R18

1.1K 223 8
                                    

Happy reading....



Chris merasa lega sekaligus penasaran. Lega karena pria tua yang katanya seram dan suka kesempurnaan itu menyetujui kontrak kerjasama dengan perusahaan Mahesa dan penasaran dengan sikap lelaki itu yang tiba-tiba pergi setelah membahas tentang kelahiran dirinya. Siapa sebenarnya lelaki tua itu?

Chris kembali teringat sosok ibunya, cerita Daniel dan Arto sama persis. Infinity seorang primadona di sekolahnya dan gadis supel, sifat itu memang menurun pada Chris. Lelaki itu menatap proposal yang sudah di setujui oleh Arto, apa Chris harus merasa bangga atau beruntung karena bisa membuat lelaki yang sangat di segani dan terkenal rumit itu mau bekerja sama dengan perusahaan Mahesa.

Namun Chris tidak mau sombong atau tenggelam dalam popularitas. Chris masih memikirkan Arya, kemana adik tirinya itu pergi? Chris tak ingin Arya mensia-siakan masa mudanya dengan berfoya-foya. Arya juga berhak menjalankan perusahaan Mahesa, perusahaan keluarganya sendiri.

Jika Arya tidak mau mengelola perusahaan, tetap saja harus ada campur tangan adik tirinya itu karena Arya juga memiliki hak. Chris mengusap wajahnya letih, tapi dia yakin suatu saat pasti adiknya itu akan kembali.

Ponselnya berdenting, sebuah email masuk dan Chris membuka email tersebut dan menghela nafas lega. Semua kontrak kerjasama sudah dia terima berikut dengan draft penting lainnya. Chris berharap perusahaan Mahesa bisa terus maju dan mensejahterakan keluarganya.

Ponselnya kembali berbunyi, Chris menerima pesan dari istrinya tercinta. Nampaknya sang istri sudah tidak kerasan tinggal di rumah sakit, namun kondisinya belum bisa dikatakan sudah normal. Chris khawatir dengan keadaan Ratasya, lelaki itu menatap foto perempuan  yang selalu dia puja dengan wajah merajuk minta pulang. Chris terkekeh geli, kelakuan istrinya benar-benar seperti bocah.

Chris pun segera meminta asistennya untuk mengatur pekerjaannya di kantor, Chris rindu Ratasya, dia ingin menghibur istrinya yang sedang dilanda kebosanan. Lelaki itu pun segera pergi ke toko kue untuk membeli kue sebagai hadiah untuk istrinya lalu melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Disana Ratasya tampak asik memandang kehidupan di luar melalui jendela kamarnya, ada rasa sakit di hati Chris, dia tahu istrinya pasti merasa sangat jenuh.

"Sayang.."

Ratasya pun langsung melihat ke arah suara suaminya dan matanya tampak melebar, melihat sekotak kue di tangan suaminya.

"Apa itu?"

"Kamu pasti suka."

Ratasya pun segera membuka kotak kue itu, kue yang didominasi buah-buahan segar. Ya Ratasya memiliki hipertensi jadi buah-buahan cocok untuk keadaannya sekarang.

Ratasya memotong kue itu dan tersenyum bahagia, setidaknya rasanya enak dan segar walau tidak segurih dan selezat cake.

"Terima kasih."

"Dengan senang hati sayang!"

Chris pun mengelus kepala istrinya dengan sayang.

*****

Ratasya menatap langit-langit kamar rawatnya, baru saja suaminya kembali ke kantor dan rasa sunyi sudah kembali menyergapnya. Ratasya merasa jenuh di sini, sejak kejadian tempo hari ibunya tidak pernah muncul lagi, mungkin dia malu karena untuk kesekian kalinya sang ibu di campakan oleh laki-laki.

Pintu kamarnya terbuka dan seorang lelaki tua memasuki ruangannya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Ratasya kaget karena tidak mengenali sosok lelaki itu, tapi wajahnya tampak tidak asing lagi. Lelaki itu hanya diam mengamati dirinya dengan seksama membuat Ratasya merasa ketakutan.

"Sepertinya Anda salah ruangan."

Lelaki itu menggeleng lalu mendekati Ratasya dan mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Ada rasa aneh yang merasuki perasaan Ratasya. Siapa lelaki itu?

"Cucuku." Ucap lelaki itu akhirnya membuat mata Ratasya terbelalak.

Ayah kandung Chris? 

Akhirnya setelah sekian lama lelaki itu muncul di hadapannya dan wajah itu? Ya wajah tua itu mirip dengan Chris. Mata, rambut, hidung dan bibir mirip sekali dengan suaminya. Mata Ratasya berkaca-kaca, dia ingin sekali memberitahu kabar ini kepada suaminya. Namun Ratasya tak tahu apa ini termasuk kabar bahagia atau kabar yang akan menyakiti suaminya.

"Jaga kesehatanmu, saya tidak mau putra saya merasakan kesedihan karena kehilangan wanita yang dia cintai."

Ratasya hanya bisa mengangguk sambil mengusap air mata di pipinya. Ini seperti mimpi, sungguh Ratasya akan menganggapnya mimpi jika saja dia tidak melihat bunga segar yang terpajang indah di mejanya.

Ratasya ingin memberitahu Chris tapi dia bingung, dia belum pernah melihat reaksi suaminya ketika mendengar nama sang ayah di sebut. Dia mengelus perutnya yang buncit lalu menghela nafas.

"Mama harus bagaimana sayang? Mama bingung "

*****

Daniel tersenyum kagum sambil menatap email dari anak tirinya, Chris benar-benar bertangan dingin dan dapat diandalkan. Proyek besar kini tengah menanti perusahaannya dan dia yakin tahun ini perusahaannya akan melesat dan berdiri diantara deretan perusahaan bergengsi di negaranya bahkan tidak menutup kemungkinan mancanegara pun bisa dia raih.

Namun senyumnya memudar saat matanya beralih ke sebuah foto keluarga yang bertengger di atas mejanya. Andai Arya bisa seperti Chris, namun pria itu menggelengkan kepala. Dia tak boleh egois, Arya adalah Arya dan dia tidak bisa disamakan dengan Chris. Arya berhak memilih jalan hidupnya seperti apa, dia berhak bahagia asalkan putra kandung satu-satunya  itu tidak melakukan hal bodoh yang bisa merusak masa depannya.

"Ayah..."

Daniel langsung menatap ke arah pintu, dimana orang yang sejak tadi berada di pikirannya.

"Nak?"

Arya mengangguk lalu mendekati ayahnya secara perlahan.

"Apa kiriman ayah kurang?"

Pemuda itu menggelengkan kepala.

"Kamu sakit?"

Arya kembali menggelengkan kepalanya.

"Lalu?"

Arya menghela nafas dan memberanikan diri untuk menatap ayahnya, wajah yang begitu mirip dengan dirinya. Daniel tampak penasaran menunggu Arya membuka suaranya. Lelaki itu menghela nafas lalu tersenyum.

"Aku ingin menikah ayah."

Daniel pun tampak sangat terkejut. Menikah? Apa tidak salah?

"Maksudnya? Apa kamu sudah menghamili anak orang?"

"Tidak ayah, justru aku ingin menikahinya karena dia sulit untuk aku jangkau dan hanya kekuasaan ayah yang bisa menaklukannya."

Daniel semakin pusing, dia mengusap keningnya yang sudah terlihat keriput.

"Siapa gadis itu?"

"Ditha Refatha Sardi."

TBC

Thanks for reading 😘

Ratasya (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang