🦄Part 14🦄 [Liburan]

34 7 0
                                    

Kini tak terasa hubungan Acha dan Haruto telah berlangsung selama satu tahun, mereka juga sudah menduduki bangku kelas 12 sekarang. Haruto benar-benar menepati janjinya, ia menjaga Acha dengan baik.

Saat ini mereka tengah berkumpul di rumah Zian, untuk membahas acara liburan yang akan mereka laksanakan. Guru memberikan waktu libur mereka selama dua minggu setelah ujian semester awal. Di kelas tak banyak yang berubah, Zian masih menjabat sebagai ketua kelas.

"Jadi, mau liburan ke mana?" tanya Rendi membuka topik.

"Ntah lah gue sih nurut aja," sahut Qinzie.

"Sama," timpal Acha, Alden, Dirga, dan Vina serempak.

"Gue juga nurut aja," sambung Tasya, sedangkan Haruto hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Njir kalian mah nurut-nurut aja, gak ada saran buat liburan ke mana gitu," tukas Rendi. Mereka menggeleng kompak.

"Tanya Pak Ketu," ucap Alden melirik Zian.

"Apa-apa pasti balik ke gue," decak Zian malas.

"Ya mau gimana salah lo sendiri jadi ketua kelas," celetuk Alden, Zian hanya diam dan tampaknya ia sedang berpikir.

"Eh gimana kalo liburan di villa bokap gue aja, di sana juga deket pantai," usul Zian, semuanya menganggukkan kepala karena tadi mereka bilang menurut saja.

"Kalo semuanya setuju besok kita berangkat pagi-pagi jam 06.00. Siapa yang kesiangan kita tinggalin," lanjut Zian, lagi-lagi mereka hanya menganggukkan kepala.

Setelah membahas akan liburan ke mana, mereka pun kembali ke rumah masing-masing. Jam 05.23 Haruto sudah berada di rumah Acha, pagi sekali hingga suasana sangat dingin.

Mereka berkumpul di rumah Zian sembari menunggu yang lain, semuanya sudah datang, hanya Alden yang belum. Tepat jam menunjukkan pukul 05.59 Alden tiba dengan mobil baru yang ia beli kemarin.

"Njir satu menit lagi jam 06.00, hampir aja kita ninggalin lo," ujar Rendi.

"Gue kan anak teladan, jadi tepat waktu," kekeh Alden yang membuat Rendi ingin sekali mencekik-nya. Devinisi tepat waktu yang sesungguhnya, tinggal menunggu satu menit lagi.

Setelah perdebatan sedikit, mereka akhirnya memulai perjalanan. Mobil pertama berisi Zian, Dirga, Vina, dan Tasya. Mobil kedua berisi Haruto, Acha, Rendi, Qinzie, dan Alden. Mobil pertama sangat sunyi seperti tak ada tanda-tanda kehidupan di sana, sedangkan di mobil kedua sangat gaduh karena persatuan antara Alden dan Rendi. Mereka saling adu mulut, lempar-lempar makanan, bernyanyi yang membuat pecah gendang telinga. Intinya mobil kedua benar-benar ribut, hanya orang-orang yang punya tingkat iman tinggi yang mampu bertahan dengan sabar.

Sekitar 1 jam setengah perjalanan, kini mereka telah sampai di villa yang begitu megah, suasana sekelilingnya pun sangat indah. Di sini juga sangat sejuk karena dekat dengan pantai.

"Woww anjir indah banget," puji Acha menatap sekitarnya.

"Iya gila pemandangannya cakep," sahut Vina.

Yang lain juga memberikan reaksi yang beragam, ada yang langsung mengeluarkan camera dan mengambil banyak potret, ada juga yang langsung berlari ke pantai.

"Acha diem di sana biar aku foto." Kata Haruto menunjuk arah air mancur yang berada di depan villa.

Acha hanya menurut saja, mereka sangat bersenang-senang liburan ini.

"Udah ayo masuk," ajak Zian. Penjaga villa di sana membukakan gerbang untuk mereka, mereka menganga melihat isi dalamnya yang benar-benar mewah.

***

Jam 3 pagi, Acha dan Haruto berdiri di rooftop villa. Sebelumnya mereka telah berjanji untuk melihat sunrise bersama, ditemani dengan secangkir coklat panas.

"Cha," panggil Haruto, Acha menolehkan kepalanya.

"Kenapa?" balas Acha bertanya.

Haruto menggeleng. "Gak, kamu cantik," jawabnya tersenyum simpul.

"Ishh Haru mah, aku pikir ada apa." Gerutu Acha kesal mencubit lengan Haruto.

"Awwww." Haruto meringis mengusap-usap lengannya. Sedetik kemudian ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang langsing Acha, Acha terkejut karena perlakuan Haruto.

"Haru ngapain?" tanya Acha gugup.

"Emm gak ada, cuma lagi peluk calon istri aja," timpal Haruto semakin mengeratkan pelukannya. Blushh wajah Acha berubah menjadi merah merona bak kepiting rebus sekarang.

"Apaansih tamat SMA aja belum," sahut Acha.

"Yaudah tunggu tamat SMA," ujar Haruto yang langsung mendapat jitakan dari Acha.

"Yakkk aku masih mau kuliah ya." Hardik Acha berbalik badan menjitak kepala Haruto.

"Ishh gak usah jitak-jitak juga kali, iya-iya diundur lagi sampe kamu selesai kuliah," celetuk Haruto mendengus, Acha terkekeh melihatnya.

"Haru kok gemes, ganteng lagi." Puji Acha menangkup kedua pipi Haruto.

"Yaiyadong pacar Acha gitu loh." Kekeh Haruto mengacak rambut Acha, wajah Acha kembali memerah sekarang.

"Cha, tahu gak bedanya kamu sama bintang?" Acha menggeleng.

"Kalo bintang itu cantik, kalo kamu jelek," tawa Haruto terbahak-bahak, ia bahkan sampai terjungkal-jungkal, salto, dan terjun ke bawah. Gak, yakali:v

"Yakkk Harutooo," pekik Acha sebal, ia mencubit lengan pria itu beberapa kali.

"Haha berharap aku gombal ya," goda Haruto, Acha menghentikan aksinya. Ia memalingkan wajahnya yang sialnya kembali memerah.

"Ckkk gak mau tahu pokoknya aku ngambek," decak Acha.

"Ngambek kok bilang-bilang?"

"Ishh Haru mah," gerutu Acha kesal, Haruto kembali tertawa terbahak-bahak, senang sekali menggoda gadisnya ini.

"Hehe maaf yah, sekarang ulang, Cha kamu tahu gak bedanya kamu sama sapi?" Haruto bertanya seraya menaikkan satu alisnya.

"Ya beda lah sapi itu hewan, sedangkan aku manusia," sargah Acha masih kesal

"Ih bukan gitu," ujar Haruto.

"Gak tahu, apa?"

"Gak ada bedanya," jawab Haruto dengan tampang tak bersalah ia kembali tertawa terbahak-bahak, bahkan perutnya sampai sakit karena terlalu sering tertawa.

"Jasa buang pacar di mana sih?" Dengus Acha melayangkan sendak swallow miliknya, dan tepat sendal itu mengenai kepala Haruto yang membuat sang empu mengaduh kesakitan. Kini giliran Acha yang tertawa terbahak-bahak.

"Yahahaaa," tawa Acha melihat raut wajah kesal Haruto.

"Jahat banget sih, sayang." Haruto mengerucutkan bibirnya seraya mengusap-usap kepalanya yang terkena lemparan swallow Acha.

Acha tak menanggapi, netranya beralih menatap cahaya dari ufuk Timur.

"Haru itu sunrise-nya." Tunjuk Acha, Haruto mengikuti arah telunjuk mungil itu.

"Iya, wah indah banget ya," Haruto terkagum melihat keindahan sunrise, ia langsung mengeluarkan ponsel dan mengambil banyak gambar.

"Yeay akhirnya bisa liat sunrise secara langsung," girang Acha karena jujur ini pertama kalinya ia melihat sunrise kecuali di tv, atau media lainnya.

"Besok mau liat sunrise lagi gak?" ajak Haruto bertanya.

Acha mengangguk gemas. "Mau, mau." Angguknya tersenyum lebar, Haruto mengelus pucuk kepala gadis itu.

"Okey berarti besok bangun jam 3 lagi," ucap Haruto, Acha hanya menganggukkan kepalanya.

Hari ini Acha benar-benar senang, melihat hal indah bersama orang yang ia cintai itu adalah suatu kebahagiaan yang tak dapat ia deskripsikan. Walaupun mengesalkan. Namun, ia sangat mencintai pria Jepang itu.

Tbc ....

See you in the next chapter❤


Hello My Haru [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang