"Di mana teman kamu?" tanya Milo yang daritadi masih menemaniku berjalan ke kampung tetangga.
"Sebentar lagi juga sampe," sahutku melalui batin.
Milo menghentikan langkah. "Maaf aku tak bisa ikut ke sana," ucapnya.
Aku pun menghentikan langkah, lalu menoleh padanya. "Kenapa?"
"Nanti aku ceritakan." Milo menghilang.
"Ah elah, kebiasaan amat," gerutuku seraya berbelok ke arah gang tempat Tuti terdampar. Dari jauh, aku sudah mencium aroma kapur barus yang biasa ia gunakan. Canda, Ntut.
"Kar!" Tuti berlari ke arahku. "Lama amat sih!"omelnya.
"Idih! Salah sendiri pake nyasar segala," sahutku.
Aku menatap bendera kuning yang di pasang di pagar rumah. Memikirkan alasan Milo tiba-tiba pergi begitu saja. Apa mungkin ia takut dengan orang meninggal? Aneh! Hantu kok takut sama orang meninggal.
Tuti menarik tanganku, "Kar ngapain lu liatin bendera kuning sampe segitunya," tegurnya.
"Gua lagi mikir. Kalau misalnya lu meninggal, boleh gak sih nasi kotaknya jangan rendang atau ayam mulu. Bosen tau!"
Cubitan maut mendarat di lenganku. "Amirt-amit dah. Lu kalau ngomong kagak diayak!" omel Tuti.
Aku membalikan badan, kemudian melangkah menjauh dari rumah itu. "Mau ke mana, Kar?" tanya Tuti seraya menyusulku.
"Balik ke rumah lah. Emangnya lu mau di sini aja?"
"Ya kagak lah."
Kami pun berjalan menuju rumahku. Di sepanjang jalan, aku terus mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Milo. "Lu celingak-celinguk mulu, nyari apaan?" tegur Tuti.
"Kagak nyari apa. Cuman lagi peregangan leher aja," elakku.
"Yang ada leher lu loncer."
"Kagak apa-apa, biar saingan sama si Miss Key."
"Oh ya, Kar. Lu kenal sama yang meninggal tadi?" tanya Tuti.
"Kagak."
"Oh, tadi gua sempet nguping dikit. Yang meninggal tuh kayanya anak motor gitulah."
"Kapan tuh motor kawin, dah punya anak aja."
"Ye, malah ngelawak. Maksudnya anak yang suka nongkrong bawa motor-motor gitu."
"Gua juga tau, Ntut. Terus hubungannya sama gua apa?"
"Ya kagak ada. Ini anggep aja sekilah info."
"Oh ya udah, lanjut."
"Jadi tuh orang meninggal kecelakaan motor gitu."
"Udah gak heran, Ntut. Masa anak motor meninggal keselek helm."
Saat aku berbelok ke gang dekat rumah, kulihat Milo sedang berdiri di luar pagar. "Ngapain lu berdiri di sini," batinku, berlalu masuk ke dalam rumah. Namun, ia diam saja, tak menjawab.
Tiba-tiba aku terpikir sesuatu. Apa mungkin Milo meninggal karena kecelakaan juga? Sontak, aku menoleh ke luar rumah. Milo sudah tidak ada di sana.
"Liatin apa, Kar?" tanya Tuti.
"Nggak liatin apa-apa," sahutku kemudian berjalan ke kamar. Lalu duduk di atas kasur.
"Malem minggu gini enaknya ngapain, ya?"
Pertanyaan Tuti seperti memancing sesuatu. "Tidur!" sahutku.
"Ah, lu kagak bisa baca pikiran gua!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Tampan
Fiksi RemajaKisah pertemanan antara dua dunia, Karra - seorang siswi SMA, tidak sengaja bertemu dengan Hantu Tampan dalam insiden kecelakaan maut. Hantu Tampan itu bernama Milo, cocok sekali dengan rambut dan matanya yang coklat. Namun, sikap tidak semanis Mil...