Dengan langkah gontai, sebelas-duabelas dengan zombie, aku berjalan ke lapangan basket. Terlihat Pak Surya sedang berdiri di tengah lapangan, sambil memegang sebuah kertas. Tentunya itu kertas absensi. "Bapak absen sekarang!" ucapnya dengan suara lantang.
Aku duduk di dekat Tuti dan Fani. "Lama amat lu, Kar," ucap Tuti.
"Gw kan harus make-up-an dulu," balasku.
"Make-up apaan? Itu muka pucet banget dah kaya si Miss Key, penghuni toilet belakang."
"Masa sih?" Kuambil ponsel lalu bercermin dengan menggunakan kamera depan. "Kayanya Sunscreen gua ketebelan, makanya jadi pucet."
"Lebay banget sih! Olahraga doang pake Sunscreen," sahut Fani.
"Hey! Inget! Kita ini ada di Jeketi, kalau tengah hari kaya begini, udah berasa ozon bolong," balasku.
"Karra Dealova!" panggil Pak Surya.
"Hadir, Pak!" sahutku seraya mengacungkan tangan.
"Oh, yang tadi lupa bawa masker, ya?"
"Iya, Pak," balasku cengengesan.
"Besok jangan lupa bawa masker. Kalau lupa lagi, hukumannya bapak tambah."
"Suruh koprol depan keliling lapangan aja, Pak!" sahut Ipul, memancing keributan. Kuarahkan lirikan tajam, setajam silet ke padanya.
"Kalau besok lupa, hukumannya bersihin toilet belakang," ucap Pak Surya.
"Tuh, Kar. Lu jangan lupa lagi," ucap Tuti.
"Iyee ... gua juga males ke toilet belakang. Masih trauma liat Miss Key mukbang pembalut."
"Hari ini olahraga bebas. Jangan sampe ada yang ke kantin atau kelas!" perintah Pak Surya.
"Siap, Pak!" balas Kami kompak.
__________
"Eh, Ntut. Mau ke mana?" tanyaku saat Tuti tiba-tiba berdiri.
"Panas di sini. Cari tempat teduh, Yuk! Terus ngerumpi sambil nonton anak cowok maen basket," balasnya.
"Males, ah. Ujung-ujungnya juga ngerumpi di grup WA. Padahal duduk depan-depanan."
"Ngerumpi di grup WA itu hemat energi, Kar. Jadi kita tidak perlu membuang banyak energi untuk menggerakan mulut dan mengatur ekpresi wajah," timpal Viona — si Juara Kelas.
"Ngedenger omongan lu, bikin sel-sel otak gua pada mati," sahutku.
"Bahaya itu, Kar. Bisa ada penyumbatan darah, terus kena serangan stroke."
"Tau ah. Puyeng pala gua."
"Wah, itu salah satu gejalanya! Mau gua temenin ke UKS?"
"Kagak usah, Vin. Cukup lu social distancing aja dari gua. Hus!"
_________
Kenapa, ya? Kalau kita lagi bosen, waktu tuh jalannya lambat banget. Asli dah, daritadi gua cuman duduk sendirian di koridor kelas, sambil liatin bulu ketek anak basket. Saking gabutnya.
"Halo, Karra," sapa Seseorang yang tiba-tiba ada sampingku.
"Milo," balasku, kemudian mengurai senyum.
"Kenapa kamu tersenyum? Apa ada yang aneh dengan wajahku?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepala. "Gak ada yang aneh sama muka lu. Cuman cara ngomong lu tuh, kaya guru Bahasa Indonesia. Baku banget," elakku. Padahal setiap mengucapkan namanya selalu ingat dengan minuman coklat kesukaanku sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Tampan
Teen FictionKisah pertemanan antara dua dunia, Karra - seorang siswi SMA, tidak sengaja bertemu dengan Hantu Tampan dalam insiden kecelakaan maut. Hantu Tampan itu bernama Milo, cocok sekali dengan rambut dan matanya yang coklat. Namun, sikap tidak semanis Mil...