🦋🦋🦋🦋
Setibanya Nara dan Nana di sekolah, Nara langsung bergegas pergi menuju kelas terlebih dahulu. Ketika Nara berjalan di lorong sekolahnya Nara merasa dirinya diperbincangkan oleh siswi-siswi yang ada di sana. Semua mata menatapnya, suara bisikan-bisikan dari orang-orang itu sedikit terdengar. Sampai pada akhirnya ada suara dari siswi-siswi itu yang masuk ketelinga Nara "apasih bagusnya dia, cantik aja enggak. Kalau pintar sih iya tapi iya gak pintar-pintar juga".
Mendengar perkataan itu membuat Nara sedikit menghembuskan nafas berat. Nara tak menghiaraukan perkataan itu, Nara tetap berjalan menuju kelasnya.
"Oh ini ya, yang gatel nyuruh-nyuruh Nana jemput." Lagi-lagi suara cewek itu terdengar begitu nyaring di telinga Nara. Sea yang duduk dikursinya menatap kearah Nara dengan tatapan angkuhnya. "Awas ya semuanya dikelas ini ada cewek gatel."
Nara tak menggubris satupun perkataan Sea. Ia hanya menghela nafas berat. Nara benar-benar muak dengan tingkah Sea yang selalu berbicara seenaknya tanpa tahu kenyataannya.
"Kamu iri ?" tiba-tiba saja kalimat itu keluar dari mulut Nara. Dengan terkejut Sea langsung menoleh kearah Nara.
"Iri lo bilang? Kenapa juga gue iri sama lo. Gak ada yang perlu di iriin dari lo"
"Kalau kamu nggak iri sama aku, kenapa kamu terus-terusan bilang kalau aku gatal lah, sok kecantikan lah, apalah. Dari omongan kamu aja udah memperlihatkan kalau kamu mau juga sama apa yang aku alamin." Nara berkata tanpa memalingkan tatapannya dari wajah Sea.
Sea benar-benar terkejut dengan apa yang dikatakan Nara. Namun bukan sifat Sea kalau ia dengan cuma-cuma langsung nyerah begitu saja dengan apa yang harus Sea miliki.
"Oh jadi gini ya ternyata sikap lo. Kalupun lo akan ngejelek-jelekin gue, mau ngesingkirin gue dari urusan Nana lo nggak akan bisa. Ingat itu." tanpa basa basi Sea langsung meninggalkan tempat itu. Ia berlenggang pergi meninggalkan Nara yang masih saja terdiam dan melihat kepergian Sea. Beberapa kali Nara mengusap wajahnya dan menghela napas berat.
Ketika Sea hendak berbalik dan melanjutkan berjalan ke tempat duduknya, didepan papan tulis ia berpapasan dengan Nana dan ke tiga temannya. Haidar, Janu dan Jendra menggelengkan kepala melihat kearah Sea. Namun Nana ia tatapannya hanya fokus ke Nara, yang ternyata mereka berdua sedang saling tatap. Ketika Sea berpapasan dengan Nana, saat ini Sea yang menyadari bahwa Nana hanya menatap kearah Nara, Sea pun langsung berlenggang pergi menuju tempat duduknya dengan wajahnya yang memerah marah.
"Udah yuk cepetan duduk. Kaki gue udah kesemutan nih." rengek Haidar
"Lemah amat sih lo, gitu belagu mau ngedeketin si Sea" tanpa aba-aba Haidar yang mendengar ucapan Janu yang manis itu tangan Haidar langsung melayang keatas kepala Janu.
"Na ngapain sih berdiri disini terus, kayak mau antri minyak." ujar Jendra dengan memukul pundak Nana.
"Siapa suruh juga lo ngikutin gue."
"Nggak ada." jawab Haikal clingak clinguk
"Ya udah, kalo kalian mau duduk ya duduk aja sana. Gue nanti juga bakalan duduk sendiri. Lo mau gendong gue ya? Kalau iyasih gue juga nggak keberatan juga" ucap Nana seenak jidatnya, sehingga membuat Jendra naik pitam mendengar perkataan Nana.
"Kayaknya kasian tangan gue kalau ngegendong lo. Daripada gendong lo mending gue lo lempar ke sungai dekat rumah gue."
"Jadi setan dong nanti."
"Iya. Terus nanti gue ngedatengi rumah lo satu-satu buat nagihin hutang lo ke gue. Terutama tu si Haidar gue bakalan sering ke rumah lo."
"Lah ngapain? Kan yang bikin lo mati si Jendra bukan gu." Haidar menatap sinis kearah Nana
"Si Jendra mah mungkin gue datengin seminggu 3 kali aja. Kalau lo 6 kali seminggu. Lo kan yang banyak dendam sama gue."
"Siapa juga, lo kali yang punya dendam sama gu".
Tanpa berbasa-basi mulut Haidar di cubit oleh Janu dan menyeretnya untuk duduk. Begitulun Nana, lengannya di tarik oleh Jendra agar cepat duduk. Daripada terus-terusan ngomongin yang nggak jelas.
"Tangan lo bau tai. Nggak usah megang-megang bibir gue."
"Kalo ngomong tuh pake bismillah dulu biar nggak kayak tai juga tuh mulut." Janu tak segan-segan memukul lengan Haikal dengan cukup keras.
Sampai ditempat duduk mereka masing-masing Nana melirik kearah Nara yang masih sibuk membaca buku pelajaran yang ada di depannnya.
"Lo keren." ucap Nana lirih, disamping telinga Nara. Sehingga membuat Nara menoleh kearah sumber suara itu.
"Apaansih biasa aja juga"
"Lo tau nggak, gue kasih tau iya biar lo nggak capek ngeladenin orang yang sikapnya kayak Sea gitu."
"Emang apa?"
"Nggak usah diladenin" ucap Nana
"Tapi kalau nggak di ladenin juga makin menjadi, ngebuat aku risih"
"Tapi kalo lo ngeladenin orang yang sikapnya kayak Sea tuh malah bikin dia punya panggung dan lo cuma akan capek jadi penata panggung buat dia, buat orang-orang yang kayak Sea. Lo hanya cuma buang-buang waktu nggak guna."
"Bijak amat bapak omongannya." mendengar ucapan Nana tersebut membuat Nara berpikir beberapa kali. Nara pikir-pikir ucapannya itu tidak ada salahnya.
"Bisa ngelucu juga ternyata lo. Iya walaupun garing." Nana memalingkan wajahnya sambil menahan salah tingkah yang Nana rasa saat ini.
"Dari pada lo, kayak kanebo." Nara memalingkan wajahnya dan tak menghiraukan Nara yang kembali menatapnya jengkel karena perkataan tersebut.
Bersambung......
🦋🦋🦋🦋
Catatan :
Selamat malam, bagaimana kabar kalian baik-baik aja kan?
Gimana puansanya lancar juga kan. Bagi yang menjalankan.
Maap ya teman-teman aku sangat-sangat melanggar janji ku yang bilangnya mau update sesering mungkin. Aku sekali minta maaf ya buat kalian semua, yang sudah mampir ke cerita ini.Dari bulan-bulan lalu itu tuh aku hopeless banget. Write block juga, dan ditambah lagi sama tugas-tugas ku yang lain yang membuat aku sangat jarang banget updet cerita ini. Jadi sekali lagi aku minta maaf iya sama kalian, sama semuanya yang sudah mendukung aku, mendukung pengalaman baruku ini. Jadi tolong beri cinta yang banyak ya dari karya ku😊❤
Dan hari ini aku mau upload chapter baru iya walaupun cuma satu nggak lebih. Jadi ditunggu iya, sabar iya.
Semoga kalian semua selalu di dalam lindungan Tuhan. ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Temu (On Going)
Teen FictionKamu tau kan kenapa kita di hadirkan di bumi ini? kita semua yang di hadirkan di bumi ini semuanya ada alasannya, ada manfaatnya. Jangan pernah kamu merasa kamu yang paling nggak berguna. Buang fikiran itu Na. Kamu berguna, kamu berharga Na.