🦄Part 28🦄 [Kalut]

15 6 0
                                    

Drtttttt jal bwa one two three four five six seven, you make me feel like eleven.

Acha terlonjak kaget dan segera beranjak bangun  dari tidurnya, ia mengelus dadanya yang bergemuruh karena terkejut dengan suara ponselnya yang begitu keras.Benar saja, Sean benar-benar menelfonnya hingga membuat ia hampir jantungan.

Dengan malas Acha bangkit dari tempat tidurnya, sebelum itu ia terlebih dahulu menolak panggilan dari Sean. Namun, baru saja ia berjalan satu langkah, ponselnya kembali berbunyi. Acha berdecak, dengan perasaan kesal ia terpaksa mengangkat telpon itu.

"Iya, halo. Kenapa?" Tanya Acha dengan nada suara lantang, nyawanya masih terkumpul setengah.

"Kamu berbicara dengan nada seperti itu kepada senior kamu? Udah baik loh saya telfon kamu pagi-pagi gini supaya kamu nggak telat lagi, gak tahu terimakasih banget sih!"

"Iya iya maaf kak, ada apa ya?"

"Kenapa tolak panggilan dari saya tadi?"

"Emm anu, aku pikir kakak nelfon cuman buat bangunin aja, jadi aku matiin deh."

"Iya emang mau bangunin aja, tapi setidaknya bilang makasih."

"Iya kak Sean yang terhormat makasih yah, sekarang tel----"  Belum sempat Acha menyelesaikan ucapannya, sambungan itu sudah diputuskan sepihak oleh Sean.

"

Emang dasar itu orang nyebelin banget, pengen cakar mukanya rasanya," gerutu Acha kesal, dengan menghentak-hentakkan kakinya ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri.

***

Ini adalah hari pertama ia mulai belajar di perguruan tinggi setelah MOS kemarin. Di sini ia mengambil jurusan biologi, sama dengan Vina juga Tasya. Sedangkan Alden ia lebih memilih jurusan kimia, karena katanya ia ingin menjadi seorang ilmuan, kemudian menciptakan sebuah ramuan yang membuat seseorang bisa terbang. Terdengar aneh memang, tapi itulah Alden.

Acha membuka pintu mobilnya, di depan gerbang sudah ada kedua temannya yang tengah menunggu dirinya. Sejak masuk perguruan tinggi ini ia memang sudah dibolehkan membawa mobil sendiri. Karena orang tuanya yang sibuk mengurus perusahaan sehingga tak dapat mengantarnya, Acha juga tak ingin merepotkan kedua temannya, terlebih jarak rumah mereka yang terbilang jauh. Dan tak ada Haruto lagi yang selalu menjemputnya setiap pagi. Jadi ia mengendara sendiri setelah mendapat kepercayaan dari orang tuanya.

"Guys," sapa Acha melambaikan tangannya.

"Ayo masuk." Ajak Tasya menarik pergelangan tangan Acha juga Vina.

Mereka memasuki kelas bernuansa putih itu, sebelumnya mereka sudah diberi tahu lewat link yang dibagikan di instagram kampus. Tak disangka mereka kembali satu kelas, terasa sama. Namun, berbeda. Mereka harus beradaptasi lagi dengan orang-orang baru sekarang.

Jika dulu mereka duduk berdua, sekarang bangkunya dipisah menjadi satu-satu. Kelasnya tampak masih baru karena berbagai fasilitasnya yang terlihat mengkilap seperti baru dipakai.

Hari ini mereka belum melakukan pembelajaran, karena dosennya mengatakan tak kenal maka tak sayang. Jadi, sekarang mereka perkenalan terlebih dahulu, dimulai dari Vina yang duduk paling pojok.

Setelah semuanya selesai perkenalan diri, Pak Danu selaku dosen mereka mengajak bermain game, agar suasana menjadi lebih hidup dan menyenangkan.

Saat tengah bermain game, ponsel Acha berbunyi, awalnya ia memilih mengabaikan. Namun, ponselnya terus berbunyi berkali-kali, alhasil ia permisi keluar sebentar untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan sebanyak ini.

Hello My Haru [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang