~Vote and comment will be appreciated~
Perlahan, dengan gerakan kecil mata pria itu terbuka.
Mark bergumam tidak jelas, mencoba menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke dalam retinanya. Saat ini kesadarannya memang masih mengambang di awan sehingga membuatnya pusing.
Dan hal pertama kali yang ia rasakan saat ia sepenuhnya terjaga adalah sakit pada sekujur tubuh. Seluruh tulangnya seperti terasa patah dan remuk.
Yang terakhir kali ia ingat adalah ia dihantam oleh sebuah truk besar saat mencoba menyelamatkan Yena. Namun, setelah itu ia tidak ingat apa-apa.
Beralih pada plafon yang ada di atas, mata bobanya itu kini turun pada sisi bahu ranjang.
Detik itu juga hati Mark menghangat kala disambut wajah damai Yena yang tertidur pulas pada jemarinya.
Cara Yena menggenggam erat tangannya membuat Mark terkekeh kecil.
Pria itu tersenyum tipis, membelai rambut sang wanita dengan tangan satunya. Sungguh, ia begitu bahagia saat melihat wanita itu baik-baik saja dan setia menunggunya di sini.
"Sayang? K-kamu udah sadar?" tanya Vera terkejut.
Saat asyik membelai pipi Yena dengan tangannya, Mark melihat mamanya itu berdiri di ambang pintu dengan wajah super syok.
Wanita itu sudah ingin memekik, memanggil semuanya untuk masuk sebelum Mark mengisyaratkan untuk diam.
"Sssst!"
"Tidur..." bisiknya menginstruksi.
Dalam hati Vera mengomel. Di saat seperti ini putranya itu masih sempat-sempatnya bersikap bucin. Anaknya itu malah mengusirnya untuk keluar demi berduaan dengan Yena.
"Eungh..."Dan benar saja. Tepat saat Vera pergi, yang dimaksud pun terbangun karena terusik.
Wanita itu mengerjap memandang Mark polos seakan baru sadar jika pria itu sudah terbangun.
"Hai..." sapa Mark tak berdosa. "Suara aku keras ya? Maaf..."
1
2
3
4
5
"U-udar sadar??" tanya Yena terguncang.
Lima detik wanita itu membeku di tempat, seakan tidak percaya jika akhirnya pria itu terbangun.
"Kenapa? Aku masih hidup kok, bukan hantu," celetuk Mark polos.
Yena pun tertampar.
"S-sebentar aku panggilin yang lainnya dulu. Kamu tunggu di sini-"
"Jangan!" cegah Mark menahannya yang sudah mau bangun. "Mereka udah tau.."
"Beneran? Mereka udah tau?"