BAB 3# No Need For Perfect Results

33 15 5
                                    

Sebelum meneruskan membaca cerita ini boleh follow akun wattpad ini dan bisa juga follow akun ig aku: @sfs_fulsun.
Terimakasih😊😊

🦋🦋🦋

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun pandangan ku masih tak luput dari buku-buku yang ada di hadapan ku. Sesekali aku memijat pelipis ku. Kepalaku serasa sedikit pening, melihat tulisan-tulisan di atas kertas-kertas itu. Buku-buku di atas meja sudah berantakan tak karuan, semuanya terbuka. "Hufftt..." helaan nafas yang terdengar berat. Namun aku tetap kembali untuk memandangi buku-buku itu sembari membolak-balikkan halaman per halaman.

Sebenarnya aku masih ingin menyelesaikan satu paket soal lagi. Namun ternyata otak yang ada di kepala ku sudah tidak mampu untuk melanjutkan menyelesaikan soal-soal itu.

Pusing, tapi nanggung kalau berhenti sekarang. Batinnya, sambil mengusap wajahnya sedikit gusar.

Ujian Nasional mungkin masih cukup lama, namun ia juga harus mempersiapkan itu dari jauh-jauh hari. Selain itu ia juga harus mempersiapkan untuk ujian PTN, agar ia bisa lolos di PTN yang ia inginkan. Karena semua harapan ada di tangannya sendiri. Bagaimana caranya agar ia bisa mewujudkan harapan-harapan itu. Bagaimana agar ia tidak mengecewakan orang-orang yang ada disekitarnya. Ia berpikir bahwa ia belum tentu bisa memenuhi ekspetasi semua orang-orang. Dan ia takut bahwa suatu saat nanti hasil yang telah ia perjuangkan hanya membuat dirinya dan orang-orang di sekitarnya kecewa.

Ketika Nara kembali untuk memulai menyelesaikan beberapa nomor lagi ia di kagetkan dengan suara ketukan dari pintu kamarnya.

Tok tok tok.....

"Ara, kamu belum tidur ya?" sumber suara dari balik pintu itu adalah suara Kak Marko. Kakak Nara. Orang rumah memang biasa memanggilku Ara.
"Bentar kak, dikit lagi kelar kok" ucap Nara yang masih setia mencoret-coret di atas kertas-kertas itu.

Satu...dua...tiga...
Krrrk

Hanya butuh tiga detik Kak Marko membuka pintu kamar Nara dan tiba- tiba masuk tanpa meminta izin kepada sang pemilik kamar. Ara langsung menoleh ke arah kak Marko. Ia dibuat geram olehnya.

Setelah kak Marko masuk ke dalam kamar itu ia melipatkan tangannya di depan dadanya, sembari memposisikan dirinya untuk duduk di pinggir meja belajar Nara. Sedari tadi Nara hanya memperhatikan tingkah kakaknya yang selalu seenak jidatnya sendiri.

Namun di detik berikutnya tangan kak Marko tiba-tiba menutup semua buku-buku yang ada di hadapan Nara dengan cepat. Secepat kilat juga, si pemilik buku itu mencoba mencegah tangan kak Marko untuk berhenti menutup buku-bukunya. Namun tiba-tiba aktifitas Nara terhenti, karena ucapan kak Marko
"Apa sih susahnya istirahat, hah?... Ia menjeda ucapannya sebelum ia melanjutkan ucapannya, "Toh besok masih ada waktu lagi buat belajar kan?." Kak Marko menatap wajah adiknya itu dengan wajah yang khawatir.

Namun Nara masih tetap kesal melihat kelakuan kakaknya itu.
"tapi kak ini nanggung kalau gak di selesain sekarang..." Nara menjawab tidak terima dan menjeda kalimatnya. Sebelum ia melanjutkan kalimatnya Nara sedikit menghela nafas berat "terus kakak sendiri kenapa belum tidur juga?."

Kak Marko yang masih setia duduk di posisinya ia hanya mengangkat kedua bahunya, lalu kak Marko berucap "kalau kamu mau kerja keras buat diri kamu sendiri boleh-boleh aja, tapi kamu juga jangan sampai lupa juga buat jaga kesehatan. Jangan selalu paksain tubuh mu. Kalau sampai sakit kan yang rugi kamu sendiri".
Nara menjawab pertanyaan dari kakaknya sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. "oke oke"

Setelah ucapannya selesai, namun tiba-tiba saja kak Marko memberdirikan tubuhku dan menyuruhku untuk pergi ke atas ranjangku "eh...eh...eh kak, ngapain sih. Aku bisa jalan sendiri tau!." ujarku sambil melepaskan pegangan tangan kak Marko di pundak ku. "Aku nanti tidur disini. Nanti aku di sofa kamu dikasur, seperti biasa. Biar kakak bisa awasin bayi besar" ucapnya sewot.

Garis Temu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang