Aroma Tubuh Milo

3.9K 410 12
                                    

Aku mengucek mata, "Aw!" Sakit sekali.

"Kenapa mata kamu merah dan bengkak seperti itu?" tanya Milo.

"Gara-gara kamu!"

"Aku?"

"Jangan pura-pura gak tau deh! Katanya bakal menghilang selamanya. Kok sekarang muncul lagi. Kamu bohongin aku?"

Milo menggelengkan kepala. "Aku juga tidak tau akan seperti ini, Karra. Memangnya kamu tidak suka aku kembali?"

"Yaaa ...." Aku mengalihkan pandangan seraya tersenyum tipis. Senang sekali akhirnya bisa bertemu Milo lagi.

"Ya sudah aku pergi lagi"

"Eh jangan!" cegahku, seraya bergerak. "Aw!" Pinggang ini terasa sakit.

"Kamu tidak apa-apa, Karra?" tanya Milo.

"Kamu gak liat?" Aku menunjukan luka lecet di tumit dan siku tangan. Serta beberapa bagian tubuh yang bengkak dan kebiruan.

"Maafkan aku."

"Nggak usah minta maaf. Ini semua salahku. Beruntung kamu menolongku, kalau tidak ... mungkin kita bakal bertemu di dunia hantu."

"Tidak semudah itu, Karra. Meskipun kamu menjadi hantu, kita belum tentu bisa bertemu. Malahan, aku ingin sekali hidup kembali. Supaya kamu bisa memperkenalkanku dengan teman-temanmu."

"Wuih, bisa heboh satu sekolah. Karra pacaran sama anak Edmund! Eh, tapi ... kalau kamu hidup kembali, belum tentu juga kita bisa saling kenal. Apalagi dekat."

"Bisa jadi, tapi siapa tau takdir mempertemukan kita kembali."

"Seperti sekarang ini," sahutku seraya duduk di tepi kasur. Berusaha berdiri, tapi kaki ini masih begitu sakit.

Milo berjalan menghampiriku. "Biarku bantu."

"Jangan! Nanti kamu ngilang lagi."

"Aku tidak akan menghilang, Karra," balasnya seraya merangkulku dan membantu berdiri.

Akhirnya, aku bisa menyentuhnya lebih lama. Kutatap wajah tampannya. Seketika itu, tubuh ini rasanya lemas. Ingin bersandar di dadanya yang bidang.

"Sampai kapan kita akan tetap seperti ini?" tanya Milo.

"Sampai kamu bosan," balasku.

"Hmm, baiklah."  Milo menatapku, lalu perlahan mengembangkan senyumnya. "Kamu cantik, Karra."

Tubuhku seperti melayang di udara. Diikuti aliran darah yang mengalir begitu cepat. "Wajahmu memerah, Karra," ucapnya halus.

Kriet!

Pintu kamar terbuka. Spontan Milo melepaskan rangkulannya, hingga membuat tubuhku terjatuh ke kasur.

"Karra!" teriak Ibu, panik dan berlari mendekatiku. "Kamu mau ke mana sih?"

"Karra mau ke kamar mandi, Bu," sahutku.

"Lain kali panggil ibu. Kaki kamu kan masih sakit."

"Iya, Bu." Kutatap Milo yang berdiri di sudut kamar. "Jangan pergi," batinku.

____________

Milo tidak menghilang lagi. Daritadi ia menemaniku di dalam kamar. "Apa kamu tidak ada kegiatan lain, selain menonton film?" tanya Milo yang berbaring di sampingku.

"Kalau aku sehat. Pasti sudah ngajak kamu jalan-jalan," sahutku sembari menoleh padanya.

"Jadi kita akan di kamar seharian?"

Hantu TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang