Pagi ini Acha bangun lebih awal karena mengingat hari ini adalah hari ulang tahun Haruto, ia telah menyiapkan kado spesial untuk orang yang selama ini ia rindukan. Setelah selesai dengan urusannya, Acha membangunkan Xaira yang masih terhanyut dalam mimpinya.
"Bangun woy bangun!" teriak Acha tepat di telinga Xaira.
"Bangsat!" umpat Xaira memukulnya dengan bantal.
"Ngapain sih bangunin pagi-pagi, lagian juga ini hari libur," lajut Xaira masih menutup matanya enggan beranjak dari kasur.
"Gue mau minta tolong sama lo, buruan bangun kebo!" Acha terus menarik-narik tangan Xaira hingga orangnya terjatuh.
"Punya sepupu gini amat." Dengan terpaksa Xaira bangun dan menuju kamar mandi.
"Pesenin makanan gih gue laper!" teriak Xaira keras dari kamar mandi.
"Udah, cepetan makanya," sahut Acha.
15 menit, mereka sudah berada di meja makan sekarang. Sedari tadi Acha hanya senyam senyum bak orang gila, Xaira hanya menggeleng melihatnya.
"Oh ya lo tadi mau minta tolong apa?" tanya Xaira memecah keheningan.
"Lo tahu di mana rumah Haruto?"
"Tahu, dia tinggal di perkomplekan yang lumayan jauh sih dari sini," jawab Xaira.
"Bisa anterin gue ke sana gak?" pinta Acha memelas, Xaira terdiam sejenak.
"Bisa,"
Mata Acha langsung berbinar-binar. "Thanks, lo emang the best deh." Acha mengucungkan kedua ibu jarinya.
"Okey, semoga ini hari kebahagiaan buat lo, bukan hari kekecewaan," tutur Xaira membuat Acha mengernyit bingung.
"Maksud lo?"
"Gak papa, gak usah dipikirin."
"Oh yaudah." Karena tak ingin ambil pusing, Acha langsung menepis kata-kata Xaira barusan.
***
Saat ini mereka telah berada di depan rumah yang besar juga mewah, terlihat sangat sepi. Xaira memutuskan untuk kembali sejak satu menit yang lalu, Acha melangkahkan kakinya mendekat ke arah pintu utama.
Ting tong
Suara bell yang Acha pencet, tak lama keluarlah seorang wanita paruh baya dari dalam. Acha pikir itu ibunya Haruto, tapi setelah bertanya ternyata dia art di rumah ini.
"Maaf cari siapa?" tanya art itu dengan bahasa Jepang, untung saja bahasa Jepang Acha lumayan jadi ia tak kesusahan untuk menjawab.
"Harutonya ada?" tanya balik Acha juga menggunakan bahasa Jepang.
"Nona siapa kalau boleh tahu?"
"Oh iya perkenalkan nama saya Acha, pacarnya," jawab Acha memperkenalkan diri dan membungkuk dengan sopan.
Art itu tampak megernyit. Namun, ia tetap memperbolehkan Acha untuk masuk. Tepat saat Acha berjalan di ruang tamu, di sana ia melihat pemandangan yang sungguh tak mengenakkan.
"H-Haru?" gagap Acha, ia langsung menjatuhkan barang yang ia bawa. Tubuhnya melemas seketika saat netranya tak sengaja menangkap Haruto yang tengah bercumbu mesra bersama seorang gadis yang terlihat sangat mirip dengan yang Xaira kirim padanya waktu itu.
"A-Acha? K-kamu kok ada di sini?" Haruto benar-benar terkejut, ia langsung mendorong gadis itu untuk menjauh dan menghampiri Acha.
Acha membalikkan badannya ingin keluar dari rumah ini. Namun, pergelangan tangannya langsung dicekal oleh Haruto. Ia langsung memeluk tubuh mungil Acha erat, sekuat tenaga Acha memberontak hingga pelukan itu terlepas.
"Maaf," lirih Haruto menatap dalam manik Acha yang berkaca-kaca.
"Dia siapa?" Tunjuk Acha pada gadis itu.
"Dia cu--"
"Aku tunangannya," ucap gadis itu yang ternyata bisa berbahasa Indonesia, ia juga menunjukkan cincin tunangan mereka, Acha melihat jari Haruto yang juga terpasang cincin yang sama.
"Oh jadi selama ini kamu bohongin aku? Kamu bilang kamu sibuk, tapi ternyata kamu emang udah ada yang baru, udah tunangan lagi. Aku bodoh banget ya percaya sama orang yang udah berkali-kali kecewain aku, seharusnya emang dari awal aku gak perlu percaya sama kata-kata sok manis kamu. Oh ya aku baru inget dari dulu juga kamu bilang kamu gak akan pernah suka sama aku kan? Kamu bilang itu cuma dare, jangan-jangan ini dare yang ke dua?" Acha mengangkat satu alisnya dengan tangan yang ia lipat di dada.
"Gak, Cha. Aku bisa jelasin," elak Haruto.
"Jelasin? Apa yang perlu dijelasin? Aku udah tahu semuanya, Haru. Udah deh gak usah ngelak lagi, semuanya udah jelas sekarang." Acha tertawa hambar, dadanya bergemuruh naik turun, sekuat tenaga ia menahan agar krystalnya tidak jatuh, tapi sekuat apapun ia menahan nyatanya ia tak mampu, ia tak mampu lagi menampung semua rasa sakitnya. Diterbangkan, dihancurkan, diterbangkan lagi dan kembali dihancurkan.
"Maaf,"
"Kamu emang gak pernah berubah, Haru. Dari dulu selalu ngucapin kata maaf, aku udah muak dengernya."
"Aku gak tahu harus ngomong apa, Cha."
"Aku mau kita usai," datar Acha memaligkan wajahnya. Haruto menggeleng kuat, ia meraih ke dua tangan Acha tapi dengan segera Acha menghempasnya.
"Gak, Cha. Aku gak mau putus! Aku sayang banget sama kamu, please aku gak mau putus." Acha tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Haruto.
"Apa? Sayang? Gak salah denger?" kata Acha kembali tertawa, sedangkan gadis itu hanya terdiam membisu memperhatikan mereka.
"Kamu egois, Haru. Kamu udah tunangan sama dia, tapi kamu juga gak mau lepasin aku. Mau kamu apa? Kamu mau aku jadi parasit di hubungan kalian yang hampir sah ini? Kamu mau aku terluka karena terus terusan liat kalian bermesraan? Atau kamu pengen bahagia di atas penderitaan aku?" lirih Acha memelankan suaranya.
"Berada di titik ini aku benar-benar sakit, Haru. Kamu gak pernah ngerasain gimana rasanya jadi aku yang terus kamu permainkan, kamu gak tau gimana rasanya terluka yang bener-bener terluka. Kamu gak tau gimana rasanya menangis dalam diam, tertawa dalam kesedihan, dan meringkuk dalam kesendirian. Kamu gak pernah tahu itu, karena kamu bukan aku! Kamu gak pernah ngerasain gimana sakitnya, remuknya dan hancurnya perasaan aku. Kamu orang ter-egois yang pernah aku kenal, aku benci kamu Haru!" pekik Acha melampiaskan semua rasa sakitnya, napasnya terasa tercekat, ia menangis sejadi-jadinya di sana. Haruto diam tak bergeming, ia hanya memperhatikan bagaimana gadisnya menangis karena dirinya.
"Okey kita putus, maaf Cha untuk segalanya. Aku emang bukan yang terbaik buat kamu," ujar Haruto membuat tangisan Acha perlahan mereda, ia mengangkat kepalanya menatap lelaki itu.
"Ok mulai sekarang kita usai, makasih untuk segalanya, makasih untuk waktu yang selama ini terbuang sia-sia. Dan .... " Acha menjeda ucapannya.
"Selamat ulang tahun, Haru," sambung Acha tersenyum. Ia menyodorkan kotak hitam yang ia bawa sedari tadi, kemudian ia berlari dengan cepat meninggalkan rumah itu.
"Makasih," balas Haruto memandang nanar kotak itu.
Brakkkk!!!
Terdengar begitu keras, jantung Haruto berdegup kencang. Ia langsung berlari melihat apa yang terjadi di luar, banyak orang sudah berkerumun di sana. Ia menyingkirkan orang-orang itu menerobos masuk kerumunan.
"Acha!"
Tbc ....
Hampir mendekati End, see you in the next chapter❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Haru [Selesai]
TienerfictieBerawal dari kedatangan murid baru itu, membuat pertahanan Acha untuk tak mengenal cinta runtuh seketika, nyatanya ia telah terjebak dalam pesona Haruto, si dingin. Namun, tampan. "Aku suka kamu, Haru." Star : 16 Desember 2021 finish : 10 Maret 2022