadi yang ngurus langsung kegiatannya," sahut Haevan tergagap. Bahkan Yena bisa melihat setitik keringat pada pelipis pemuda itu.
"Coba minta nomornya kalau gitu. Aku mau bilang terimakasih," pinta Yena kepada Haevan. "Atau kalau enggak kamu telfonin dia sekarang..."
Di situ Haevan semakin panik. Demi Tuhan ia benar-benar payah dalam berakting. Posisinya saat ini semakin tersudut. Masalahnya ia tidak menyiapkan alibi lain untuk mengelak.
"D-dia sibuk tau Kak...lagian u-udah aku bilangin kok kemarin...Kak Yena tenang aja..."
"Mending Kakak coba dulu daster sama celana legingnya. Katanya bagus loh buat perempuan hamil..."
Yena yang mendengar itu menghela nafas berat. Bahunya terjatuh dengan pandangan tertuju pada Haevan yang mulai membuka satu per satu kardus dengan semangat.
"Van..."
"Iya?"
"Jujur sama Kakak. Nggak usah bohong lagi. Kelihatan tau," titah Yena dengan nada tegas. "Siapa yang ngasih ini semua?"
"Aku tahu kamu kerja di perusahaan asuransi. Nggak mungkin mereka bakal buat acara kayak gitu di kantor."
"Bilang ke Kakak, siapa yang ngasih ini semua."
Sekarang Haevan benar-benar kehabisan jawaban. Laki-laki itu hanya diam sembari menundukkan kepala ke lantai. Ia sudah menduga jika ide Mark ini sangat buruk, buktinya belum lima menit saja ia sudah tertangkap.
"Ini dari dia kan? Kapan dia ketemu sama kamu?" tanya Yena to the point. Matanya menatap lurus ke Haevan seakan ingin membunuh pemuda itu lewat tatapannya.
Yang ditanya langsung tersentak kaget. "M-maksud Kakak?"
"Kakak kamu....Kapan kamu ketemu dia?"
Pertanyaan itu sukses membuat Haevan terkena serangan jantung. Bagaimana bisa Yena tahu setepat itu?
"K-kemarin lusa Kak..." cicitnya pelan.
Lagi-lagi sebuah helaan nafas terdengar saat Yena mendengar jawaban Haevan.
Wanita itu kembali merapikan kardus-kardus itu lantas menumpuknya pada satu tempat. Dari awal pun ia sudah menduga jika ini semua adalah pemberian pria itu.