🦄Part 27🦄 [Perguruan Tinggi]

13 5 0
                                    

Hari ini hari pertama Acha masuk perguruan tinggi, dan ini juga merupakan hari paling menjijikkan bagi Acha, karena ia harus berhadapan dengan seorang kakak tingkat cerewet bernama Sean. Yah dia laki-laki, tapi sangat cerewet sedari tadi ia terus mengomeli Acha.

Ini yang Acha tidak suka diperguruan tinggi, mereka akan melakukan MOS yang melelahkan. Apalagi hari ini Acha telat karena tadi malam ia begadang marathon drakor.

"Kenapa telat?" tanya Sean melipat tangannya di dada.

"Maaf kak," tunduk Acha tak berani menatap manik hitam kecoklatan itu yang menatap tajam dirinya.

"Saya gak nyuruh kamu minta maaf, saya nanya kenapa telat?" hardiknya yang membuat Acha tersentak.

"Kesiangan kak," aku Acha.

"Oh kesiangan, kenapa gak pakek alarm?" Sean kembali bertanya.

"Udah kak, tapi gak kebangun," jujur Acha, memang benar sudah beberapa kali alarmnya berbunyi. Namun, tetap saja ia tak terbangun karena matanya terlalu lelah dan mengantuk.

"Turun," titah Sean. Acha terbelalak, kemudian dengan terpaksa ia melakukan score jump.

"Yang nyuruh score jump siapa?" Sean mengangkat sebalah alisnya, Acha mendelik dan langsung berdiri menatap Sean.

"Kan tadi kakak bilang turun,"

"Ngelawan?"

Acha mendadak bungkam, rasanya ingin sekali ia menonjok wajah kakak tingkatnya ini. Wajahnya terlihat sangat dingin dan angkuh.

"Sana gabung ke yang lain." Tunjuk Sean pada segerombolan mahasiswa/i baru, yang di mana di sana juga terdapat teman-temannya Alden, Vina, dan Tasya yang tengah tergelak menertawai dirinya.

"Makanya lain kali jangan kebo," celetuk Alden terkekeh pelan.

"Padahal sendiri juga sering," delik Acha.

"Tapi sekarang nggak kan?"

"Yayaya terserah lo," cetus Acha sinis.

Mereka kemudian terdiam dan berbaris dengan rapi setelah mendapat arahan dari Lika, kakak tingkat yang terkenal ganas bahkan lebih ganas dari Sean.

Sedari tadi netra Acha tak beralih dari Sean, entah kenapa saat melihat Sean membuat Acha sedikit merasa tenang karena ia seolah melihat diri Haruto di sana.

Postur tubuh yang tinggi, kulit putih, dan wajah cool yang dingin membuat sosok Haruto sedikit melekat pada Sean. Acha buru-buru mengalihkan pandangannya kala netra mereka yang tiba-tiba bertemu.

"Acha," gumam Sean.

Acha terlonjak. "Saya kak? K-kenapa ya?" tanya Acha gugup menunjuk dirinya sendiri.

"Gak, saya cuma baca id card kamu," datar Sean, jujur Acha malu sekarang, ia pikir ada apa.

"Nyebelin banget tuh orang," gerutu Acha pelan.

"Tapi ganteng kan?" sambar Vina.

"Gantengan juga Haru," balas Acha cetus, Vina hanya terkekeh.

Beberapa jam telah berlalu, sekarang sudah teramat sore hingga mereka diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Acha mengelus dadanya mengucap syukur, pasalnya ia sudah tidak tahan lagi terus mendapat omelan dari Sean, selain itu ia juga mendapat hukuman dari Lika karena ribut di barisan. Padahal yang ribut Alden sama Tasya, tapi dirinya juga ikut terkena imbas atas ulah mereka.

Sekarang ia dapat dengan tenang merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang sangat ia rindukan, Acha memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya ia membersihkan dirinya di kamar mandi.

Selesai dengan acara membersihkan diri, Acha kembali merebahkan tubuhnya, sedetik kemudian notifikasinya berbunyi.

"Sv, Sean."

Demi apa Acha terkejut bukan main, apakah Sean belum puas mengomelinya hingga mengechatnya? Lagi pula dari mana pria itu mendapatkan nomornya? Acha benar-benar bingung, banyak pertanyaan yang tak mampu ia cerna sekarang.

"Saya dapat nomor kamu dari Alden."

Sean seakan mengetahui isi pikiran Acha sekarang, Acha semakin bergeming.

"Jangan mengabaikan pesan saya!"

"Eh i-iya kak, A-ada apa?"

"Jangan matiin data, nyalain notifikasi kamu keras-keras, biar besok saya telfon supaya gak telat lagi."

"Ntar data saya abis dong, saya kere."

"Dasar miskin!"

Mata Acha membola sempurna membaca pesan dari Sean. "Nyebelin banget tuh orang, bunuh dia dosa gak sih? Rasa pengen gue telen bulet-bulet," monolog Acha kesal.

Tinnggg .... Notifikasi Acha berbunyi lagi.

"Tuh orang ngapain lagi sih," gerutu Acha membuka aplikasi whatsappnya, ia pikir tadi pesan dari Sean, tapi ternyata dari nomor yang tidak dikenal.

"Tuh orang ngapain lagi sih," gerutu Acha membuka aplikasi whatsappnya, ia pikir tadi pesan dari Sean, tapi ternyata dari nomor yang tidak dikenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf mengganggu waktunya, cowok lo kan?"

Acha terdiam tak membelas, ia mengamati foto yang dikirimkan orang itu lekat-lekat.

"Siapa gadis itu?" batinnya bertanya-tanya.

"Lo siapa, kenapa lo bisa punya foto cowok gue?"

"Lo gak perlu tahu gue siapa dan gimana gue bisa punya foto cowok lo, gue cuma mau ngasih tahu akhir-akhir ini cowok lo akrab banget sama tuh cewek. Hati-hati,"

"Lo tahu dari mana? Jangan bilang lo mau ngehancurin hubungan gue doang kan? Haru gak mungkin ngelakuin hal kaya gitu, kalaupun iya mungkin mereka cuma temen."

"Terserah mau percaya apa enggak, yang penting gue udah kasih tahu sama lo."

Acha tertawa membaca pesan dari nomor tak dikenal itu, ia menganggap semua itu hanyalah editan Harufans yang sering menghalukan Haruto, tapi selalu tak kesampaian.

Ia menggelengkan kepalanya. "Ngakak banget halunya gak ketulungan, lagian siapa juga yang percaya sama hal kaya gitu?" monolog Acha tertawa ngakak.

Ia pikir tak mungkin seseorang seperti Haruto menyelingkuhinya, Haruto itu baik walaupun diawalnya tidak. Haruto juga mengatakan bahwa ia sangat mencintai Acha, jadi tak mungkin Haruto melakukan hal seperti itu.


Hello My Haru [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang