Happy reading.....
Chris tampak gusar melihat Daniel yang tampak frustasi. Bagaimana bisa Arya ingin menikahi perempuan yang belum lulus SMP, ya Tuhan sepertinya Daniel melupakan salah satu bahan pokok untuk di campur ketika membuat Arya.
"Jadi Papa akan menyetujuinya?"
"Tentu tidak, gadis itu masih sekolah."
"Papa bisa meminta Arya untuk bertunangan dulu dan menikahinya nanti setelah gadis itu lulus SMA."
Daniel tertawa frustasi.
"Dia ingin segera menikahi gadis itu."
"Apa gadis itu hamil?"
Daniel menggelengkan kepala, lalu memberikan setumpuk foto hasil kemarin dia meminta anak buahnya memata-matai Arya.
Chris menerimanya dan melihat tiap lembar foto tersebut. Astaga bucin sekali adiknya itu, Arya tampak begitu menempeli terus gadis itu dan lucunya si gadis tampak risih dan kesal melihat kelakuan Arya yang memang konyol.
Chris tak habis pikir, lelaki play boy seperti adiknya ini bisa bertingkah absurd. Jelas gadis itu risih kalau Arya terus mengikutinya seperti seorang bodyguard. Ya Arya lebih mirip bodyguard ketimbang kekasih, dia terlalu over protektif dan masa iya Chris saja yang minim pengalaman soal gadis bisa membaca gestur tak suka gadis itu sedangkan Arya yang memiliki sejuta pengalaman bisa buta. Ah iya cinta memang buta dan adiknya kini tengah mengalami hal itu. Kebutaan dalam cinta!
Ratasya tertawa mendengar curhatan suaminya tentang sang adik ipar, Chris hanya bisa mengerang manja sambil mengelus perut istrinya yang membuncit.
"jadi kalian akan merestui dan memenuhi keinginan Arya?"
"Asal dia bahagia tapi kami khawatir gadis itu yang tidak bahagia dan malah mengacaukan hidup Arya "
Ratasya mengangguk paham. Chris menatap karangan bunga yang bertengger manis di meja istrinya.
"Bunga dari siapa?"
Seketika wajah Ratasya memucat, Chris yang memperhatikan wajah sang istri merasa tidak suka, ada rasa cemburu meledak di dadanya. Apakah bunga itu dari mantan pacar Ratasya?
Ratasya menghela nafas lalu menyentuh tangan suaminya dengan lembut.
"aku tidak tahu kabar ini akan menjadi kabar baik atau buruk untukmu sayang."
"Itu tergantung apa yang akan kamu sampaikan."
Ratasya mengangguk paham lalu menghela nafas.
"Itu Bunga dari kakek anak kita."
"Papa?"
Chris tampak bingung, tidak biasanya Daniel mengirim bunga seperti itu? Ratasya menggelengkan kepala lalu menyentuh wajah suaminya.
"Tadi siang ayahmu menemuiku."
Seketika wajah Chris memucat. Ayahnya? Lelaki yang selama ini telah meninggalkannya? Kenapa baru sekarang dia mencarinya?
"Aku tahu ini bukan kapasitasku untuk menjelaskan atau memintamu untuk memaafkan dan ini tidak mudah, tapi... Berdamailah dengan masa lalu."
Chris menggeleng cepat lalu menatap tajam ke arah istrinya.
"Demi anak kita sayang."
Chris menghela nafas lelah ketika melihat istrinya memohon mengatas namakan anaknya dengan wajah memelas.
"Ada apa dia mencarimu?"
"Entahlah tiba-tiba dia datang kesini. Menanyakan kabarku dan anak kita."
"Bagaimana ciri-cirinya?"
"Dia mirip kamu sayang, kamu versi tua."
Ratasya pun menyebutkan ciri-cirinya dan membuat Chris sadar, siapa yang istrinya maksud.
*****
Daniel menatap tak percaya pada sosok yang tengah duduk berhadapan dengan Jamali, rekan bisnisnya. Tadi pagi Jamali meminta Daniel datang untuk membahas perihal kerjasama perusahaan. Apa ini mimpi? Atau dia salah melihat orang? Namun Daniel masih mengingat jelas sosok yang katanya adalah boss dari perusahaan Arto. Ah iya dia teringat, Arto. Nama itu pasti diambil dari penggalan nama belakang Alex Rudiarto.
"Senang bisa kembali melihatmu."
"Jadi begini cara kamu mendekati keluarga kami?"
Alex tersenyum tipis lalu menatap datar pria dihadapannya itu. Kalau kerjasama ini harus dia tolak, maka jumlah penaltinya bisa melenyapkan 3 perusahaan yang dia miliki.
"Aku takkan merebut Chris darimu jadi jangan khawatir."
Daniel tersenyum sinis.
"Lalu?"
"Tidak ada."
"Kau sengaja menjebak perusahaanku agar berkerja sama denganmu. Apa di balik motif semua ini Alex?"
"Menurutmu?"
"Kau jangan membuatku kesal!"
Daniel mulai kehilangan kesabarannya, dia benci dengan tingkah licik pria itu.
"Tak ada maksud seperti itu."
"Oh ya?"
"Chris anakku satu-satunya. Setelah Infinity pergi aku tidak pernah menikah lagi "
Daniel menggelengkan kepala, dia tak tahu apa maksud lelaki di hadapannya ini.
"Lalu apa hubungannya dengan menjebak perusahaanku?"
"Aku tidak menjebak perusahaanmu, tidak ada niat buruk sedikitpun."
Alex mulai tak suka dengan tuduhan Daniel.
"Bicaralah dengan jelas."
"Aku sekarat, aku tahu kamu telah mendidik anakku dengan baik dan karena dia anakku satu-satunya hal yang wajar bukan jika dia adalah ahli waris tunggal ku?"
Daniel membelalakan matanya.
"Apa kamu pikir Chris akan luluh dan menerima perusahaan itu begitu saja?"
"Mau tak mau dia harus menerimanya karena itu memang miliknya, hak dia. Aku bekerja keras mendirikan perusahaan sampai sebesar ini hanya untuk anakku."
Daniel mengusap keningnya, kepalanya mulai terasa sakit.
"Setiap orang memiliki cara berbeda dalam mencintai seseorang dan ini caraku untuk mencintai anakku. Jujur selama ini aku tidak menengoknya karena aku takut. Aku takut Chris menolakku, aku takut melihatnya karena dengan melihat anak itu aku menjadi teringat dengan kekasihku."
Mata Alex berkaca-kaca tampak sorot terluka terpancar di matanya.
"Aku tahu, aku percaya, kamu tidak tamak, kamu menyayangi putraku dengan sepenuh hati. Maka dari itu aku percayakan putraku dan hartanya kepadamu. Terima kasih Daniel."
Daniel hanya bisa menatap getir ke arah Alex, tubuh ringkih lelaki itu tampak terlihat rapuh dan lemah. Hati Daniel luluh, di tidak bisa lagi menyalahkan Alex karena dia tahu lelaki itu sedang menderita dan hidup dalam penyesalan.
"aku akan bicara dengan Chris "
"Tidak usah, aku takkan sanggup melihat amarahnya. Biarkan dia tahu pada saat aku sudah tidak ada lagi."
"Kamu tidak boleh egois, kamu tidak tahu bagaimana perasaan dia. Mungkin awalnya dia benci dan marah tapi bagaimana jika dia merindukanmu? Sosok orang tua satu-satunya yang masih hidup?"
"Tapi..."
"Jangan memberikan hal yang sama sepertimu kepada anak itu."
"Maksudmu?"
"Jangan biarkan Chris hidup dalam penyesalan sepertimu karena dia terlambat mengetahui kau ayah kandungnya, dia tahu siapa dirimu ketika kamu sudah pergi. Jangan hukum dia seperti itu, kamu pasti sudah tahu rasanya seperti apa."
Ya, Daniel benar, Chris tidak boleh menyesali apapun, apa lagi jika rasa sesal itu berasal dari dirinya. Alex tak mau jadi sumber penderitaan bagi Chris. Alex hanya bisa menangis , meneteskan air mata kepedihannya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratasya (Tamat)
RomanceRatasya hanya bisa pasrah dengan pernikahannya, apa lagi dirinya tidak bisa membuktikan pada keluarganya kalau dia bisa membawa sesosok lelaki idaman yang kelak akan menjadi suaminya. jangankan sosok suami idaman, teman dekat lelaki saja dia tak pun...