R2

1.7K 366 13
                                    

Mungkin ceritanya agak aneh ya, aku lagi berusaha mengangkat tema yang sederhana saja tidak serumit yang dulu. Mungkin part nya juga tidak akan mencapai 20 part.

Happy reading......


Ratasya bersyukur karena Chris tidak berani mengekorinya, dia pikir lelaki itu akan mengikutinya sesuai dengan ucapannya dulu. Dia pernah berkata, kemanapun Ratasya pergi harus di dampingi oleh suaminya. Ratasya tertawa geli, ya Tuhan yang benar saja, pria cacat itu begitu seposesif itukah? Ya jelas posesif sih, secara Ratasya adalah gadis cantik yang sangat jauh di bandingkan dengan Christopher yang cacat.  

Hari berganti hari, bulan berganti bulan hingga tak terasa usia pernikahan mereka telah menginjak 3 tahun dan Ratasya mampu melewatinya dengan baik meski dengan kehampaan. Chris pria yang baik, meski hampir tiap malam Ratasya pulang dalam keadaan mabuk, lelaki itu tidak pernah marah dan selalu memperhatikannya.

Meski Ratasya bersikap kasar dan tidak peduli pada si penyandang disabilitas itu, dia selalu setia menunggu kepulangannya.

"Tumben kamu tidak mabuk?"

Ratasya menatap temannya yang bernama Hana Mariyana.

"Aku mulai lelah dengan kehidupan ini, setiap pulang mabuk, tiap pagi sakit kepala dan selalu di hadapkan dengan si cacat yang memandangku dengan tatapan kasihan."

"Mungkin sudah waktunya kamu berhenti, aku juga tak tega melihat kamu menyiksa diri dengan minuman beralkohol seperti itu."

Ratasya tersenyum lalu mengusap rambutnya yang panjang.

"Chris...."

"Suamimu?"

Ratasya mengangguk pelan.

"Apa dia adalah pria setia yang di turunkan Tuhan untukku? Selama ini aku tidak pernah melihat dia selingkuh dan bahkan dialah yg selalu diam di rumah dan tidak macam-macam."

"Chris memang tampan, kaya dan baik kekurangannya hanya secara fisik."

"Apa aku mencoba membuka diri saja untuknya?"

"Ya itu terserah, lagian kalian sudah lama menikah. Apa salahnya mencoba? Dia suamimu juga."

"Aku takut."

"Kau tak perlu takut untuk mencoba, jatuh cinta itu tak seburuk apa yang kamu pikir. Lagian aku rasa tidak salah juga kalau kau jatuh cinta pada Chris, gosip miring soal lelaki itu pun tidak ada. Malah dia selalu menutupi aibmu dengan baik meski kamu selalu menghancurkannya dengan mabuk-mabukan."

Ratasya tersenyum getir.

"Apa kau tak ingat waktu lelaki itu menjemput kamu di diskotik setelah membuat keributan? Dia juga membelamu mati-matian padahal kamu yang salah, membereskan masalah dari ganti rugi sampai meminta maaf pada tamu diskotik yang lain. Jarang ada lelaki yang mau membela orang yang salah meski dia istrinya sendiri."

"Tapi..."

"Resiko kamu di kecewakan lelaki pun sangat kecil, karena kalian sudah terikat dalam tali pernikahan."

Ratasya tersenyum, dia lalu mengemasi tasnya.

"Aku pulang."

"Oke, good luck!" Ucap Hana dan Ratasya hanya mengangguk pelan.

Ratasya menghela nafas, dia ingin berubah, dia tak mau hidup sia-sia seperti ini. Apa lagi dia melihat teman sebayanya sudah memiliki anak. Dulu Ratasya tidak tertarik dengan hal seperti itu karena baginya anak adalah masalah. Ratasya tak mau direpotkan dengan hal aneh seperti menahan mual, karena hamil, melahirkan, menyusui dan lainnya. Namun semua pandangannya berubah  ketika dia menjenguk Hana sahabatnya yang melahirkan putri cantik bermata biru karena sang suami berdarah Belanda.

Ratasya (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang