17| ✨

696 67 5
                                    

~Vote and comment will be appreciated~




Satu bulan bukanlah waktu yang lama. Padahal baru kemarin Injun dan Yiren berkunjung ke rumah untuk mengantarkan undangan, tapi dua hari lagi mereka sudah menikah.

Segala hadiah sudah Yena siapkan dari jauh hari. Mulai dari hampers, barang couple, hingga peralatan dapur yang sekiranya berguna untuk pengantin baru.

Bahkan Zelo sampai bilang jika kakaknya itu lebih antusias dengan pernikahan mereka daripada mereka sendiri. Mungkin Vera yang tak henti-hentinya mengomel karena Yena sering keluar untuk membantu persiapan pernikahan Yiren di saat perutnya mulai membuncit.

FYI, usia kandungannya sendiri sudah menginjak enam bulan. Meski wanita itu jadi lebih aktif melakukan kegiatan di luar yang membuat Vera khawatir, ia cukup bersyukur karena pelan-pelan wanita itu bisa berdamai dengan rasa kehilangannya.

Hubungannya sendiri dengan Mark masih tergolong buruk. Mungkin orang yang paling memperhatikan interaksi mereka adalah Haevan, sang adik terjulid.

Kadang pemuda itu jadi gemas sendiri karena sikap keduanya. Mark yang selalu sedia 24 jam menjaga kehamilan Yena layaknya suami, dan Yena yang selalu gengsi terhadap bantuan Mark.

Malah, akhir-akhir ini perempuan itu justru dekat dengan Wildan. Tentu saja hal itu membuat Mark cemburu hebat.

Seperti saat ini, kakaknya itu membisu di teras rumah saat Wildan dan Yena asyik membungkus kado untuk pernikahan Yiren dan Injun.

"Buset dah! Lo kalau cemburu tuh bilang, jangan dilampiasin ke gelas kopi yang gue buat!" sindir Haevan geram.

Suatu pemandangan yang janggal melihat kakak beradik itu duduk berdua di teras rumah saat hari libur. Padahal biasanya mereka tidak akur.

"S-siapa yang cemburu?! Orang Kakak lagi fokus nunggu meeting kok," elak Mark gelagapan.

"Gak usah bohong. Lo tuh nggak pintar akting," tukas Haevan pedas. "Btw, lusa lo juga datang ke pernikahan?"

Mark yang ditanya mendongak, lantas meletakkan gelasnya di atas meja. "Kenapa?"

"Nggak kenapa-napa sih, cuma tanya aja. Kak Yena kayaknya bakal bareng sama Kak Wildan," ujar Haevan mengkompori.

"Terus?" Mark bertanya dengan nada tidak santai.

"Oh...kirain lo bakal cemburu..." pancing Haevan enteng. "Bagus sih kalau lo udah ikhlas. Gue juga dukung Kak Yena buat nikah sama Kak Wildan. Kata Zelo sih kayaknya Kak Wildan punya niatan buat ngelamar Kak Yena habis lahiran. Gue penumpang kapal mereka btw."

Tidak bisa berbohong, ucapan Haevan barusan sungguh mengusik Mark meski ia berusaha terlihat 'B aja'.

"Terus?"

Haevan mendesis jengkel. "Terus terus aja lo kayak tukang parkir! Nggak inovatif. Ngide kek biar cemburunya nggak kelihatan."

"Ya terus Kakak harus ngapain?" tatar Mark lelah.

"Lo beneran nggak cemburu ya?" tanya Haevan sungguh-sungguh.

Mark menggeleng pelan dengan wajah datar. Baginya, selama Yena bahagia, ia akan ikut bahagia. Toh, menurutnya Wildan adalah pria baik-baik. Tidak seperti dirinya yang suka selingkuh, pria itu bahkan tidak pernah berpacaran. Mau denial pun Mark tidak bisa.

Faktanya, ia memang kalah jauh dari Wildan dari segala aspek.

"Itu terserah Yena. Kalau dia pengen nikah sama Wildan, Kakak juga nggak punya hak buat larang kan?"

Afterglow | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang