BAB 2# Sirius

51 17 9
                                    

Sebelum meneruskan membaca cerita ini follow akun ini atau bisa follow akun ig aku: @sfs_fulsun, biar kalian nggak ketinggalan😊😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum meneruskan membaca cerita ini follow akun ini atau bisa follow akun ig aku: @sfs_fulsun, biar kalian nggak ketinggalan😊😊

🦋🦋🦋

Selepas ia pulang dari sekolahnya ia tidak langsung pulang kerumah, melainkan ia mampir ke rumah Haikal terlebih dahulu bersama ke tiga sahabatnya.Karena untuk saat ini mereka jarang untuk bisa bertemu, selepas ia memutuskan untuk pindah sekolah.

Keadaan rumahnya seperti biasanya. Dengan suasana yang selalu sama. Kosong, dingin, dan tak ada lagi rasa hangat yang menyeruap di rumah itu. Yang membuat dirinya malas untuk selalu berada di rumah itu.

Ketika Nana masuk ke dalam rumah, ia hanya melihat bibi Mirna, yang masih asyik dengan masakannya, dan serbet yang bergambar kotak-kotak berwarna hitam dan putih itu yang selalu bi Mirna sampirkan di bahunya.

Bi Mirna adalah seorang pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja dirumahnya. Yang membantu mengasuh Nana sejak masih ia kecil. Dan mungkin sekarang wanita itu sudah berumur di kepala empat.

Ketika Bi Mirna menyadari keberadaan Nana memasuki ruangan itu, ruangan yang di penuhi dengan aroma masakan yang sangat khas dengan bumbu-bumbu yang bi Mirna racik untuk masakannya. "Eh den Nana udah pulang. Cepat bersih-bersih nanti makanannya saya siapin. Kalau di makannya nanti-nati keburu dingin nanti gak enak." ujar bi Mirna, sembari mengobati-abitkan serbet yang ada di bahunya itu kearah lengan Nana. Disana laki-laki itu hanya tersenyum melihat tingkah bi Mirna yang selalu cengengesan seperti itu "iya bi, nanti pasti Nana makan". Setelah itu Nana melenggang pergi meninggalkan bi Mirna yang sudah kembali ke dapur itu.
"Aduh den den. Pasti nanti ujung-ujungnya gak di makan" Bi Mirna masih ngedumel sendiri, sambil melanjutkan membereskan dapur.

Sesampainya Nana memasuki kamarnya, ia menilik jam yang menempel di dinding kamarnya. Disana jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Setelah ia selesai menaruh tasnya ia langsung menuju ke tempat favoritnya, tanpa mengganti baju seragam yang masih ia kenakan. Ia langsung menuju balkon kamarnya.

Angin di sana semakin dingin. Malam juga semakin larut, namun Nana masih enggan untuk beranjak  dari balkon kamarnya. Ia masih nyaman duduk di sana dan mengamati bintang-bintang yang terlihat di atas sana.

Ketika ia duduk di  balkon kamarnya dan menikmati gemerlap bintang yang selalu ada disana dan menemaninya. Ia teringat kalimat yang dahulu ia selalu dengar.
Kalimat yang pernah seorang katakan kepadanya "Kamu tau bintang yang paling terang itu namanya bintang apa?" Perempuan itu menunjuk kearah bintang itu, seraya memandang lembut laki-laki kecil yang ada di sampingnya. Laki-laki kecil itu  menggelengkan kepalanya seraya menatap bingung perempuan yang ada di sampingnya itu. "Itu namanya bintang Sirius. Bunda ingin menjadi bintang Sirius. Bintang sirius itu bintang yang paling terang dan indah di langit malam. Kamu tahu apa artinya?" tanya perempuan itu lagi. Laki-laki kecil itu menggelengkan kepalanya." Bunda ingin tetap menjadi terang dan indah, walaupun langit di hidup Bunda mungkin suatu saat akan tertutup awan" laki-laki kecil yang berada di sampingnya itu tersenyum kepadanya seraya memeluk erat perempuan itu, dan berkata "aku ingin menjadi seperti bunda" Pelukan hangat itu yang mungkin tak akan menjadi hangat selamanya.

Garis Temu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang