🦄Part 3🦄 [Coklat]

44 12 0
                                    

Tak terasa waktu demi waktu pun berlalu, kini Acha tengah membereskan peralatannya dan memasukkannya ke dalam tas. Mereka berempat berencana untuk pulang bersama hari ini, dan kemudian menginap di rumah Qinzie.

"Guys cepetan dong." Ujar Qinzie menyenderkan punggungnya ke pintu.

"Sabar." Sahut Vina yang juga tengah memasukkan peralatannya ke dalam tas.

"Selesai." Ucap Acha berjalan menuju Qinzie dan Tasya yang sudah menunggu, diikuti oleh Vina.

Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Namun, netra Acha malah menangkap sesuatu yang sangat ia kenali. Ia pun berjalan menghampiri sesuatu tersebut, dan ternyata sesuatu itu adalah sebuah kotak bekal berwarna ungu yang ia berikan pada Haruto tadi. Sekarang kotak bekal itu tengah tergeletak tak berdaya di kotak sampah, dalam keadaan belum dimakan.

Acha menghela nafas sedih melihat pemberiannya dibuang begitu saja, padahal ekspektasinya tadi Haruto bakal suka, tapi realitanya malah terbuang di tong sampah.

"Hufff gak papa, sumpah gak papa," monolog Acha mencoba untuk biasa saja karena ini adalah permulaan.

"Kenapa?" tanya Tasya yang datang bersama Vina dan Qinzie.

Acha diam tak menjawab, mereka bertiga pun mengalihkan atensinya sesuai dengan atensi yang Acha tuju. Mereka terbelalak kaget saat melihat kotak bekal yang Acha berikan pada Haruto tadi berada di tong sampah.

"Wah parah, kurang ajar banget tuh orang." Geram Qinzie mengambil kotak bekal itu.

"Tau tuh, tonjok boleh gak sih?" timpal Vina.

"Kayanya tuh orang gak tahu cara menghargai sesorang," sambung Tasya.

"Udahlah guys, gue gak papa kok," tutur Acha pelan.

"Gak papa gimana, udah jelas-jelas banget tuh orang minta ditonjok." Sentak Qinzie.

"Udah beneran gue gak papa, buang aja kotak bekalnya, lagian di rumah gue masih banyak kok. Ayo pulang." Ajak Acha menarik tangan ketiga sahabatnya.

Saat sudah berada di mobil, ketiga sahabatnya masih saja terus mengumpat dan memberikan sumpah serapah untuk Haruto.

Acha terkekeh pelan. "Udah deh kasian Haruto telinganya pasti panas, gue aja b ajah. Kan kalian yang bilang ini baru permulaan, berarti gue harus berusaha lebih keras lagi, luluhin hati si kulkas berjalan emang susah sih, tapi gue akan coba terus menerus sampai dia suka sama gue."

"Tapi lo seriusan b ajah? Lo gak sakit hati?" tanya Vina memastikan ucapan Acha barusan.

"Enggak, masa cuman gegara itu aja sakit hati," balas Acha enteng, ia bahkan asik memainkan ponsel dan melupakan kejadian tadi.

Ketiga sahabatnya hanya menggelengkan kepala, tapi mereka juga senang karena Acha tidak merasa tersakiti.

15 menit perjalanan, mereka berhenti di warteg. Katanya lapar.

"Loteknya empat ya, Bik." Ujar Vina pada bibik yang punya warteg

"Siap neng," balas bibik itu seraya tersenyum ramah, Vina kemudian kembali duduk menghampiri mereka.

"Eh btw semuanya jadi kan nginap di rumah gue?" tanya Qinzie memecah keheningan.

"Ya jadilah," sahut mereka bersamaan, Qinzie mengangguk mantap, hingga tak lama pesanan mereka pun sampai.

***

"Besok lo mau kasih apa lagi buat si dingin itu?" tanya Tasya dengan snack di tangannya, si dingin yang ia maksud tak lain adalah Haruto.

Hello My Haru [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang