"Kenapa kamu malah senyum?" tegurku pada Milo yang daritadi menatapku sambil tersenyum.
"Tingkah lakumu lucu," balasnya, seraya membaringkan tubuh di atas kasur.
"Eh! Jangan tidur di sini!" cegahku.
Milo bangkit, kembali duduk di ujung kasur. "Bantalmu bau!" keluhnya.
"Iyalah! Bekas iler."
"Hiiiii!" Milo memasang wajah jijik.
"Emangnya kamu gak pernah ileran?"
"Aku tak ingat, Karra."
"Ah alasyan!"
"Serius aku tak ingat."
"Iya, iya."
Aku bangkit dari kasur. Kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Tok!
Tok!
Kriet!"Kar," panggil Ibu sambil menoleh padaku yang baru ke luar dari kamar mandi.
"Ya, Bu," sahutku sembari mengusap wajah dengan handuk.
"Lagi sibuk, gak?"
"Nggak, Bu."
"Bisa jagain toko dulu, gak?"
"Bisa sih. Emangnya Mbak Nina ke mana?"
"Lagi sakit. Ibu gak bisa ke toko, soalnya ada pesenan kue dari ibu-ibu PKK."
"Ya udah, aku siap-siap dulu." Aku berjalan ke arah lemari. "Mau ikut, gak?" bisikku saat melewati Milo.
"Kan ibu udah bilang, lagi ada pesenan kue," sahut Ibu yang ternyata masih berdiri di dekat pintu.
"Bukan ke ibu," balasku.
"Terus ke siapa?"
"Ke Ayang Cha Eun Woo," balasku sembari melirik laptop.
"Kemaren pohon diajak ngomong, sekarang laptop. Kamu kurang-kurangin deh nonton drakor."
"Iya, Bu." Kututup layar laptop dengan cepat.
"Kuncinya ibu gantung di sini, ya." Ibu menggantungkan kunci toko di dekat pintu, lalu menutup pintu.
Aku melirik Milo yang duduk di belakangku. "Hus! Hus!" ucapku pelan.
Milo celingak-celinguk. "Ada apa, Karra?" tanyanya, bingung.
"Kamu pergi dulu, aku mau ganti baju."
"Kenapa tidak bilang langsung saja. Malah mengusirku seperti ayam."
"Iya, maaf. Pergi dulu ya ... aku mau ganti baju," ucapku dengan suara lembut sembari menyembangkan senyum.
"Nah itu jauh lebih baik," balas Milo, lalu menghilang.
___________
"Bu, Karra berangkat dulu, ya!" pamitku sembari memakai sendal.
"Iya," sahut Ibu yang berada di dapur.
Aku berjalan ke luar, menuju toko yang letaknya cukup jauh. Kira-kira 500 meter dari rumah.
Cring!
Milo tiba-tiba muncul di sampingku. Kami pun berjalan bersama menuju toko. "Apa yang kamu jual di toko?" tanyanya.
"Kue," balasku melalui batin.
"Hmm pasti enak."
"Iya dong, kue buatan ibu pasti enak."
"Di mana tempatnya? Apa jauh dari sini?"
"Lumayan, kamu ikut aja."
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Tampan
Novela JuvenilKisah pertemanan antara dua dunia, Karra - seorang siswi SMA, tidak sengaja bertemu dengan Hantu Tampan dalam insiden kecelakaan maut. Hantu Tampan itu bernama Milo, cocok sekali dengan rambut dan matanya yang coklat. Namun, sikap tidak semanis Mil...