Milo melayang, turun dari atas pohon. Spontan, aku melangkah mundur. Bahaya jika tak sengaja menyentuhnya.
"Awalnya aku merasa senang saat tau ada orang yang bisa menyentuhku. Jadi aku bisa pergi lebih cepat. Namun, sekarang aku tidak mau pergi cepat-cepat," ucap Milo.
"Kenapa?" tanyaku.
"Karena kamu, Karr." Milo memandang wajahku. Seketika itu jantungku berdebad kencang.
"Tapi, kita kan baru ketemu."
"Tidak tau, Karra. Aku merasakan ada yang berbeda di dalam diriku saat bertemu denganmu."
"Berbeda gimana?" tanyaku, bingung.
"Entah kenapa, aku selalu senang saat melihatmu. Setiap aku menghilang dan pergi jauh, selalu teringat padamu, Karra."
Jujurly! Gua pengen banget teriak — Gua juga gitu! Tapi, gua harus berpikir pake logika. Milo itu kan hantu. Ya kali, gua pacaran sama hantu. Nggak mungkin banget, lah!
"Maksudnya lu suka sama gua?" tanyaku. Milo mengangguk malu. "Lu tau, kan? Kalau dunia kita itu berbeda. Lu hantu, gua manusia."
"Aku paham sekali tentang hal itu. Namun, perasaan ini sangat sulit dikendalikan, Karra."
"Kalau begitu, harusnya kamu paham juga kalau lu sama gua, gak bisa bersatu. Alam aja udah beda."
Seandainya saja Milo itu manusia sungguhan, aku sudah pasti menyambut dengan tangan terbuka. Siapa yang tidak mau berpacaran dengan orang setampan Milo. Mana baik pula.
"Aku hanya ingin menjadi temanmu saja, Karra. Tidak lebih. Selama masih bisa dekat denganmu. Sampai waktu kepergianku."
"Kalau gua gak pegang lu. Lu gak bakal pergi-pergi."
Milo mengangguk. "Tapi, jika kamu terus membahayakan diri sendiri. Terpaksa aku harus melakukan hal seperti tadi."
"Oke, mulai sekarang gua bakal extra hati-hati."
"Sebaiknya begitu."
"Kar," panggil Ibu.
Sontak aku menoleh ke belakang, terlihat ibu sedang berdiri di dekat pintu. "Ya, Bu?"
"Kamu ngapain ngobrol sama pohon jambu?"
"Ini loh, Bu. Ada tugas dari sekolah."
"Masa pohon diajak ngomong?"
"Iya, itu untuk memberi motivasi sama pohon, supaya cepet berbuah, Bu."
"Masa ada yang begituan. Jangan bohongin ibu ah."
"Ada, Bu. Penelitian zaman sekarang udah maju."
"Oh, kalau begitu. Coba ajakin ngobrol pohon cabe itu. Suruh cepet berbuah. Harga cabe lagi mahal."
Aku langsung menundukan kepala, "Capek, deh," gumamku.
"Apa, Kar?" tanya Ibu.
"Siap, Bu."
"Ya udah, jangan kelamaan di luar. Ntar diculik setan."
Aku melirik ke arah Milo, "Nggak apa-apa, Bu. Kalau setannya ganteng."
"Mana ada setan ganteng." Ibu masuk ke dalam.
"Ini di sebelah aku ada setan yang ganteng banget," batinku.
"Aku? Kamu jarang menggunakan kata itu ketika berbicara denganku,"sahut Milo.
"Berhubung hubungan kita semakin dekat, jadi gaya bicaraku pun berubah."
"Aku baru tau tentang hal itu."
"Di zaman sekarang, itu jadi hal biasa, Milo."
"OK!" Milo mengedipkan satu matanya, lalu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Tampan
Novela JuvenilKisah pertemanan antara dua dunia, Karra - seorang siswi SMA, tidak sengaja bertemu dengan Hantu Tampan dalam insiden kecelakaan maut. Hantu Tampan itu bernama Milo, cocok sekali dengan rambut dan matanya yang coklat. Namun, sikap tidak semanis Mil...