Sentuhan Terakhir

4K 376 8
                                    

"Kar, Karra." Terdengar suara orang memanggil namaku. Perlahan aku membuka mata, terlihat Tuti sedang duduk di sampingku. "Kar."

Aku melirik ke kiri dan kanan, mencari keberadaan Milo. "Milo," ucapku, pelan.

"Emang si Milo kenapa?" tanya Tuti.

"Kayanya dia udah pergi, Tut."

"Ke mana?"

"Tadi dia nolongin gua."

"Pantesan lukanya cuman dikit doang. Mungkin kalau gak ditolongin, lu udah dibawa ke rumah sakit."

"Emang ini di mana?"

"Ruang UKS. Tadi Pak Surya sama Satpam gotong lu ke sini. Lu belum bilang Milo pergi ke mana?"

"Dia udah ngilang selamanya."

"Hah? Kok bisa?"

"Tadi dia nyentuh gua. Padahal tau kalau itu sentuhan terakhirnya."

"Ah iya, gua baru inget. Apa gak ada cara buat balikin dia lagi?"

"Gua gak tau, Tut."

"Yaudah, sekarang mending lu fokus ke badan lu sendiri dulu. Nanti kalau dah sehat, baru kita cari Milo."

Aku bangkit, "Gua gak kenapa-napa kali, Ntut."

Kriet!

Pintu terbuka, terlihat ibu masuk ke dalam. "Lu nelpon ibu gua?" bisikku.

Tuti mengangguk.

Dengan langkah cepat, ibu menghampiriku. Terlihat wajahnya begitu panik, serta ada bekas air mata. "Karra," ucapnya seraya memelukku dan menangis. "Ibu udah takut kamu kenapa-napa."

"Karra cuman lecet dikit aja kok, Bu," balasku.

"Tadi Tuti bilang, kepala kamu kebentur aspal terus pingsan."

Aku melotot ke arah Tuti. Ia malah cengengesan.

"Bu, pulang," ucapku.

"Lu yakin, Kar? Nggak mau diperiksa dulu ke rumah sakit," sahut Tuti.

Aku kembali melotot padanya. "Bener kata Tuti, kita ke rumah sakit dulu. Takut ada luka dalem."

"Nggak usah, Bu," sahutku, seraya duduk di pinggir ranjang.

"Hati-hati, Kar." Ibu membantuku berdiri.

"Lu bisa jalan, Kar?" tanya Tuti.

"Daridulu juga bisa!" sahutku seraya melangkah. "Aw!" Kurasakan nyeri di pergelengan kaki.

"Tuhkan!"

"Kita ke rumah sakit aja," ucap Ibu.

"Cuman keseleo aja, Bu. Nanti di rumah tinggal pangil Mak Dewi aja, buat diurut."

"Yaudah, kalau ada yang sakit, langsung bilang ke ibu."

"Oke."

Ibu dan Tuti membopongku ke luar ruangan. Guru dan beberapa murid lain terlihat heran dengan kondisiku.

"Pengendara motornya masih ditahan di ruang guru," ucap Pak Budi — guru kimia.

Hantu TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang