🦄Part 24🦄 [Perpisahan]

21 5 0
                                    

Beberapa bulan telah berlalu, sejak Haruto menggemparkan seantero sekolah dengan surat untuk Acha yang ia tempelkan di mading. Kini tibalah saat di mana mereka akan berpisah dan memilih jalan masing-masing. Tak dapat dielakkan karena mereka sekarang telah lulus, kemungkinan besar mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan di sinilah perpisahan akan terjadi. Mereka akan memulai cerita baru, juga menemukan orang-orang baru.

Acara perpisahan kelas XII pun dimulai, susunan acara satu per satu telah selesai. Penuh haru hingga membuat banyak orang menangis, karena tak terbayang setelah tiga tahun bersama dan kemudian seperti sangat cepat mereka akan berpisah.

Haruto benar-benar akan kembali ke Jepang, ia akan melanjutkan studynya di sana. Zian, ia akan ikut orang tuanya ke Belanda. Dirga dan Rendi mereka sama-sama melanjutkan study di Inggris karena perusahaan kedua orang tua mereka yang bekerja sama. Alden, ia tetap di Indonesia dan satu kampus dengan Acha, Tasya, juga Vina. Sedangkan Qinzie ia lebih memilih untuk mengejar mimpinya, ia terbang ke Korea Selatan untuk menjadi seorang idol.

Setelah acara berakhir, Acha, Tasya, Vina dan Qinzie berpelukan serta saling menumpahkan air mata. Ini yang mereka takutkan dari dulu, mereka akan berpisah setelah lama saling kenal. Setelah mereka sudah saling percaya satu sama lain, sudah seperti saudara, dan sudah sangat erat.

Tak ada perpisahan yang baik-baik saja,  meskipun dengan cara yang manis. Perpisahan tetaplah perpisahan, menyakitkan.

"Kalo lo udah sukses nanti, jangan pernah lupa kalo kita pernah bersama membangun sebuah ikatan erat atas dasar persahabatan." Ujar Acha tersenyum menepuk pelan punggung Qinzie hingga membuat mereka menangis semakin terisak.

Qinzie mengangguk. "Gue gak akan pernah lupain orang yang bisa bikin gue ketawa karena hal tolol yang kalian lakuin, kalian manusia goblok yang gue bersyukur banget bisa kenal. Makasih udah jadi sahabat gue selama tiga tahun ini, gue sayang kalian. Tolong, tetaplah baik-baik saja. Dan hiduplah dengan lebih bahagia,"

Penuturan Qinzie berhasil membuat air mata mereka semakin sulit untuk dibendung, dada mereka terasa sangat sesak hingga membuat mereka seakan kehabisan oksigen untuk bernapas.

"Mari kita buat janji untuk hidup dengan lebih baik dan lebih bahagia." Kata Tasya mengacungkan jari kelingkingnya, ia memaksakan sudut bibirnya agar terus terangkat membentuk senyuman yang indah di sana.

Mereka mengiyakan dengan menautkan jari kelingking satu sama lain, kemudian tersenyum dan kembali berpelukan.

"Cha," panggil Haruto. Acha melepas pelukannya, ia juga mengusap air mata yang seakan tak ingin berhenti mengalir. Acha menghampiri Haruto lalu memeluknya dengan erat, ia beralih menangis di dada bidang itu.

"Haru kapan akan ke Jepang?" tanya Acha dengan maniknya yang terus menitikkan air mata.

"Dua hari lagi, Cha," sahut Haruto yang membuat Acha semakin terisak.

"Kenapa cepet banget? Gak bisa seminggu lagi?" Acha menangis dengan sesegukan, bagai mimpi ia akan berpisah dengan orang yang telah berhasil membuatnya jatuh cinta.

"Maaf, aku gak bisa, orang tua aku nyuruh aku untuk cepet-cepet pulang. Ada hal penting yang ingin dibahas, tentang masalah keluarga," jelas Haruto, ia membelai lembut surai hitam Acha yang suatu hari nanti akan sangat ia rindukan.

Acha mengangguk lemah, ia tak dapat menentang lagi. Keputusan orang tua Haruto sudah bulat, mereka menginginkan anak mereka kembali. Tapi kenapa sangat sakit?

Dada Acha terasa sangat sesak, tubuhnya bergetar hebat, pandangannya sayu. Hanya air mata yang mampu menjelaskan bahwa ia tak ingin berpisah.

"Kalo aku boleh jujur, aku gak mau kehilangan kamu, Haru," lirih Acha semakin mempererat pelukannya.

"Kita cuma pisah negara, bukan pisah hati. Aku janji untuk saat ini sampai dengan seterusnya aku akan terus mencintaimu, Acha." Tegas Haruto mencium lama kening mulus Acha.

Acha menganggukkan kepalanya. "Kalo gitu aku juga janji, untuk saat ini sampai dengan seterusnya aku akan terus cinta kamu, Haru," balas Acha. Haruto tersenyum menanggapi, dengan lembut ia membelai wajah yang basah akan air mata itu.

"Jangan nangis, air mata kamu berharga." Usap Haruto pada air mata Acha.

"Gak bisa gak nangis," jawab Acha menggembungkan pipinya hingga terlihat sangat imut, Haruto terkekeh melihatnya.

"Acha gemesss banget, pacar siapa sih?" kata Haruto mencium kedua pipi gembul Acha, ia juga mencubit hidungnya saking gemasnya.

"Pacar Haru dong," kekeh Acha bergelanyut manja di lengan kekar Haruto.

"Lagi sedih-sedih gini, eh tiba-tiba langsung disuguhin sama drama romantis. Jadi serasa keselek biji durian gue," celetuk Alden datang dengan secangkir kopi cappucino di tangannya.

"Iya nih, sama. Gue juga kaya keselek anak sapi," timpal Rendi.

"Mending lo lo pada pergi sono, lagi asik nonton drama romantis malah diganggu sama kalian," usir Dirga layaknya mengusir seekor ayam.

"Anjir lo, Dirga!" Desis Alden menendang kaleng soda bekas minuman seseorang.

"Apa? Wleee," ejek Dirga memeletkan lidahnya mengejek.

"Udah deh, stop! Kalian gak sedih apa? Padahal sebentar lagi kita akan pisah loh, dari tadi gue liat kalian kaya biasa aja," tandas Vina.

"Untuk apa sedih, toh sebentar lagi juga bakalan dapet temen baru." Zian menampol mulut Alden yang kalo bicara biasa tidak berpikir dahulu.

"What? Jadi lo mau lupain kita? Lo gak inget kalo kita pernah makan satu piring, mandi bareng, tidur bareng, dan banyak hal lagi yang kita lakuin bareng-bareng," pekik Rendi banyak membuat mereka negative thingking.

"Emang kita pernah mandi bareng? Sejak kapan? Kok gue gak inget?" histeris Dirga mengundang perhatian yang lain.

"Ya misalnya kita lagi mandi di kolam renang, itu termasuk mandi bareng kan?"

Plakkk ....

Satu gaplokan mendarat di punggung Rendi, ia meringis.

"Apa sih salah gue?" gerutunya.

"Lo gak salah, cuma otak lo yang sedikit geser," dumel Zian yang sedari tadi hanya menyimak obrolan mereka.

Rendi mencebikkan bibirnya karena ia kesal Zian yang sering keli mengeplaknya, padahal menurutnya ia tidak salah. Mandi di kolam renang kan emang mandi bersama.

Alden juga hanya terdiam setelah mulutnya mengucapkan itu, sebenarnya ia sedih dan akan sangat merindukan teman-temannya, tapi ia gengsi untuk mengatakannya.

"Kak Haruto kak Acha apakah setelah ini kalian akan menikah?" seru adik kelas bermanik coklat itu, ia memegang sebuah buket bunga di tangannya.

Acha dan Haruto terkekeh. "Kita masih pengen bahagiain orang tua dulu, nanti kalo soal nikah," jawab Acha.

Adik kelas itu mengangguk. "Owh kalo gitu ini bunga untuk kak Haruto, aku cinta sama kakak." Girangnya menyodorkan buket bunga itu kemudian berlari pergi dari sana, penuturannya sukses membuat Acha membelalak sempurna.

"Yakkk!" teriak Acha pada adik kelas itu yang semakin menjauh.

"Kenapa? Cemburu ya? Tenang aja kok, sayang. Aku cuma cintanya sama kamu, di mana pun dan sampai kapan pun." Ujar Haruto menarik pinggang ramping Acha untuk kembali memeluknya. Acha menenggelamkan wajahnya di sana, terasa begitu nyaman hingga ia sedikit melupakan kesedihan tadi, dan tak ingin melepasnya.

Tbc ....

See you in the next chapter❤

Hello My Haru [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang