Hari demi hari berlalu, dua minggu pun sudah dilewati yang artinya mereka sudah mengakhiri libur yang sedikit panjang. Kini tibalah pertandingan basket antar sekolah dimulai, Acha bersorak-sorai duduk di kursi penonton paling depan untuk menyemangati Haruto.
Haruto yang memiliki postur tubuh tinggi membuat ia dengan mudah memasukkan bola itu ke ring, keringat bercucuran di dahinya. Ia terlihat sangat tampan kala ia mengibaskan rambutnya, bayangkan saja wajah asli Jepangnya itu terlihat benar-benar menawan hingga ia mampu membuat benyak kaum hawa berteriak histeris.
Posisinya di sini adalah sebagai kapten basket, ia menggantikan posisi Rega yang tahun lalu juga menjabat sebagai kapten, tapi sekarang Rega sudah pindah ke Jerman karena pekerjaan ayahnya.
Pendukung Haruto sangat banyak hingga suaranya menggelegar di berbagai penjuru, banyak orang-orang meneriakkan namanya memberikan semangat.
"Haru, semangat! Aku cinta kamu," teriak Acha keras membuat orang bersorak, Haruto menyunggingkan senyumnya.
"Makasih, sayang!" balas teriak Haruto, orang-orang jadi semakin bersorak sekarang. Beruntung sekali Acha dicintai oleh orang yang dicintai banyak orang.
Acha tersenyum kikuk, ia merasa jika wajahnya memerah sekarang. Sedangkan Haruto ia kembali fokus dengan pertandingannya.
"Eww bucin, mau muntah," cibir Alden tak tahu tempat, seketika sorakan orang-orang yang sudah mulai merada tadi kini kembali terdengar lagi.
Acha mendelik menatap tajam Alden yang cengengesan, ingin sekali ia mencakar pria ini. Kenapa juga mereka harus duduk berdekatan.
"Haruto you can do it!" teriak Rendi keras yang sedikit dalam mode waras sekarang.
"Haruto fighting hwaiting!" lanjutnya mengeraskan suara.
"Rut, semangat!!! Kalo enggak gue lempar kaos kaki nih." Masih ingat dengan panggilan Rut? Ia sudah bersiap-siap melepas kaos kakinya sekarang.
"Jijik woy kaos kaki busuk lo gak usah tarok deket gue." Protes Qinzie mangibaskan tangannya di depan hidung.
"Pala lo busuk, ini baru gue beli hanya ada tiga di dunia, limited edition. Gue belinya di Rusia, seharga biaya hidup lo dari kecil sampe gede."
Plakkk tanpa basi-basi Qinzie langsuk menjitaknya, ia meringis sembari mengusap kepala yang dijitak oleh Qinzie. Sekarang mereka tengah menjadi pusat perhatian.
"Lo berdua gak tahu malu banget jadi orang," sindir Tasya.
"Padahal sendiri juga sering malu-maluin," timpal Vina yang membuat Qinzie mengacungkan jempolnya. Tasya mendelik, tapi memang benar sih.
"Yahhhhh!" teriak banyak orang dari kalangan pendukung Haruto kala pihak lawan berhasil memasukkan bola itu ke ring, yang membuat mereka menjadi seri di akhiran babak kedua sekarang.
Mereka diberikan waktu istirahat sejenak sebelum memulai babak ketiga dan keempat. Haruto berjalan mendekati Acha, Acha menyodorkan minuman padanya dan mengelap keringatnya dengan sebuah handuk kecil.
"Haru ganteng banget sumpah," jujur Acha membuat Haruto terkekeh.
"Kamu juga cantik banget." Ujar Haruto mengelus lembut surai hitam itu.
"Aaaa Haru jadi salting," tutur Acha, Haruto tertawa mendengarnya. Kenapa gadisnya ini lucu sekali, pikirnya.
"Inget tempat woy, hargain kita dan banyak orang yang jomblo ini," dumel Dirga.
"Makanya cari pacar," celetuk Haruto. Dirga hanya mendecih.
Tak lama babak ketiga dimulai, semua orang kembali duduk rapi di tempat duduk mereka masing-masing. Kembali bersorak-sorai dan berteriak memberi semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Haru [Selesai]
Fiksi RemajaBerawal dari kedatangan murid baru itu, membuat pertahanan Acha untuk tak mengenal cinta runtuh seketika, nyatanya ia telah terjebak dalam pesona Haruto, si dingin. Namun, tampan. "Aku suka kamu, Haru." Star : 16 Desember 2021 finish : 10 Maret 2022