.
.
.
.
.
.
Happy ReadingSarah masih tidak menyangka hari ini dia akan mendapat kabar bahagia seperti ini. Dia pandangi foto hitam putih yang berada di genggamanya, rasanya masih seperti mimpi untuknya.
Doni sudah kembali ke kantor sejak sepuluh menit yang lalu, lelaki itu ada janji temu dengan salah satu kliennya. Wardah duduk disamping Sarah, dia mengamati wajah sahabatnya yang terlihat bahagia hari ini
"Rasanya masih seperti mimpi" ujar Sarah dengan mata yang sudah berkaca kaca
"Setelah kejadian itu, aku dan mas Bara tidak pernah lagi berhubungan" ceritanya, Wardah bukan remaja lagi, dia mengerti apa yang di katakan Sarah. Usianya dan Sarah hanya terpaut satu tahun, Wardah juga pernah menikah. Setelah satu tahun dia menikah, suaminya ditugaskan ke perbatasan, namun semuanya tidak berjalan baik, suaminya dinyatakan meninggal dalam perang melawan pimpinan kelompok anggota bersenjata paling diburu di perbatasan
"Selamat ya, aku ikut senang"
"Terimakasih ya" Sarah memeluk Wardah kembali, dia tidak bisa menggungkapkan rasa bahagianya. Dokter mengatakan dia tidak perlu untuk rawat inap. Hanya berobat jalan dan menunggu hingga cairan infus habis dia sudah diperbolehkan pulang
Rasanya dia ingin segera pulang dan bertemu suaminya lalu menceritakan kebahagianya, namun Sarah masih menahanya, dia akan diam disini sebentar sesuai instruksi dokter sampai infusnya habis. Dia ingin tau bagaimana respon Bara pada kehamilannya
"Sayang-" Sarah terkejut ketika Bara masuk kedalam ruanganya yang hanya tertutup tirai, wajah lelaki itu dipenuhi peluh dan juga ada sedikit darah di pelipisnya
Wardah mundur dan berjalan keluar, dia membiarkan pasangan itu untuk menghabiskan waktu mereka berdua
Bara mendekat, dia segera memeluk Sarah erat. Menghirup aroma tubuh istrinya mampu merilekskan ototnya yang tegang sedari tadi.
Bara melepaskan pelukannya, dia menangkup kedua pipi istrinya, wajah wanita itu terlihat pucat. Bara memberikan sedikit ciuman disekitar wajah Sarah membuat wanita itu tertawa karna geli
"Saya khawatir kamu kenapa-napa, saya menghubungimu beberapa kali tapi ponsel kamu tidak aktif, kamu tidak apa apa kan?" Tanyanya, dia memperhatikan seluruh tubuh istrinya, barangkali dia melewatkan sesuatu
Sarah mengeleng, dia melepaskan tangan suaminya dari pipinya. Sarah kembali memeluk suaminya dengan erat lalu dia menangis bahagia
Bara khawatir, kenapa istrinya menangis seperti ini, apa dia melakukan kesalahan lagi? Atau jangan jangan istrinya menderita penyakit serius? tidak, dia tidak ingin kehilangan orang orang yang dia sayangi dan cintai, dia belum siap
"Ada apa?" Bara melepas pelukan istrinya, dia belum bisa tenang ketika belum mendapat jawaban apa yang sedang istrinya alami
"Duduk dulu" Bara mengikuti perintah istrinya, dia duduk disamping ranjang Sarah
Sarah mengambil tangan Bara, dia meletakkan telapak tangan lelaki itu di atas perutnya
"Coba tebak?" Ujar Sarah, dia menghapus air matanya dengan salah satu tanganya yang bebas
Bara melihat Sarah bertanya, dia tidak mengerti apa yang wanita itu ucapkan
"You will be a papi" Bara masih diam, dia masih mencerna apa yang baru istrinya katakan.
"Papi?" Tanya Bara "kamu? Kamu hamil? Kamu jangan membohongi saya, katakan sejujurnya kamu sakit apa?" Tanyanya memastikan, Sarah mengangguk antusias, senyum tidak pernah lepas dari bibirnya
KAMU SEDANG MEMBACA
HASPIRA (BINTANG SENJA)
Romance[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Sarah Syauqqiyah Areta, dituduh Ibu mertua dan Suaminya mandul Arkana Bara Pranaja, diceraikan karna dituduh impoten Cerita banyak mengandung kata-kata vulgar dan adegan dewasa, Harap bijak dalam memilih Bacaan :) #Rom...