"Semuanya udah beres kan, gak ada yang ketinggalan?" tanya Zian, semuanya memeriksa barang masing-masing lalu menganggukkan kepala.
Setelah dirasa tak ada satu pun barang yang ketinggalan, mereka semua memasuki mobil dengan posisi yang sama seperti saat mereka datang. Yaitu mobil pertama tetap Zian, Dirga, Vina dan Tasya. Begitupun dengan mobil kedua tetap Alden, Haruto, Rendi, Acha, dan Qinzie.
Perjalanan terasa membosankan kali ini, sangat hening tak ada yang berbicara baik mobil pertama maupun mobil kedua. Alden sibuk menyetir, Rendi tertidur dengan earphone di telinganya, Qinzie streaming mv kep1er wadada, sedangkan Acha dan Haruto hanya berdiam dengan Acha yang menyender pada bahu tegap Haruto.
"Haru, aku ngantuk," lirih Acha pelan memecah keheningan. Tangan Haruto terangkat untuk menyentuh wajahnya, ia membelai lembut pipi gembul itu.
"Tidur aja kalo ngantuk," sahut Haruto.
"Tapi gak bisa, matanya gak mau kepejam."
"Lah kenapa? Tadi katanya ngantuk, hmmm."
Entah kenapa setiap mendengar deheman Haruto, Acha selalu salah tingkah. Jantungnya berpacu dengan cepat.
"Aku juga gak tau,"
"Kamu mikirin aku ya?" goda Haruto terkekeh. Acha langsung menepis tangannya.
"Ish Haru apaan sih," sungut Acha.
"Kan matanya gak mau kepejam mungkin aja kamu mikirin aku,"
"Enggak ya, sok tau huuuu," sorak Acha memeletkan lidahnya.
"Sttt," Haruto menempelkan jari telunjuknya pada bibir ranum Acha, ia mengisyaratkan gadis itu untuk diam, ia juga mengisyaratkan agar Acha menutup matanya. Acha mengernyit heran, tapi ia tetap melakukan apa yang Haruto perintahkan.
Hingga jantung Acha seakan benar-benar berhenti berdetak, Haruto mencium tepat pada kedua kelopak matanya. Jujur dirinya benar-benar salah tingkah, ingin sekali ia menenggelamkan tubuhnya sekarang agar orang-orang tak melihat wajahnya yang memerah.
"H-Haru apaan sih," salting Acha menunduk menyembunyikan wajahnya.
"Kenapa nunduk?" Haruto menaikkan dagu Acha mendongak hingga netre mereka bertemu. Haruto tertawa saat dilihatnya wajah Acha yang memerah bak kepiting rebus, ia kemudian menciumnya kembali. Namun, sekarang bukan di kelopak mata melainkan di kedua sisi pipinya.
"Isshhh Haru mah," rengek Acha, ia benar-benar malu sekarang.
"Gak sopan banget main cium-cium aja," gerutu Acha kesal, tapi dalam hatinya ia sangat senang, dunia terasa milik berdua.
"Jadi lain kali kalo aku mau cium harus izin dulu gitu, hmmm?" skakmat:) Haruto kembali berdehem yang membuat Acha dua kali lipat saltingnya.
"I-iya," gugup Acha.
Haruto tersenyum, ia mengelus pucuk kepala gadis itu. "Kesayangannya Haru, aku boleh gak cium kamu?" Haruto menyunggingkan senyumnya, senang sekali ia menggoda gadisnya ini.
Acha tak menjawab, ia hanya menundukkan kepalanya malu. Sial rasanya ia ingin keluar dari mobil sekarang.
"Diam berarti boleh." Ujar Haruto mencium setiap inci wajah Acha, kecuali bibir. Soalnya mereka belum sah:v
"Haruuuu, huaaa bunda mau pulang," rengek Acha lagi, dengan segera Haruto meraih tubuh mungil itu untuk ia peluk, peluk dengan erat.
"Anjir di mana-mana gue selalu jadi nyamuk + jadi saksi bisu keuwuan kalian," dengus Qinzie yang membuat Haruto melepaskan pelukannya, ia sampai lupa jika meraka masih satu mobil sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Haru [Selesai]
Teen FictionBerawal dari kedatangan murid baru itu, membuat pertahanan Acha untuk tak mengenal cinta runtuh seketika, nyatanya ia telah terjebak dalam pesona Haruto, si dingin. Namun, tampan. "Aku suka kamu, Haru." Star : 16 Desember 2021 finish : 10 Maret 2022