Sebelum membaca jangan lupa follow, komen dan vote cerita ku ya. Gratis nggak bayar kok. Hehehe☺❤❤
🦋🦋🦋🦋
"Jika rasa terpaut dengan waktu, apakah rasa ini hanya datang sesaat dan pergi setelahnya ?"
----
Masih memakai seragam yang lengkap dan terbaluti dengan jaket jeans yang sering Nana pakai untuk pergi ke sekolah. Ia mengendarai motor dengan santai, menghirup udara kota siang itu. Mulai merasakan teriknya panas matahari yang mengenai kulitnya.
Nana menikmati perjalanan itu, begitupun perempuan yang ada di belakangnya. Nara.
"Udah bolos sekolah, nggak ganti baju dulu lagi." ucap Nara sewot di belakang Nana.
"Lo kenapa juga mau-mau aja gue ajak," Nana masih fokus dengan kemudinya
"Iya ya, kenapa gue nurut aja lo ngajak gue?" ekspresi Nara tiba-tiba berubah bingung dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia juga nurut-nurut aja ketika diajak Nana untuk keluar jalan-jalan di jam sekolah seperti ini dan di kondisi Nara yang masih dibilang belum cukup sehat.
"Nah tu, lo aja bingung. Apalagi gue" ujar Nana, terlihat tersenyum tipis tampak dari spion motornya.
"Terus ini kita mau kemana?"
"Ada lah. Lo akan tau sendiri nanti, tempatnya bentar lagi sampai" ujar Nana, sembari membelokkan setir motornya. Dan tidak terlalu jauh setelah Nana membelokkan motornya tadi Nana menghentikan motornya tepat di depan yayasan Rumah Kasih.
Di samping motornya Nara melihat dengan heran, mengapa Nana mengajaknya ke sini? Ada perlu apa ia kesini?
Di sampingnya Nana yang sudah melepas dan meletekkan helmnya di armtas motornya ia melirik Nara sebentar. Ia mendapati ekspresi Nara yang sedikit bingung.
"Lo mau ikut masuk apa tetep diam disini?" ujar Nana melirik Nara.
"Ya ikut masuklah, masak gue disini jagain motor lo." Beberapa kali Nara berusaha membuka pengait helmnya, namun belum bisa terbuka. Sadar dengan kelakuan Nara yang belum juga bisa membuka kaitan helmnya tiba-tiba saja Nana mendekatkan tubuhnya dan meraih pengait helm yang masih terpasang rapi di kepala Nara.
"Eh...eh... Ngapain lo?" Namun ketika Nana hendak meraih pengait helmnya Nara terkejut dan sedikit memundurkan badannya.
"Sini gue bantuin. Jangan seudzon mulu lo sama gue"
"Habisnya lo selalu tiba-tiba kalau mau ngapa-ngapain, nggak pakai aba-aba dulu" ujar Nara sedikit melihat kearah Nana dengan sedikit mendongakkan kepalanya, karena tinggi badan keduanya bisa di bilang cukup berbeda.
"Udah." ujar Nana lalu ia memundurkan tubuhnya dan mulai melangkah masuk ke halaman Yayasan itu.
"Tungguin dong!" dengan cepat Nara meletakkan helmnya dan menyusul Nana yang sudah hampir memasuki halaman Yayasan itu.
Sebelum mereka berdua masuk kedalam yayasan itu dan bertemu dengan anak-anak yang ada disana, mereka berdua di sambut baik oleh salah satu pengurus yayasan tersebut.
"Eh nak Nana, lama nggak mampir kesini. Gimana kabarnya baik-baik saja kan?" ujar salah seorang perempuan pengurus yayasan tersebut. Ia bernama bu Rani. Dengan ekspresi dan tatapannya yang sangat ramah dan hangat, sembari mememgang pundak Nana dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Temu (On Going)
Teen FictionKamu tau kan kenapa kita di hadirkan di bumi ini? kita semua yang di hadirkan di bumi ini semuanya ada alasannya, ada manfaatnya. Jangan pernah kamu merasa kamu yang paling nggak berguna. Buang fikiran itu Na. Kamu berguna, kamu berharga Na.