Next part Epilog ya...
Happy reading....
Ratasya bahagia melihat Alex yang tampak ceria mau berbagi masa lalunya ketika bertemu Infinity mendiang ibu suaminya. Meski berakhir tragis namun ada momen indah yang membuat pria dihadapannya tetap teguh untuk setia sampai maut menjemput. Keinginan Alex begitu sederhana, dia tak ingin menikah lagi karena dia berharap bisa bersatu kembali dengan infinity di surga.
Akankah Ratasya pun disatukan dengan Chris di dunia dan akhirat? Ratasya sangat iri kepada Infinity, meski beliau sudah lama pergi namun lelaki dihadapannya begitu setia menunggu untuk dipertemukan kembali.
"Aku harap kamu akan mencintai anakku sampai maut memisahkan."
"Tentu saja ayah, aku sangat mencintai Chris dan aku berharap kami takkan terpisahkan. Seandainya pun kami harus berpisah, aku harap itu cuma sebentar saja "
Alex tersenyum lalu mengelus rambut perempuan itu.
"Terima kasih banyak."
"Ayah tidak harus berterima kasih, itu memang kemauanku. Aku sangat mencintai Chris dengan sepenuh hatiku."
Alex pun mengangguk. Tak lama suster datang membawa beberapa obat untuk di masukan ke selang infus dan tak lama pria itu pun terlelap tidur.
Seharusnya Alex melakukan kemoterapi, namun tubuh rentannya sudah tidak mampu lagi bertahan melawan rasa sakit dari kemoterapi tersebut. Dokter khawatir jika dipaksakan maka kesehatan Alex semakin drop.
Selang beberapa menit kemudian tiba-tiba tubuh Alex mengejang, Ratasya yang sedang menatap sedih wajah lelaki tua itu pun terkejut. Dia segera memanggil tim medis untuk menolong ayah mertuanya.
Ratasya segera menelepon suaminya dan menunggu dengan penuh harap. Ratasya tidak mau kehilangan ayah mertuanya dalam waktu sesingkat ini, Ratasya takut suaminya takkan mampu menahan kesedihannya.
Tak lama Chris datang dan memeluk istrinya yang tampak sedih.
"Ayah?"
"Aku tidak tahu, tiba-tiba beliau kejang-kejang."
Chris hanya mengangguk pelan dan berharap keajaiban datang. Namun seorang dokter muncul dengan wajah sedihnya. Dia menggelengkan kepala dan Chris merasa semua harapannya hilang begitu saja. Lelaki itu segera memasuki kamar ayahnya dan menatap tubuh Alex yang sudah tidak bernyawa. Para suster sedang mencabut semua peralatan medis yang masih terpasang di tubuh renta lelaki tua itu.
Chris hanya bisa menangis, dia memeluk tubuh erat ayahnya. Mungkin ini pelukan terakhir yang bisa dia lakukan selanjutnya dia hanya bisa mengikhlaskan kepergian ayahnya dan bertemu dengan baru nisan beserta kenangan bersama Alex yang baru sedikit.
*****
Langit begitu cerah, dunia seperti mengikhlaskan kepergian Alex untuk selamanya. Alex sepertinya kini telah bahagia di atas sana setelah berpuluh-puluh tahun menanggung beban seumur hidup. Pemakaman berjalan dengan hikmat, yang datang melayat pun bukan orang sembarangan. Bahkan yang dari luar negeri pun akan hadir untuk mengucapkan belasungkawa pada anak semata wayang dari Alex Rudiarto, pemilik perusahaan raksasa Arto.
Wartawan tampak berjibaku di luar berusaha untuk mendapatkan informasi terakhir tentang pebisnis handal yang baru saja meninggal. Namun pergerakan mereka di halangi oleh security yang memang di pasang di depan rumah untuk mengatasi kericuhan yang bisa terjadi kapan saja.
Ratasya tampak kelelahan namun dia tak mau membuat Chris makin sedih, dia ingin selalu berada disamping suaminya. Ratasya ingin berbagi suka dan duka dengan lelaki yang sangat dia cintai. Namun usia kandungannya yang kian bertambah, kandungannya yang lemah membuat Ratasya mulai merasakan tubuhnya kian melemah, keringat dingin mulai bercucuran. Di tambah ucapan belasungkawa yang tidak ada putus-putusnya di ucapkan oleh para tamu membuatnya sangat lelah.
Ratasya menatap ke arah suaminya yang juga terlihat letih namun terpaksa menyambut tamu yang mengucapkan belasungkawa. Ratasya tahu, Chris sekarang adalah pewaris tunggal perusahaan Arto dan bebannya akan semakin bertambah, karena mempertahankan suatu perusahaan itu tidaklah mudah apa lagi Alex belum sempat memperkenalkan anaknya secara langsung kepada publik.
Penglihatan Ratasya mulai berkunang-kunang, semakin banyak orang mendekat semakin terlihat mengerikan bagi Ratasya. Kepalanya terasa pusing dan sakit, perempuan itu menatap ke sekeliling berharap ada celah untuk dirinya melarikan diri dari kerumunan.
"Sayang?"
Ratasya merasakan pundaknya disentuh, dia menatap suaminya yang tampak khawatir.
"Kita istirahat."
Ratasya mengangguk samar namun ketika berusaha menyentuh tangan suaminya, kegelapan seakan menariknya semakin dalam. Tubuhnya melemah dan semua pun terlihat gelap.
Chris yang melihat istrinya limbung segera memeluk tubuhnya, dia pingsan dan Chris pun langsung meminta pertolongan agar segera di panggilkan ambulans.
Chris teringat riwayat darah tinggi yang diderita istrinya, dia yakin pingsannya Ratasya pasti karena kelelahan dan tertekan. Lelaki itu pun membopong ratasya, merebahkannya di atas sofa.
Banyak tamu yang bersimpati melihat wanita yang tengah hamil tergolek lemah di atas sofa. Tak lama ambulans pun datang dan Chris pun membawa Ratasya ke rumah sakit.
*****
Chris menghela nafas, istrinya akan segera melahirkan meskipun belum saatnya. Kandungannya semakin melemah dan untuk menyelamatkan ibu beserta bayinya, Ratasya harus segera melahirkan.
Air mata Chris menetes, rasa takut kian menyergap. Bagaimana jika Ratasya dan anaknya pergi meninggalkannya seperti sang ayah?
"Ya Tuhan...." Lirih Chris yang mulai merasa tidak berdaya.
Daniel dan Trinity yang baru saja datang langsung menghampiri putranya. Trinity langsung memeluk Chris dengan erat, menyalurkan kehangatan hati seorang ibu. Chris hanya bisa menangis, tanpa harus berucap Trinity tahu apa yang sedang dirasakan putranya.
"Ratasya pasti kuat, kamu pun harus kuat agar semua bisa dilalui dengan mudah "
Chris hanya mengangguk pelan. Daniel yang tak tahan melihat puteranya yang tampak bersedih segera mencari dokter untuk mengetahui detail kondisi Ratasya sebenarnya.
Daniel menatap Ratasya yang tengah melakukan operasi Caesar. Ya, Ratasya takkan sanggup melahirkan secara normal dengan kondisi hipertensi. Daniel berharap menantu dan cucunya bisa melewati semua ini dengan selamat.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Ratasya (Tamat)
RomantizmRatasya hanya bisa pasrah dengan pernikahannya, apa lagi dirinya tidak bisa membuktikan pada keluarganya kalau dia bisa membawa sesosok lelaki idaman yang kelak akan menjadi suaminya. jangankan sosok suami idaman, teman dekat lelaki saja dia tak pun...