18| ✨

716 61 3
                                    

~Vote and comment will be appreciated~








Seminggu ini jam tidur Mark kembali berantakan. Bahkan, terkadang ia bisa tidur hanya 2 jam sehari karena memikirkan telfon yang ia terima tempo hari.

Baginya, ini seperti teror mimpi buruk yang menghantuinya sepanjang waktu. Bahkan ia juga sering tidak fokus dalam bekerja karena ancaman wanita itu.

Demi Tuhan, ia tidak mengira jika Karina akan kembali secepat ini. Dan yang paling membuatnya ketakutan adalah wanita itu tidak menunjukkan diri secara langsung di hadapannya, melainkan mengusiknya lewat telfon dan pesan singkat.

Kumpulan foto Yena yang ia tangkap secara random menjadi bukti jika wanita itu telah menguntit perempuan kesayangannya itu dari dekat. Kurang creepy bagaimana lagi coba?


Ia tidak bisa membayangkan apa yang bisa perempuan jahat itu lakukan terhadap Yena-nya.


"Kak? Nggak sarapan?" tanya Haevan memecah lamunan Mark.

Pria itu tersentak dan menoleh ke arah meja. Di sana terdapat Haevan dan Yena sedang sarapan bersama.

"Hah? Eum...kakak masih kenyang. Nanti aja deh sarapan di kantor..." sahutnya mencoba terlihat normal. "Yang lainnya mana?"

"Zelo sama Papa udah berangkat dari pagi. Kalau Mama lagi keluar ke warung buat beli gula. Sarapan aja sama kita, nggak papa kan Kak Yen?" tanya Haevan meminta izin.

Yang ditanya hanya mengangguk ragu, sebelum kembali menyantap nasi gorengnya dengan tenang.

"Ayo! Gabung aja sama kita, gue tahu lo juga lapar..." ajak Haevan modus. "Mumpung nasi gorengnya masih banyak nih."

Mark terlihat tergoda dengan tawaran itu. Apalagi ia tidak pernah semeja makan bersama Yena. Tapi setelah teringat masalahnya, pria itu jadi mengurungkan diri.


"Kakak makan di kantor aja. Kebetulan hari ini ada meeting pagi. Kalian lanjutin aja sarapannya."

"Beneran?" tanya Haevan tidak percaya.

Mark mengangguk, lantas beralih pada Yena yang terlihat menyibukkan diri dengan kerupuk udang.

"Hari ini kamu keluar?" tanya Mark kepada wanita itu.

Haevan bersumpah jika itu adalah interaksi tercanggung yang pernah mereka berdua lakukan. Pasalnya mereka seperti dua orang asing yang baru mengobrol.


"Enggak. Ada apa?" tanya Yena ikut kikuk.

"Nggak ada apa-apa. Kalau mau keluar ajak Mama, jangan pergi sendiri, paham?"

"Buset deh Kak, protektif banget lo! Kak Yena kalau pergi juga bakal kasih kabar kali, bukan kayak bocah SD lagi," komen Haevan nimbrung.

"Nggak boleh. Pokoknya kalau keluar harus sama Mama. Jangan sendiri. Kalau Mama nggak ada di rumah, tunggu dia pulang, pokoknya jangan keluar sendiri."

"Terus kalau mau tidur jangan lupa pintunya dikunci semua dari dalam. Kalau butuh apa-apa telfon aja aku atau Haevan. Jangan pergi sendiri," titah Mark tegas. Tumben sekali pria itu berani memerintah. Haevan saja sampai melongo tidak percaya.


"Lo kenapa deh? Kayak lagi diuber pembunuh bayaran," celetuknya asal.

"Nggak kenapa-napa. Perut Yena udah besar. Kakak cuma khawatir kalau dia kenapa-napa di luar," sahut Mark beralibi.

Yena yang pada dasarnya masih marah dengan pria itu hanya menganggap perintah Mark layaknya angin semata. Kesal, kenapa pria itu memerintahnya seenak jidat seperti itu.

Afterglow | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang