Bab 7# Tiga Rasa

28 12 1
                                    

Di dalam ruangan Nara hanya terdiam. Ia tak terlalu fokus pada pelajaran yang ia pelajari hari ini. Ia berkali-kali memutar-mutarkan bolpoin yang di pegangnya. Sampai pada akhirnya bolpoin itu jatuh.

Semua yang ada di ruangan itu menoleh ke arahnya. Dengan cepat Nara mengambil bolpoin milikhya dan beberapa kali menyelipkan helaian rambutnya di belakang telinga.

Nara gugup.

"Nara." tegur bu Nail tutor bimbelnya yang melihat kearah Nara masih dengan ekspresi kehenaranan.

"Ah...iya bu.." di tempat duduknya Nara berkali-kali masih membenar kan helaian rambutnya. Menyibak-nyibakkan ke belakang telinga. Padahal sudah rapi.

"Saya lihat-lihat dari tadi kamu ngelamun terus. Kamu nggak papa Nara?" tanya Bu Nail dengan ekspresi yang masih sama.

"Nggak papa bu"

"Ya sudah kalau begitu, jangan melamun terus. Sekarang untuk semuanya saja kembali fokus ke papan tulis" ujar Bu Nail sembari menunjuk papan tulis yang ada di depannya itu menggunakan spidol yang ada di tangannya.
-----
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Nara baru saja selesai mengikuti kelas bimbelnya selama kurang lebih hampir dua jam ia ada di dalam ruangan berkutat dengan soal-soal.

Huh..
Suara helaan nafas Nara yang terdenagr cukup melelahkan. Sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menidurkan kepalanya di atas bangku ruangan itu.

Memejamkan mata

Drrrt drrrt drrrt

Suara handphone yang ada di sampingnya membuat ia membuka mata. Ia menatap layar handphonenya dan membaca nama yang tertulis di sana "Kakak", lalu ia menggeser tombol hijau

"Halo kak, ada apa?" ia masih pada posisi yang sama. Masih meletakkan kepalanya di atas meja

"Maaf banget tadi kakak gak jadi jemput kamu. Tiba-tiba aja dosen kakak minta bimbingan buat skripsi"

"Iya, Ara maafin. Tapi lain kali telfon dulu kek biar Nara nggak kelamaan nunggu."

"Iya maaf-maaf. Emang salah kakak nggak ngabarin kamu dulu"

"Ya udah terus Ara gimana, kakak bisa jempunlt Ara atau enggak?" Nara bangkit dari tempat duduknya, mengambil tas yang terletak didepannya.

"Maaf ya Ara, kakak masih belum bisa jemput. Kemungkinan kakak pulangnya masih besok kalau nggak lusa. Ini sekalian mau nyelesain bab akhir kakak. Mumpung dosennya ada waktu buat bimbingan"

"Oh gitu. Ya udah. Oh iya jangan sampai lupa makan ya kak. Mentang-mentang udah hampir lulus, sibuk sama skripsian pasti lupa makan. Udah badan kurus kalau nggak makan jadi tambah kering keronta tuh tubuh. Kasian nanti nggak ada yang suka sama kakak." Nara berjalan keluar, dengan masih menempelkan handphone miliknya di telinga kanannya.

"Iya iya bawel amat. Oh iya, kamu juga kalau pulang hati-hati di jalan jangan pulang malam-malam"

"Iya kak. Udah dulu ya kak aku mau pesen ojek dulu, keburu nggak dapat ojek" lalu Nara menurunkan handphone yang menempel di telinga kanannya, melihat layar ponselnya dan memencet lambang merah di layar ponsel itu.

Sebelum ia kembali menekan aplikasi yang lain, ia teringat perkataan Nana. Ia kembali mencari nomor yang di simpan oleh Nana di kontak ponselnya. Ia menemukan salah satu nama dari kontak itu "Kang Ojek".

Nara menekan nomor itu dan mengirimkan pesan di no itu.

Nara:
Pak saya mau pesan ojek, apakah bapak bisa jemput saya di Bimbel Pramuaksa, di dekat jalan RE Martadinata?

Garis Temu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang