~ Vote and comment will be appreciated ~Melodi lagu 'The Night We Met' dari Lord Huron yang diputar oleh DJ melantun lembut memenuhi ballroom berukuran 10×10 meter itu.
Cahaya biru temaram membuat suasana semakin terasa melankolis bak di bawah sinar bulan, apalagi beberapa siswa mulai turun ke lantai dansa dengan pasangannya.
Yena tidak paham apa yang sedang terjadi saat ini. Yang jelas suasana yang berlangsung berubah begitu magis. Lagu itu seakan membawa mereka ke dimensi berbeda.
Baginya ini seperti bukan ballroom sekolah mereka.
"Mark, what's going on?" tanyanya kebingungan.
"Don't see anything else. Just look at my eyes..." bisik Mark membalas.
Cowok itu malah mengeratkan pinggangnya untuk mendekat. Karena tidak ingin hilang seimbang, tentu saja Yena ikut melingkarkan tangannya pada leher Mark. Ia tidak ingin jatuh.
Dan karena hal itu, jarak wajah mereka jadi begitu dekat, bahkan ia bisa melihat secara jelas iris mata Mark yang berkilau di tengah kegelapan.
Sekarang lidah Yena benar-benar kelu.
Tubuh mereka seperti dikontrol, bergerak mengikuti irama lagu yang mengalun lembut. Ini bukan gerakan dansa yang cepat, melainkan hanya beberapa langkah kecil yang begitu bermakna.
Saking asyiknya terlarut, mereka sampai tidak sadar dengan keadaan sekitar. Mata Mark berhasil mengunci pandangannya pada satu titik yang belum pernah Yena lihat sebelumnya pada mata cowok itu.
Barulah setelah lagu berakhir, pautan itu terlepas secara otomatis. Tiba-tiba suasana berubah canggung.
"Ehem...s-sorry tadi kebawa suasana..." ujar Mark terbatuk.
Cowok itu menggaruk tengkuknya kikuk. Tiba-tiba saja wajahnya terbakar hebat setelah lampu kembali menyala.
"Lo berlebihan banget," Yena ikut mencicit.
"Sorry..."
"It's okay..." jawab Yena tak ingin memperpanjang. "Thanks udah bikin dansa pertama gue jadi seindah tadi."
Yena sendiri sebenarnya merasa gugup. Ia hanya merasa jika beberapa saat yang lalu Mark memperlakukan dirinya secara berbeda. Perempuan mana yang tahan dengan sikap seromantis itu coba.
"I think it was going to be our favorit song then..." ujar Mark terkekeh.
Karena tidak tahu menjawab apa, Yena hanya membalas dengan sebuah senyum tipis.
"Anyway, jadwal tampil lo kapan?" tanyanya mengalihkan topik.
Yang ditanya segera mengedarkan pandang. Cowok itu hampir lupa kalau malam ini ia juga ikut mewakili kelas untuk kolaborasi dengan kelas sebelah di atas panggung.
"Anjir lupa. Habis ini kayaknya. Kemarin waktu ploting, kita dapat nomor urut 4," jawab Mark panik.
Yena mengangguk paham. Dan di detik itu juga ia melihat Mina di ujung meja sedang menatap mereka.
"Nah...itu Mina. Kayaknya lagi nungguin lo deh. Samperin gih!" titahnya menunjuk.
"Terus elo gimana?"
"Gue tunggu di sini..." jawab Yena santai.
Mark menggeleng cepat. "Nggak mau gue. Kan Tante Andin udah minta gue buat jaga lo."