Bab 12# Sakit

19 7 0
                                    

🦋🦋🦋🦋

Jangan lupa sebelum menurskan membaca ceritanya Vote, komen, dan follow akun ini ya. Terimakasih.
Happy reading 😊 😊
--------

Tidak seperti biasanya, masih pagi-pagi sekali Nana sudah duduk di tempat duduknya. Di dalam kelas saat ini masih terisi oleh beberapa siswa. Nana mengambil posisi senyaman mungkin, menidurkan kepalanya dengan lengan sebagai bantalannya mengarah ke jendela dan ia memejam kan matanya.

Namun selang beberapa menit ia mulai tertidur di atas lengannya sendiri, tiba-tiba saja ia terbangun karena kedatangan Haidar dan Janu.

"Heh pak haji bangun! Masih pagi gini udah tidur." Haidar menggeplak ringan kepala Nana. Sedangkan Janu sudah duduk terlebih dahulu di kursinya. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan melipat kedua tangannya di depan dadanya. Sembari melihat tingkah ajaib temannya yang satu itu.

Nana pun terbangun, menatap malas kearah Haidar. Dan membalas geplakan Haidar itu.

"Aduh," Haidar meringis sembari memagangi kepalanya akibat di geplak oleh Nana.

"Main geplak-geplak aja, kalau gue gagar otak gimana coba, ha?" Haidar tersenyum jail ke arah Nana.

"Bukan urusan gue. Orang lo duluan yang mulai," Malas meladeni tingkah temannya yang ajaib nan jail itu Nana kembali menidurkan kepalanya seperti posisi awalnya. Haidar pun duduk sambil mengelus-elus kepalanya.

"Eh mana si Jendra?" tiba-tiba saja Nana kembali bangun dan menghadap ke belakang, ke arah Janu dan Haidar.

Janu hanya mengangkat kedua alisnya dan menggelengkan kepalanya. Sedangkan Haidar, ia nyeletuk sesuka hatinya dengan wajahnya yang sewot, "emang gue pengasuhnya, sekali-kali nanyain gue."

"Ngapain juga nanyain lo, lo juga udah ada disini" Janu menatap Haidar dengan heran, dan setelah itu ia menggeplak kepala Haidar dengan ringan.

"Nggak ada untungnya juga nanyain lo" jawab Nana sewot, lalu ia memposisikan dirinya ke posisi awalnya.

"Lehh, gue tinggal pada tau rasa."

"Ih ngambek kayak cewek," ejek Janu

"Ehh sirik lo." lagi-lagi Haidar memasang wajah sewot dan tengilnya.

Dan tak lama kemudian laki-laki yang di tanyakan tadi memasuki kelas, dengan tas yang di cangklongnya.

"Eh Jendra lo di cariin Nana tuh, katanya kangen sama lo" teriak Haidar yang membuat beberapa orang yang duduk di kelas menjadi menoleh ke arah Nana. Di tempat duduknya Nana membalikkan badannya dan menatap aneh ke arah Haidar. Sedangkan Jendra hanya bingung sembari ia berjalan ia mengernyitkan alisnya, dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Ngapain sih lo." ujar Nana yang masih menatap Haidar

"Lo tadi nyariin, orangnya udah dateng tuh jangan ngamuk sama gue" jawab Haidar dengan ekspresinya yang membuat Nana geram.

Jendra menghampiri ke tiga temannya yang sudah duduk di tempat duduknya sejak tadi. Jendra menepuk pundak Nana, yang membuat Nana menoleh ke arah Jendra. Lalu ia menatap Haidar masih mengernyitkan kedua alisnya, bingung akan tingkah Haidar yang selalu membuat ia geram. Namun tak lama kemudian Jendra menggeplak kepalanya dengan ekspresi geregetan.

"Aduh,aduh" Haidar meringis mengelus kepalanya.

"Sini mulut lo, mangap gue kasih jamu" Jendra mendekat ke arah Haidar dan mengempit kepala Haidar yang membuat Haidar memberontak dan mencubiti tangan Jendra yang ada di lehernya.

"Lepasin nggak! Jendra woii gue masih pengen jadi orang kaya, gue masih pingin nikah, tega ya lo" segela hal ucapan yang ada di mulut Haidar keluar membuat Jendra melepaskan Haidar. Namun belum berhenti sampai di situ, Jendra lagi-lagi masih menutup mulut Haidar dengan salah satu telapak tangannya dan satu telapak tangannya. Namun tak mau menyerah Haidar menggigit telapak tangan Jendra, lalu ia melepaskan dekapan di mulut Haidar.

Garis Temu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang