Happy reading....
Kandungan Ratasya lemah di tambah naiknya tekanan darah yang di ambang batas membuat Anggi bingung untuk melakukan tindakan. Ratasya tidak bisa melahirkan dalam keadaan hipertensi. Namun Ratasya pun sepertinya tidak bisa bertahan karena keadaannya yang memburuk, bayinya akan lahir prematur.
Chris akhirnya datang dan Anggi segera menjelaskan keadaan Ratasya yang sebenarnya. Chris sungguh merasa bersalah telah mengabaikan istrinya dan menumpahkan kekecewaannya Ratasya. Chris tahu Ratasya sebenarnya tidak bersalah, dia hanya malu, dia takut Ratasya membencinya dan merasa kecewa karena dirinya bukanlah seorang Mahesa.
Chris mendekati Ratasya yang terbaring lemah. Wajahnya tampak pucat dan menahan sakit.
"Maafkan saya sayang."
Ratasya membuka matanya secara perlahan, rasa sakit kepala, sedih bercampur bahagia tampak terlihat jelas di matanya.
"Aku yang seharusnya minta maaf."
"Sayang..."
"Aku ingin memberitahumu Chris, tapi itu bukan kapasitasku dan masalahnya aku.... Aku tidak punya bukti karena aku hanya menguping pembicaraan orang tuamu."
Chris mengangguk lalu mengusap kepala istrinya dengan lembut.
"Tapi... Jangan balas kekecewaanmu dengan berselingkuh. Kamu lebih baik melepasku jika kamu sudah tak mau bersamaku lagi!"
"Apa yang kamu katakan sayang? Saya tidak berselingkuh karena saya sangat mencintaimu."
"Fiona...."
"Dia hanya rekan kerja dan media hanya membesar-besarkannya."
"Aku cemburu."
Chris tersenyum geli dengan pernyataan istrinya itu.
"Puji Tuhan, saya bahagia sekali berarti kamu begitu mencintai saya!"
Ratasya memukul dada suaminya dengan kesal.
"Sakit tau!"
Chris mencium kening istrinya.
"Demi Tuhan, saya hanya mencintai kamu seorang. Fiona sudah memiliki kekasih dan dia tidak sebanding dengan dirimu, bahkan saya yang malah merasa minder."
"Minder?"
"Saya anak pungut, bukan seorang Mahesa "
Ratasya mengusap tangan Chris dengan lembut.
"Aku justru bahagia kamu tidak sedarah dengan si berengsek itu."
"Arya?"
Ratasya mengangguk pelan.
"Dan aku bangga meski kamu bukan seorang Mahesa tapi suamiku ini ganteng, pintar, seksi, bisa menjalankan perusahaan dengan baik, setia lagi."
Chris tertawa malu mendengar pujian sang istri.
"Kau jangan minder, aku mencintai semua yang ada di dalam dirimu!" Mata Chris berkaca-kaca.
"Saya... Saya tidak bisa berkata-kata..."
"Peluk aku saja Chris."
Dan lelaki itu pun memeluk tubuh istrinya dengan lembut. Perlahan Ratasya pun memejamkan matanya dan tertidur.
*****
Demam Ratasya berangsur turun, hanya tensinya yang masih tinggi membuat Anggi terus memantau keadaan perempuan itu. Chris tampak sibuk dengan ponselnya membahas tentang rapat yang tertunda dan di wakilkan pada Evan salah satu orang kepercayaannya.
Chris menatap karangan bunga ucapan cepat sembuh yang berdatangan dari koleganya di Palembang, Bali dan Lombok. Ratasya pasti senang melihat rangkaian bunga yang cantik itu berjejer rapi di kamar rawatnya. Aroma kamarnya pun berubah menjadi wangi mawar segar.
Ratasya mengerjapkan matanya dan menatap suaminya yang sedang memperhatikan deretan bunga mawar di atas meja kamarnya. Chris mengenakan kaos navy dan jeans hitam, terlihat seksi dan tampan. Rambut pirangnya di biarkan alami tanpa Pomade.
"Kamu sudah bangun?"
Chris langsung mendekati Ratasya ketika melihat istrinya tengah menatapnya.
"Bunganya banyak sekali."
"Kamu suka?"
Ratasya mengangguk lalu tersenyum.
"Makan ya?"
"Masih pahit."
"Sayang, demi bayi kita "
mata Ratasya berkaca-kaca mendengar 'bayi kita' dari mulut suaminya. Akhirnya lelaki itu mengakui anak yang di kandungnya. Ratasya menganggu pelan dan Chris pun menyuapi istrinya dengan bubur. Ratasya tampak tersiksa memakan makanan rumah sakit, namun hanya ini makanan yang sehat dan bisa membantu menurunkan hipertensi istrinya.
"Kamu sudah merasa baikan?"
Ratasya mengangguk sambil meminum air hangat yang di sodorkan suaminya beserta beberapa pil obat.
"Tidak ada lagi sakit yang kamu rasakan?"
"Hanya sedikit pusing, namun tidak separah kemarin."
Chris tersenyum lalu mengecup kening istrinya dan menyimpan mangkok kosong di atas troli.
"kapan aku boleh pulang?"
"Kamu harus bed rest, saya rasa kamu aman disini untuk sementara waktu."
"Apa aku sakit parah?"
Chris tersenyum lalu mengelus rambut Ratasya.
"Darah tinggimu naik, ini biasa dialami oleh ibu hamil."
"Apa berbahaya?"
"Kamu tidak boleh stres, banyak istirahat dan harus menjaga pola makan."
Ratasya mengangguk lalu memejamkan matanya sambil mengelus lembut perutnya.
"Kenapa?"
Chris khawatir Ratasya mengalami sakit di perutnya
"Aku sedang mengajak ngobrol anakku."
"Apa yang kamu katakan pada anak kita?"
"Dia beruntung punya ayah tampan, perhatian dan baik hati " Chris terkekeh geli.
"Sudah tugas saya sebagai suami untuk mencintai dan menyayangimu sayangku."
"Chris...."
"Apa sayang?"
"Kalau terjadi sesuatu, aku mohon selamatkan bayi ini."
Wajah Chris seketika menegang mendengar ucapan Ratasya.
"Sayang, saya yakin kamu dan bayi kita akan baik-baik saja."
Ratasya tersenyum lalu mengusap wajah suaminya dengan lembut.
"tentu."
Chris mengecup tangan istrinya dengan khawatir.
"Tentu aku takkan mati semudah itu, aku takkan membiarkan kamu menikah lagi dan wanita lain merebutnya dariku."
Chris tertawa mendengar ucapan istrinya.
"Takkan ada yang bisa merebut saya dari kamu, percayalah."
Ratasya tertawa bahagia lalu memejamkan matanya saat Chris mendekat dan mencium bibirnya dengan lembut.
Chris bersumpah, dia takkan membiarkan sesuatu hal yang buruk pada Ratasya dan andai istrinya meninggalkannya pun, dia bersumpah takkan menikah lagi dan akan mengurus anaknya dengan baik.
TBC
Maaf baru update, wattpad susah sekali di buka.
Thanks for waiting n reading 😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Ratasya (Tamat)
RomansaRatasya hanya bisa pasrah dengan pernikahannya, apa lagi dirinya tidak bisa membuktikan pada keluarganya kalau dia bisa membawa sesosok lelaki idaman yang kelak akan menjadi suaminya. jangankan sosok suami idaman, teman dekat lelaki saja dia tak pun...