~Vote and comment will be appreciated~
"Pulang!"
Suasana studio foto itu mendadak tegang. Pasalnya saat sesi pemotretan berlangsung, tiba-tiba Mark datang dan menarik Yena begitu saja dari tempat make up.
Dengan rahang mengeras, pria itu menggeret sang wanita keluar tanpa sepatah kata. Tentu saja hal itu menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sana.
Apalagi saat ini Wildan tidak ada, sehingga membuat Yohan kelimpungan sendiri karena tidak tahu siapa Mark itu sebenarnya.
"Apa-apaan sih, Mark? Sakit tau!" tepis Yena kasar.
Wanita itu menatap tangannya tidak percaya. Cengkraman Mark barusan begitu kuat hingga membuat pergelangannya memerah. "Kasar banget sih, jadi laki-laki!"
Bukannya menjelaskan maksud kedatangannya kemari, Mark malah memandang Yena dengan sorot dingin. "Beresin barang-barang kamu sekarang, terus pulang!" titahnya tak mau dibantah.
"Kenapa sih?!"
"Lagian apa-apaan sih kamu? Tiba-tiba datang ke sini terus bikin keributan kayak gini? Bagus ya kayak gitu? Malu tau dilihat yang lain!"
Demi Tuhan sekarang Yena menahan malu karena beberapa orang dari studio ikut keluar dan memandang mereka sembari berbisik. Tak terkecuali Yohan yang langsung berjalan menghampirinya dengan wajah serius.
"Yen? Kamu nggak papa? Dia siapa?" tanyanya pada Yena.
Yang ditanya melirik risih.
"Nggak penting. Sorry udah bikin keributan kayak gini. Ayo masuk lagi—"
"Saya suaminya," potong Mark sambil menarik lengan Yena yang ingin berjalan hingga terjengkang kecil.
"S-suami?"
"Iya. Saya ayah dari bayi yang dikandung dia," ulang Mark tegas.
Yena yang diperlukan seperti itu tentu saja segera menepis kesal. Wanita itu melirik Yohan tidak enak.
"Beneran Yen dia suami kamu?"
Dengan berat hati akhirnya Yena menyuruh pria itu untuk masuk terlebih dahulu.
"Sorry, tapi bisa nggak kamu masuk dulu? Nanti aku susul ke dalam...." pintanya pada Yohan. "Aku butuh waktu sebentar buat bicara sama dia..."
"Beneran? Dia nggak bakal nyelakain kamu kan?"
"Nggak usah khawatir. Aku bisa jaga diri."
Sejenak Yohan bergeming di tempat merasa ragu.
"Ya udah, kalau nanti ada apa-apa teriak aja. Aku bakal keluar."
Meski dengan tatapan sangsi, pria itu akhirnya berbalik dan menyuruh seluruh crew untuk ikut masuk, meninggalkan Yena dan Mark berdua secara empat mata.
Barulah setelah suasana kembali sepi, Yena memandang pria di hadapannya itu dengan tatapan buncah.
Pasalnya tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba ia datang dan membuat kegaduhan.
"Sekarang jelasin apa maksud kamu datang ke sini? Bisa halus sedikit nggak sih sama perempuan?! Perlu ya narik-narik tangan kayak gitu?" tatar Yena jengkel.
Sementara itu yang dicerca berusaha menguasai diri. Ia baru sadar jika ia tadi kelepasan saat di dalam. Entahlah, setelah mendapat informasi dari Jeno mengenai pemotretan itu membuatnya seketika meledak.