Acha duduk termenung pada pinggiran danau yang tenang, pikirannya meracau ke mana-mana. Sesekali ia melempar kerikil pada danau itu, ia juga menyenderkan tubuhnya pada pohon rindang di sana.
Hari ini ia senang karena Haruto yang membawanya jalan-jalan, menikmati kebersamaan yang sangat berharga. Namun, ia juga sedih karena ini kemungkinan menjadi kebersamaan terakhir meraka sebelum Haruto kembali ke Jepang.
Dengan bosan Acha terus melemparkan kerikil itu hingga ke tengah danau, sembari menunggu Haruto yang pergi membeli kembang gula atau gula kapas.
Satu menit kemudian. "Nih." Haruto menyodorkan satu gula kapas berwarna pink itu pada Acha, Acha menerima sodoran itu.
"Habis ini mau kemana?" tanya Haruto.
"Terserah Haru aja," datar Acha. Haruto tersenyum, ia tahu gadisnya ini pasti masih memikirkan tentang kepergiannya.
"Acha jangan sedih ya, yang jauh itu jarak, bukan hati." Jelas Haruto merangkul tangannya di pundak Acha.
"Iya emang, dan semuanya juga berasal dari jarak. Terkadang seseorang akan melupakan orang lama, karena orang baru yang lebih asik dan selalu ada, serta tak terhalang oleh jarak. Aku takut kamu akan lebih asik dengan orang yang baru kamu kenal, Haru. Atau, jika kamu punya masalalu, kamu akan kembali dengan masalalu kamu," lirih Acha menatap lurus ke depan, matanya memanas. Dapat ia rasakan jika pelupuk matanya sekarang telah penuh akan tampungan air mata, yang dengan sekejap saja akan siap terjun bebas.
Haruto menyelipkan sebagain rambut Acha ke belakang telinga, tatapannya ia pusatkan pada wajah cantik Acha, yang kemudian ia membawanya ke pelukannya.
"Sayang, aku sayang kamu, aku gak punya masalalu apa pun di sana. Percaya sama aku, aku akan kembali kalo semuanya telah selesai dan kita akan menikah," bisik Haruto lembut di telinga Acha. Dada Acha kembali bergemuruh, sekuat mungkin ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Walaupun sebenarnya, Haruto berbohong.
"Maaf, Cha. Aku terpaksa bohong sama kamu," batin Haruto.
Tak lama kemudian, Haruto membawa Acha ke taman dan meninggalkan danau yang tenang itu. Banyak anak kecil yang bermain serta berlalu lalang di sana selalu memusatkan perhatiannya terhadap mereka.
"Kak, kalian pacaran ya?" tanya bocah laki-laki bermata coklat itu, jika dilihat sepertinya umurnya masih sembilan tahun.
"Iya," jawab Haruto tersenyum padanya, bocah itu tampak girang.
"Kak pacaran itu seru nggk?" tanya-nya lagi.
Haruto mengangguk antusia. "Seru banget malah,"
"Wah kalo gitu aku mau pacaran juga," girangnya yang tiba-tiba saja kepalanya dipukul oleh gadis kecil yang berada di samping.
"Kata mama ndak boleh pacal-pacalan, doca!" serunya memarahi bocah laki-laki itu yang tampak mendengus, gadis kecil itu mungkin masih berumur empat tahunan.
"Ishhh itu kan kata mama, kalo kata papa pacaran lah sejak dini biar gede nanti mudah nyari istri," sungut bocah laki-laki itu mengelus kepalanya yang dipukul, kehadiran mereka berdua sukses membuat Acha dan Haruto tertawa melihatnya.
"Kata mama jangan dengelin papa, papa itu ajalan cecat!" hardiknya.
"Nyenyenyenye," balas bocah laki-laki berumur sembilan tahun itu.
"Kalian namanya siapa?" tanya Acha. Bocah laki-laki itu nampak senang ingin menjawab, tapi baru saja ia membuka mulutnya, mulutnya sudah dibekap duluan dengan tangan mungil gadis kecil yang berada di sampingnya.
"Nama aku Jula, kalo nama ia egan," jawabnya tersenyum manis menampilkan lesung pipinya yang dalam.
"Ishh bukan gitu," dengus bocah laki-laki itu.
"Telus gimana?"
"Namaku Zegan, dan nama dia Zura." Tunjuknya pada gadis kecil itu yang bernama Zura, Acha menganggukkan kepalanya mengerti.
"Emm Zegan sama Zura ke sini sama siapa?" tanya Acha lagi, ia celingak celinguk mencari siapa yang membawa dua bocah ini.
"Sendiri, eh iya tadi mama suruh pulang, kita pulang ya kak." Zegan menarik tangan mungil Zura dan bergegas pergi, ia baru ingat sekarang jika ibunya menyuruh mereka pulang beberapa menit yang lalu.
Sepergian mereka Acha kembali murung seperti semula, Haruto mengacak-ngacak rambutnya gemas.
"Kenapa lagi hmmm?" Haruto menangkup kedua pipinya.
"Gak ada, laper," cengir Acha yang membuat Haruto terkekeh, dirinya juga lupa mereka belum makan sedari tadi.
"Yaudah ayo cari makan." Ajak Haruto berjongkok di depan Acha, ia mengisyaratkan Acha untuk menaiki punggung, tentu saja hal itu membuat Acha terkejut.
"Ngapain?" bingung Acha.
"Ayo naik," titah Haruto, Acha menggeleng.
"Enggak ah,"
"Kenapa? Ayo naik, nanti bidadari aku lecet," goda Haruto yang berhasil membuat wajah Acha memerah, Acha menjitak kepalanya keras hingga ia mengaduh kesakitan, untung saja di sini tidak banyak orang.
Dengan hati-hati Acha menaiki punggung Haruto, ia menenggelamkan wajahnya yang memerah di sana.
Haruto menurunkan Acha di jok motornya, ia kemudian memakaikan helm untuk gadis itu. Acha melingkarkan kedua tangannya memeluk badan kekar Haruto, dan kembali menenggelamkan wajahnya.
"Mau makan apa?" Haruto bertanya setengah berteriak, sebab jalanan sedang ramai, jika tidak seperti itu maka tidak kedengaran.
"Bakso," balas teriak Acha. Haruto mengangguk pelan lalu menambah kecepatan laju motornya, hingga tak lama sampailah mereka di toko yang bertuliskan bakso beranak.
"Anjir beranak dia," Haruto terkekeh, dengan segera Acha menarik tangannya untuk masuk.
"Jangan malu-maluin," desis Acha.
Di sana benar-benar ramai, mungkin karena tokonya baru buka, atau memang mereka yang baru melihatnya. Mereka memesan bakso dua porsi dan es teh dua gelas, tak lama akhirnya pesanan mereka datang.
Mereka dengan lahap menyantapnya, sesekali mereka suap-suapan, tentu Haruto yang memintanya agar terlihat romantis.
"Haru makannya kok belepotan?""Bersihin dong." Haruto memajukan wajahnya hingga berjarak beberapa centi dari Acha, dengan sigap tangan mungilnya Acha gunakan untuk mendorong kembali wajah Haruto.
"Ckkk," decak Acha mengambil tisu lalu membersihkan mulut Haruto yang belepoton.
"Nggak ikhlas banget sih," dengus Haruto.
Acha mendelik. "Ikhlas tadi,"
"Enggk tuh,"
"Terserah," balas Acha yang membuat Haruto terkekeh.
Mereka melanjutkan makannya hingga tak tersisa, mubazir soalnya kalo tersisa. Setelah membayar Acha meminta Haruto untuk membawanya pulang saja, sebab hari sudah sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Haru [Selesai]
Teen FictionBerawal dari kedatangan murid baru itu, membuat pertahanan Acha untuk tak mengenal cinta runtuh seketika, nyatanya ia telah terjebak dalam pesona Haruto, si dingin. Namun, tampan. "Aku suka kamu, Haru." Star : 16 Desember 2021 finish : 10 Maret 2022