22

16.4K 225 5
                                    

50⭐ ? Hmm bisa gak ya...

°•○●○•°

"Ra ayo buruan!"

"Iya ih bentar lagi, sabar bang Dirga..."

"Babe udah mepet ini, kurang apa lagi?" Tanya Jovan yang menghampiri Dira dikamarnya.

"Masang kalung, ini loh bang, susah."

"Sini abang pakein." Kemudian Jovan memakaikan kalung Dira.

"Udah, yuk berangkat." Ajak Dira pada ke-2 abangnya.

"Yeuuu lama banget." Gerutu Dirga kemudian keluar rumah dan menuju mobil.

Mereka bertiga akan datang keacara keluarga Rendi, Dira berdandan cantik, khusus untuk datang keacara ini.

"Yow...dateng juga akhirnya, masuk-masuk yang lain udah didalem." Sapa Rendi pada Dira dan ke-2 abangnya.

"Hai bang Ren." Dira tersenyum, hari ini Rendi terlihat lebih tampan dari biasanya.

"Hai bocil cantik." Rendi mengusap rambut Dira pelan agar tatanan rambutnya tidak rusak.

"Pake ngusap segala, cih..." Rendi dan Dira menoleh, mendapati Ecan yang baru datang dengan setelan casualnya.

Rendi hanya terkekeh melihat Ecan yang tampak cemburu itu, ia sudah tau tentang Ecan yang confess ke Dira tetapi ditolak, sedangkan Dira jadi malu, kesal dan merasa bersalah sedikit.

"Udah ah duluan ye, nanti duduk deket gue ya Ra." Ucap ecan dengan mengedipkan matanya kemudian berlalu.

Acara di mulai, yang pertama yaitu merayakan ulang tahun mama-nya Rendi, dan acara terakhir yaitu...

Rendi menggenggam tangan seorang gadis dengan gaun berwarna senada dengannya.

"Ra, aku tau mungkin ini terlalu cepat, tapi aku benar-benar serius sayang sama kamu, aku mau pertunangan ini menjadi langkah awal hubungan kita untuk ke arah yang lebih serius, kamu mau kan sama-sama aku terus dari sekarang, sampai tua nanti?"

Gadis bernama Rani itu mengangguk dan tersenyum bahagia, Rendi memasangkan cincin yang sudah ia beli bersama Dira waktu itu, pas dan benar-benar cantik dipakai oleh gadisnya.

Siulan dan tepuk tangan menggema di dalam ruang acara, raut bahagia memenuhi acara pertunangan Rendi dan Rani, tapi disalah satu bagian tempat acara ada yang menahan tangisnya dengan menggigit bibir bawahnya sendiri dan sesekali mendongak ke atas.

"Cengeng nya...mau juga gue lamar kaya begitu?" Goda Ecan yang sedari tadi memerhatikan Dira.

"Lo ganggu terus itu makanya nangis tolol." Ucap Jeno.

"Brisik ih, orang aku ikut bahagia liat bang Rendi." Bohong, hatinya sekarang tidak baik-baik saja.

"Udah, jangan lo tahan juga nangisnya kasian itu bibir lo nanti sakit." Leo mendekat ke Dira dan mengusap pelan dagunya.

Dira berhambur kepelukan Leo dan menumpahkan air mata yang tadi tertahan.

"Modus!" Seru Ecan melihat sikap Leo pada Dira-nya.

(Halu lo Can, Dira-nya dari hongkong, orang ditolak gitu.) - Author.

(Gak usah bacot deh thor.) - Ecan.

Rendi menghampiri kemeja teman-temannya dan disambut siulan dari beberapa teman laknatnya.

"Uhuk uhuk, bisa unboxing abis ini mah." Ucap Yudha dengan santainya dan mendapat toyoran dari Jovan.

"Itu kalo udah nikah dodol." Tambah Jovan, Rendi hanya terkekeh melihat kelakuan teman-temannya, hingga ia melihat Dira yang bersandar di bahu Leo dengan mata sembap.

"Kenapa cil?" Tanya Rendi pada Dira.

" Nggak, selamat ya bang Ren sama kak Rani, aku ikut seneng sampe nangis tadi." Jawab Dira disertai tawa palsunya dan Leo mengusap kepala Dira.

"Makasih ya Ra, makasih juga lo udah nemenin gue kesana sini, buat nyiapin barang - barang penting acara ini." Senyum tulus dan bahagia tercetak jelas diwajah tampan Rendi, Dira pun mengangguk dan ikut tersenyum.

Walau sebenarnya agak kaget ternyata kemarin-kemarin ia bersama rendi itu untuk menyiapkan kado dan surprise untuk calonnya Rendi, buka hanya untuk acara ulang tahun mama lelaki itu.

Acara sudah selesai, cukup kuat Dira menahan sesak di dadanya, setelah sampai rumah ia mengabaikan ke-2 abangnya dan berlalu memasuki kamar.

"Istirahat sayang, jangan begadang." Suara Jovan menginterupsi dari luar.

Dira juga tak berniat begadang, tapi apa bisa dia tidur dengan hati yang berdegup kencang karena patah hati? Mungkin bisa setelah ia puas menangisi abang Rendi kesayangan.

Rambut acak-acakan, gaun cantik yang masih melekat dan make-up yang sudah luntur sana-sini, ternyata patah hati bisa membuat seseorang berantakan seperti ini.

Dira menepuk-nepuk dada kirinya, berharap sakitnya sedikit hilang, kemudian beranjak dari kasur dan mulai membersihkan diri.

"Morning babe." Sapa Jovan ketika melihat Dira turun.

"Bab beb bab beb emang pacar lo!" Sinis Dirga pada abangnya.

"Morning bang." Setelah membalas sapaan, Dira langsung berjalan melewati Jovan, tidak seperti biasa akan memeluk abangnya dulu dan bermanja-manja dengannya.

Dirga yang melihat itu melirik Jovan dan ternyata Jovan juga melihat kearahnya, kemudian keduanya mengedikkan bahu bersamaan.

°•○●○•°

Gimana kabar kalian?
Udah mau tahun baru aja ya...

Sorry ya baru up minggu ini,
kemarin-kemarin belum dapet inspirasi buat lanjutin cerita Mereka dan Aku🙂

Mereka dan Aku ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang