[24] ngambis, katanya.

137 30 2
                                    

sesuai perjanjian dari Caibing, akhirnya mereka beneran belajar bareng di sebuah cafe. Tapi, ga berdua. Bersamaan dengan Yaning juga.

"Lu kenapa ikut sih?!" Omel Caibing saat membonceng temannya itu.

"Gue gatau juga kalo Yujin mau ajak lu!" Ucap Yaning.

"Gue yang ajak, bukan Yujin!"

"Lah kita udah janjian dari dua hari kemaren, lu kali yang baru diajak" jawab Yaning.

"Lah konteks lu tiba tiba belajar sama Yujin apaan?" Caibing mulai curiga.

"Mau belajar lah, bego!"

Setelah saling adu bacot sepanjang perjalanan, akhirnya mereka tiba di lokasi. Yujin pun menyambut kedatangan kedua temannya itu dan mengajak mereka duduk di meja yang telah disiapkan.

Mereka pun memesan sebuah minuman dan dessert untuk menemani belajar, suasana belajar sangat diam. Hanya diiringi dengan suara musik yang beralun di speaker cafe.

Karena sempat hilang fokus, Caibing pun merasakan perbedaan terhadap teman dekatnya itu. Ia melihat rambut Yaning Yang dulunya terlihat sedikt cerah kini kembali hitam.

"Apa lu liat liat?" Ucap Yaning

"Sejak kapan lu ngecat rambut jadi hitam lagi?" Tanya Caibing.

Yujin yang tadinya tidak memperhatikan rambut Yaning pun kini melihat rambut temannya itu. Dan benar, yang kemarin rambut Yaning masih pirang dan terlihat sangar dan premanisme. Kini menjadi hitam gelap dan terlihat lebih lembut.

"Eh iya, kamu beneran warnain rambut?" Tanya Yujin.

"Hah? Beneran?" Ucap Caibing heran.

"Iya, Yujin kemarin bilang. Kalo aku lebih cocok kalau pake rambut hitam. Yaudah aku cat lagi deh" jelas Yaning.

"Kenapa disuruh sih, lu siapanya--" ucap Caibing yang langsung terdiam.

"Teman, lah lu juga kan Bing? Santai aja kali" sambung Yaning.

Yujin merasakan hawa yang tidak enak diantara mereka, yang tadinya ingin belajar bersama. Tapi rasanya sekarang lebih ke rasa aneh yang menyelimutinya. Padahal sedari kemarin, Yaning sudah mengajak Yujin untuk belajar bersama. Tapi, besoknya Caibing juga mengajaknya. Karena Yujin pikir mereka dekat dan bersahabat, Yujin pun memutuskan untuk belajar bersama langsung. Tapi, ia rasa kini berbeda.
Hawa mereka berdua seperti bertolak belakang.

Meskipun demikian, kegiatan belajar itu tetap berlangsung. Mereka semua tetap mengerjakan soal soal prediksi dari buku yang mereka beli. Bahkan, Yujin dengan senang hati membantu mereka yang kesulitan dalam pelajaran matematika dan ilmu alam.

"Yujin, nanti pulang dengan siapa?" Tanya Caibing setelah melihat cuaca mulai mendung.

"Ojol, Bing" jawab Yujin seadanya.

"Dengan gue aja gimana? Bentar lagi mau hujan. Nunggu ojol ntar lama" Caibing menawarkan.

"Bukannya kamu tadi bareng Yaning? Kenapa dia ditinggal?" Ucap Yujin.

"Udah deh jin, betul kata Caibing. Gue mah bisa hujan hujanan" sahut Yaning.

"Denger tu Jin, ayo pulang sekarang. Yaning juga lagi mesen ojol"

Suara gemuruh mulai terdengar, sahut sahutan angin menandakan akan terjadi hujan lebat.

"Ning?" Yujin menoleh ke arah Yaning.

"Yaudah sana, santai aja mah. Gue juga ogah pulang sama caibing" Yaning tersenyum.

"Tuh denger, ayo!" Caibing menarik pelan Yujin menuju keluar cafe, meninggalkan Yaning yang masih duduk dengan tenang.

When Night is Falling ; YubingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang